(23)

700 25 0
                                    

"Kamu yakin udah baikan?" tanya Rian seraya menatap putrinya yang kini sedang memakan sarapannya.

"Yakin dong Pah,lagian Esya ga papa. Udah sehat hehehe.." Fresya tertawa kecil sambil kembali memasukan makanannya kedalam mulutnya.

"Yaudah,tapi kalo ada apa-apa langsung telfon kak Al yah.."

"Siap Pah!"

Keduanya kembali melanjutkan kegiatan sarapannya. Alvaro dan Rahayu bahkan hanya memperhatikan dialog antara Papah dan Putrinya dengan tersenyum.

"Kak Al,berangkat bareng yah.." pinta Fresya.

"Hmmm.."

"Yaudah cepetan makannya,nanti kesiangan loh.." ingat Rahayu membuat Alvaro dan Fresya kembali melanjutkan makannya.

*******

"Kalo ada apa-apa,jangan lupa telfon gue.." ujar Alvaro sebelum Fresya turun dari mobilnya.

"Siap kak,yaudah sana berangkat. Hati-hati.." Fresya melambaikan tangannya menatap mobil hitam Alvaro yang semakin menjauh.

Gadis itu melangkahkan kakinya menyusuri koridor siswa. Bahkan sampai sekarang Dean sama sekali belum mengabarinya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan laki-laki itu? Bahkan pesan yang Fresya kirimpun tidak dibalas sama sekali oleh Dean.

Langkah Fresya seketika terhenti saat matanya tak sengaja menatap Dean yang saat ini sedang duduk dibangku disamping lapangan dengan seorang perempuan yang tak lain adalah Diana.

Apa yang sedang mereka lakukan?

Sekuat tenaga Fresya mencoba menahan air mata yang sedari tadi membuat matanya panas. Fresya menghela nafasnya,mencoba meredam emosi yang mulai mengusik hatinya.

Santai Fresya. Lo pasti bisa. Lagian Dean sekarang bukan siapa-siapa elo.

Fresya mencoba melangkahkan kakinya lagi. Berusaha menetralisir detak jantungnya yang berdetak dua kali lipat saat dirinya harus melewati dua remaja itu. Bahkan saat Fresya berhasil melewatinya,Dean sama sekali tidak menyapa atau menatap dirinya. Apakah Dean sudah lupa dengan dirinya?

Fresya memutuskan untuk berlari menuju kelasnya. Entahlah,yang Fresya butuhkan saat ini hanyalah kedua sahabatnya.

*****

"Itu ga gitu Ra! Sini gue tunjukin cara mainnya!" omel Greyta karena dari tadi Clara tidak mendengarkan ucapannya.

"Yaudah nih." Clara mengalah,dan menyerahkan ponselnya pada Greyta.

Belum sempat Greyta meraih ponsel Clara,Fresya terlebih dulu tiba dan langsung memeluk Clara. Membuat kedua gadis itu menatap Fresya dengan tatapan bingung.

"Sya,lo kenapa?" tanya Clara saat mengetahui Fresya menangis saat ini.

"Cerita sama kita,apa yang terjadi.." tambah Greyta seraya mengusap rambut Fresya.

Fresya tidak membalas ucapan sahabatnya. Gadis itu masih setia memeluk Clara. Membiarkan air matanya tumpah dipelukan sahabatnya.

"Sya jangan gini. Jangan buat kita bingung.."

Akhirnya Fresya pun melepaskan pelukannya. Namun,air matanya masih turun dengan derasnya.

"Hey,lo kenapa?"

"Gue benci sama Dean!" ucap Fresya dengan parau.

"Dean? Kenapa lagi dia?"

"Bukannya lo baik-baik aja yah sama Dean.."

Fresya mulai menghapus air matanya kemudian mengatur nafasnya.

"Gue benci sama Dean. Dia ga ada kabar dari kemaren,bahkan Dean sama sekali ga tau kalo gue sakit.. Terus tadi gue liat Dean lagi bareng sama Diana.." jelas Fresya masih dengan isakan yang tersisa.

"Diana? Maksud lo Diana yang akhir-akhir ini deket sama Ari?" tebak Greyta. Fresya mengangguk.

"Yaudah kalo gitu,lo jangan sedih lagi yah..." ucap Clara mencoba menenangkan Fresya.

Clara hanyut dalam pikirannya. Apa sebenarnya yang akan perempuan itu lakukan? Dulu Ari menjadi korbannya. Lalu apakah Dean akan menjadi korbannya? Atau semua itu hanya jebakan untuk menjadikan Fresya korban selanjutnya? Karena Clara tau,siapa Diana sebenarnya.

******

Bel istirahat berbunyi dengan nyaringnya,membuat semua siswa langsung berhamburan untuk mengisi perutnya yang kosong.

Sementara Fresya,gadis itu lebih memilih duduk tenang dibangkunya walaupun sedari tadi sahabatnya terus memaksanya untuk pergi kekantin.

"Ayolah Sya.." rengek Clara dengan terus menarik lengan baju Fresya.

"Iyanih,gue udah lapar banget.." tambah Greyta.

Fresya menghembuskan nafasnya pelan. Sebenarnya dia sangat ingin pergi kekantin. Tapi semua itu harus lenyap seketika saat Diana dengan tak tahu malunya masuk kedalam kelasnya dan mengajak Dean makan bersama. Dan yang paling menyakitkan adalah dengan mudahnya Dean menerima tawaran gadis tersebut.

"Kalian duluan aja yah,gue mau ke ruang osis sebentar.." bohong Fresya.

"Yaudah kalo gitu,hati-hati ya Sya." Clara dan Greyta berlalu meninggalkan Fresya yang masih setia duduk dibangkunya.

Gadis itu memejamkan matanya sesaat,sebelum akhirnya bangun dari duduknya. Fresya melangkahkan kakinya keluar kelas. Entah tempat apa yang akan dia tuju,yang pasti dirinya hanya ingin mendapatkan ketenangan saat ini.

Tanpa disadari,langkah kakinya membawa gadis itu ke rooftop sekolah. Dimana itu adalah tempat yang sangat jarang dikunjungi siswa lain.

Matanya menyapu seluruh penjuru rooftop. Rasanya sangat nyaman. Fresya bisa dengan bebas merasakan hembusan angin dan pemandangan kota jakarta yang terlihat sangat indah. Sampai akhirnya,gadis itu memilih untuk duduk disebuah sofa yang terlihat sangat usang.

Matanya menatap kosong pemandangan didepannya. Entah mengapa dia merasa kehadiran Dean malah membuat hatinya semakin luka. Awalnya Fresya menyangka jika Dean akan membuatnya bahagia seperti dulu. Tapi ternyata dirinya salah,Dean justru membuatnya semakin terasa sakit.

Satu tetes air mata jatuh dipipi Fresya. Entahlah,Fresya sangat merasa kacau hari ini. Mood yang tidak bagus. Dan hati yang kembali terluka. Semuanya terasa komplit saat ini.

Gadis itu mengangkat kepalanya saat sebuah tangan menyentuh kepalanya. Pandangannya seketika langsung bertemu dengan manik mata hitam yang selalu membuat Fresya nyaman saat menatapnya.

Dengan cepat Fresya menghapus sisa air matanya. Dia tak ingin terlihat lemah dihadapan Ari.

"Ari,kenapa lo ada disini?" tanya Fresya.

Ari tak menjawab pertanyaan Fresya. Laki-laki itu memilih mendudukan tubuhnya disamping Fresya dengan tatapan yang terus tertuju pada Fresya.

"Lagi pengen aja.."

Fresya hanya menganggukkan kepalanya. Ternyata benar,Ari selalu ada disaat dirinya merasa terpuruk. Ari mampu membuat moodnya seketika membaik. Bahkan tanpa laki-laki itu melakukan hal apapun.

Fresya terkejut karena Ari yang tiba-tiba menyandarkan kepalanya pada pundak Fresya. Membuat detak jantung Fresya berdetak dua kali lipat.

"Ari.." Fresya mencoba mejauhkan pundaknya,namun dengan cepat Ari menahannya.

"Sebentar aja Frey,gue mohon.." pinta Ari masih dengan posisinya.

Fresya diam. Membiarkan kepala laki-laki itu bersandar dipundaknya. Mungkin Ari juga sedang merasakan apa yang dia rasakan. Karena sejatinya mereka berdua sama,sama-sama harus merasakan sakit karena orang dimasa lalu.

######

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang