(36)

692 20 0
                                    

Fresya sudah diperbolehkan untuk pulang kerumahnya,setelah dokter yang menanganinya mengatakan jika kondisinya sudah membaik.

Dan disinilah Fresya sekarang,diruang tamu seorang diri yang sedang menyaksikan film kartun kesukaannya. Kedua orangtuanya sibuk bekerja,sedangkan Alvaro sedang bersekolah saat ini. Membuat Fresya benar-benar dilanda rasa bosan.

Awalnya Fresya bersikukuh untuk pergi kesekolah. Hanya saja semuanya menolak dengan alasan dia butuh istirahat. Apalagi Ari. Laki-laki itu benar-benar tidak mengijinkannya pergi kesekolah. Padahalkan dia rindu Greyta dan Clara.

"Huaaa gue bosenn..." keluh Fresya kemudian meraih ponselnya yang sudah sangat lama tidak dia periksa.

Banyak sekali notice yang masuk kedalam ponselnya. Dan mata Fresya tertuju pada satu pesan yang dikirim Dean kemarin. Pesan yang membuat Fresya terkejut.

Eyan's : Gue tau Sya,lo pasti kecewa banget kan sama gue? Gue maklum kok,karena gue juga kecewa sama diri gue sendiri. Maaf udah buat lo makin terpuruk waktu itu,gue bener-bener kalut saat itu. Karena gue ga rela lo deket sama yang lain. Mungkin cara gue emang salah,tapi perlu lo tau Sya,gue bener-bener sayang sama lo. Gue sadar kalo gue udah bener-bener jauh sama lo. Dan gue udah ga pantes buat dapetin lo lagi. Terimakasih telah menjadi bintang dihidup gue. Tetep jadi bintang yang paling terang,meskipun sekarang bulan tak lagi bersamanya...

Fresya menggigit kuat bibirnya. Menahan agar air matanya tidak jatuh. Fresya benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan sangat jauh dengan Dean. Bukan dirinya ataupun Dean yang menginginkannya. Hanya saja,takdir tak pernah ingin mereka kembali. Dan inilah akhir dari kisah cintanya dengan Dean,dimana dia harus merelakan Dean untuk selama-lamanya.

******

"Esyaaa!!!" Clara dan Greyta langsung berhambur memeluk sahabatnya saat keduanya tiba dirumah Fresya.

"Aaaa gue kangen sama lo.." ucap Clara dengan masih memeluk erat sahabatnya.

"Gue juga.." timpal Greyta tak mau kalah.

Ketiganya pun melepaskan pelukannya. Bukan hanya Clara dan Greyta saja,Fresya juga sangat merindukan sahabatnya. Bagaimana tidak,selama dirinya dirawat dirumah sakit,dua gadis ini tidak pernah datang dengan alasan banyak tugas yang harus dikerjakan. Benar-benar menyebalkan!

"Lo berdua jahat!" kesal Fresya membuat keduanya sahabatnya kebingungan.

"Ko jahat Sya?"

"Ya iya. Kalian kemana pas gue sakit?!" tanya Fresya sarkastis.

Clara dan Greyta menggaruk kepalanya tak gatal. Mereka berdua telah mengira jika Fresya akan menanyakan hal itu.

"Ya lo tau sendirilah,tugas sekolah numpuk banget," keluh Greyta yang langsung mendapat anggukan setuju dari Clara.

"Alesan aja lo pada!" kesal Fresya melemparkan bantal kearah Greyta dan Clara.

Dan setelah itu, mereka pun menghabiskan waktu bersama. Meluapkan kerinduan yang telah lama mereka pendam.

******

Ari merebahkan tubuhnya dikasur miliknya. Rasanya dia sangat lelah hari ini,untungnya dia sudah mengabari Fresya jika hari ini dirinya tidak bisa datang kerumahnya dan Fresya mengerti itu.

Mengingat beberapa kejadian yang dia lewati membuat bibirnya tersenyum. Hatinya benar-benar lega karena telah mengungkapkan perasaannya pada Fresya. Karena entah mengapa,Ari merasa akan terjadi sesuatu saat ini. Entah itu hanya feelling yang dia rasakan,atau itu akan benar-benar terjadi. Yang jelas,Ari selalu berharap jika semuanya akan baik-baik saja.

Tiba-tiba saja Ari teringat dengan pesan yang tempo hari masuk kedalam ponsel milik Fresya. Saat ini Fresya sedang tidak sadarkan diri,sehingga gadis itu sama sekali tidak mengetahui tentang isi pesan tersebut.

Pesan itu berisikan sebuah ancaman yang dikirimkan oleh nomor yang tak dikenal Ari. Lagi-lagi berupa ancaman,membuat Ari benar-benar jenggah. Ari menghembuskan nafasnya kasar. Dalam pesan tersebut dikatakan bahwa akan terjadi satu peristiwa tepat ditanggal 17 nanti. Tinggal tiga hari lagi sebelum orang itu melakukan ancamannya,tapi Ari sama sekali tidak tau apa yang harus dia lakukan.

"Gue harus apa?" gumam Ari dengan terus berpikir.

"Masa iya gue harus mindahin Fresya ketempat yang jauh? Ga mungkin tapi.." lagi-lagi Ari menggumam.

********

Ari memarkirkan motornya tepat didepan rumah Fresya. Memperbaiki rambutnya yang terlihat berantakan,kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kayu tersebut.

Tanggannya terulur untuk mengetuk pintu tersebut. Tidak berselang lama,pintu pun terbuka dan Ari langsung mendapati Fresya yang tengah tersenyum padanya.

"Tumben banget kesini malem-malem?" tanya Fresya seraya menahan tawanya.

Ari memperbaiki bajunya kemudian menatap Fresya intens. Membuat yang ditatap jadi salah tingkah.

"Jangan liatin gitu!" protes Fresya karena Ari terus menatapnya.

Ari tertawa geli. "Frey dingin,gue masuk ya." ucapnya kemudian masuk begitu saja kedalam rumah Fresya.

Fresya hanya bisa melongo melihat Ari yang kini dengan santainya duduk disofa milik Fresya.

"Lo sakit?" tanya Fresya seraya melangkahkan kakinya mendekat kearah laki-laki itu.

"Sakit? Gue ga sakit kok.."

Fresya menggaruk kepalanya lalu mendudukan tubuhnya disamping Ari. Entahlah,Ari tidak seperti biasanya malam ini.

"Ri lo kerumah gue lewat mana?" tanya Fresya semakin membuat Ari bingung dengan arah pembicaraan gadis tersebut.

"Hah? Ya lewat biasa. Lewat taman yang ada pohon gedenya itu." jawab Ari dengan menolehkan pandangannya pada gadis disampingnya.

"Oh pantesan.."

"Pantesan kenapa?"

"Ya pantesan tingkah lo kayak gini,lo kayaknya kerasukan setan yang nungguin tuh pohon." ujar Fresya tanpa beban.

Ari mencoba mencerna kalimat yang Fresya ucapkan. Dan didetik selanjutnya,laki-laki itu membelalakan matanya saat dirinya mengerti apa makna dibalik kalimat yang Fresya ucapkan.

"Enak aja!" protes Ari seraya menyentil kening Fresya.

"Ihhh Ari mah,sakit tauu.." ringgis Fresya sambil mengusap keningnya yang masih terdapat sebuah plester.

"Lagian kamuni ngaco ngomongnya."

"Ya kamu juga ngaco tingkahnya." balas Fresya tak mau kalah.

"Terus sekarang maunya apa?"

"Lah kok ngajak ribut? Yaudah sana pulang!" usir Fresya,kemudian gadis itu membalikan badannya enggan menatap Ari.

Ari tertawa geli melihat Fresya yang kali ini tengah marah padanya. Membuat gadis itu kesal,mungkin akan menjadi hobby baru baginya.

Tanpa membalas ucapan Fresya,Ari meletakan kepalanya tepat dipundak Fresya. Membuat gadis yang sedang kesal itu mematung ditempatnya dengan detak jantung yang berdetak dengan kencang,juga pipi yang telah berubah warna saat ini.

"Tak pernah ada hal yang lebih indah yang pernah aku rasakan, selain aku bisa dekat denganmu.."

Dan Ari berhasil membuat Fresya terbang melayang malam ini.

#####

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang