(6)

1.1K 49 0
                                    

"Frey,tungguin gue!" seru Ari dengan terus mengejar Fresya yang terus berjalan.

"Bodoamat Ri. Gue kesel sama lo!" kesal Fresya tanpa menoleh pada Ari yang berada dibelakangnya.

"Gue bercanda elah." ujar Ari yang berhasil mencekal tangan Fresya sehingga gadis itu menghentikan langkahnya.

Fresya berhenti. Namun matanya masih menatap lurus pemandangan didepannya.

"Liatin gue." dengan satu gerakan,Ari membuat Fresya membalikkan badannya. Hingga kini posisi mereka saling menghadap.

"Apa?!" sini Fresya menatap tajam Ari.

Ari menahan senyumnya. Membuat Fresya semakin kesal.

"Apa sih Ri? Gue mau kekelas nih!" gerutu Fresya seraya melepaskan tangannya dari genggaman Ari.

Lagi-lagi Ari tak menjawab ucapan Fresya. Laki-laki itu masih menatap Fresya dengan senyum dibibirnya.

"Lo gila yah?" tanya Fresya bingung karena prilaku Ari.

"Lo cantik Frey."

Degg...

Fresya terdiam mendengar jawaban yang tidak pernah dia kira akan meluncur begitu saja dari mulut Ari.

"Ya emang gue cantik. Baru tau lo?!" ujar Fresya mencoba biasa saja.

"Udah ah,gue mau kekelas dulu," sambung Fresya kemudian berbalik meninggalkan Ari.

Fresya sempat mengembangkan senyumnya,sebelum akhirnya dia melangkahkan kakinya.

******

Figo menatap heran Ari yang baru saja tiba dikelasnya. Sedari tadi Ari terus mengembangkan senyumnya. Sungguh bukan Ari yang sebelumnya.

"Heh,kesambet apa lo senyam-senyum kayak gitu?" Figo menepuk pundak Ari saat laki-laki itu duduk dibangku miliknya, disebelah Figo.

"Kesambet bidadari dunia..."

Kening Figo berkerut. Dia semakin heran dengan sikap sabahatnya hari ini. Kenapa Ari bisa mendadak hangat seperti ini?

"Sepertinya es batu itu mulai mencair kembali..." gumam Figo pelan.

"Baguslah,gue lebih seneng liat lo kayak gini. Inget jangan jadi dingin lagi yah tong!" ujar Figo coba memperingati Ari.

Ari menganggukkan kepalanya cepat. Benar kata orang, lebih baik menjadi hal yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi suatu hal yang dingin.

Dan tentu saja,ini semua berkat kehadiran Fresya dalam hidupnya. Walaupun Ari belum sepenuhnya memiliki gadis itu,tapi Ari yakin akan memperjuangkan apa yang membuat hidupnya bahagia.

Sekarang adalah saatnya bagi Ari untuk keluar dari labirin sempit yang menyesakan hati. Saatnya Ari keluar dari masalalu yang hanya akan membuat lukanya membesar. Ari akan berusaha menjadi yang terbaik untuk semua orang yang Ari sayangi.

******

Fresya berlari kencang menuju ruang Osis. Gadis itu lupa akan berkas yang harus dia kumpulkan.

Fresya tiba diruang Osis. Tangannya langsung memutar knop pintu sehingga pintu terbuka lebar. Daniel yang notabenenya adalah ketua Osis langsung menatap Fresya.

"Kebiasaan nih lo!" gerutu Daniel.

"Sorry-sorry,gue lupa kalo berkas itu ada dirumah gue. Lagian kenapa lo ga ingetin gue?" Fresya mendudukan tubuhnya dibangku didepan Daniel seraya menyerahkan berkas tersebut.

"Masalahnya,gue juga ga tau kalo berkas ini ada di elo." Daniel membuka berkas tersebut. Membacanya sebentar kemudian menutupnya kembali.

"Lo ga lupa kan kalo kita ada rapat abis ini?" tanya Daniel memastikan jika partnernya ini tidak lupa.

"Selow,gue inget kok"

"Bagus deh.." Daniel memindahkan berkas tersebut kedalam lemari. "Gue mau kekelas dulu, lo mau disini atau ikut gue keluar?"

Fresya mengeluarkan ponsel dari saku roknya. "Gue tunggu disini aja,sekalian gue mau nyiapin buat rapat nanti.."

"Okelah,gue cabut yah." pamit Daniel berjalan meninggalkan Fresya sendiri diruang Osis.

Fresya sibuk memainkan ponselnya. Matanya langsung tertuju pada sebuah pesan yang baru saja masuk kedalam ponselnya.

Cowo stres : Liat kebelakang. Lo bakal liat pangeran terganteng sepanjang sejarah. :v

Sontak Fresya pun membalikan badannya. Dan benar saja,sudah ada Ari yang berdiri diambang pintu dengan sebuah kantong plastik ditangannya.

"Lo ngapain disini?" tanya Fresya.

Ari masuk kedalam ruangan tersebut,kemudian mendudukan tubuhnya disamping Fresya.

"Buat lo" ujar Ari sambil meyodorkan kantong plastik yang dia bawa tadi.

Fresya sempat menatap Ari sesaat sebelum akhirnya meraih plastik tersebut kemudian membukanya.

"Susu coklat. Dari mana lo tau?"

"Gue tau semua tentang lo," balas Ari.

Ari menyandarkan tubuhnya pada kepala kursi sembari terus menatap Fresya yang masih terlihat kebingunggan.

"Gue tau lo ga sempet istirahat,makanya gue bawain makanan buat lo.." ujar Ari seakan tau dengan pertanyaan yang ada dikepala Fresya.

"Dan lo tau kalo diruang Osis dari siapa? Bahkan Greyta sama Clara aja ga tau kalo gue ada disini.." ujar Fresya mulai memakan makanan yang dibawa Ari.

"Feeling aja,"

Fresya hanya menganggukkan kepalanya.

Dalam hati,Fresya merasa jika dia sedang berhadapan dengan Dean. Hanya saja,perlakuan Ari lebih hangat dibandingkan Dean. Tapi walaupun begitu,Fresya tau jika setiap orang punya cara tersendiri buat nunjukkin kepeduliannya.

"Makasih yah Ri, gue jadi ga enak sama lo." ujar Fresya.

"Santai aja kali Frey," balas Ari. "Oh ya,lo udah kan makannya? Mau kekelas bareng?" tawar Ari.

"Gue ada rapat abis ini,dan kayaknya gue ga bakalan masuk kelas sampe bel pulang.." jelas Fresya membuat Ari mengangguk.

"Okedeh,kalo gitu gue kekelas duluan yah.." Ari bangun dari duduknya.

"Pulang sekolah,gue tungguin lo diparkiran.." sambungnya.

"Tapi Ri,gue ga mau re--,"

"Gue ga mau nerima penolakan Frey." sahut Ari cepat memotong ucapan Fresya.

"Yaudah,gue pamit yah.."

"See you next time princess.." lanjut Ari kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.

Sungguh Fresya tak bisa berkata-kata lagi. Sikap manis Ari membuat sesuatu dalam hatinya berdesir dengan cepat. Apakah Fresya mulai menyukai Ari? Apakah Fresya bisa membuka hatinya untuk orang lain? Sedangkan Fresya masih menyimpan rasa sayangnya untuk Dean.

#####

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang