(34)

667 18 0
                                    

"Kenapa ga sekalian lo habisin si Fresya?!"

Diana mengebrak meja dengan kuat. Membuat Daniel terlonjak. Tidak-tidak. Daniel tidak ingin membunuh Fresya. Bagaimana pun juga,Fresya adalah orang yang dia sayang. Walaupun pada kenyataannya Fresya telah membuatnya kecewa.

"Gue udah coba, tapi dia terlalu kuat." balas Daniel.

Diana berdecak. Jika seperti ini, maka artinya dia sendirilah yang harus turun tangan untuk menghabisi gadis tersebut.

"Biar gue yang habisin dia." ujar Diana membuat Daniel terkejut. Tapi didetik berikutnya,Daniel kembali menetralkan wajahnya. Daniel tau,saat ini Fresya tengah berada dalam lindungan orang-orang yang menyayanginya. Dan Daniel yakin,bahwa mereka tidak akan membuat Dianan mencelakain Fresya.

"Terserah lo!"

Daniel sendiri tak tau apa penyebab dirinya bisa mengikuti perintah sepupunya itu. Ya Diana adalah sepupu Daniel yang telah lama hilang,dan sekarang gadis itu mengajaknya untuk bekerja sama untuk menyingkirkan Fresya. Walaupun sebenarnya Daniel hanya merasa sakit hati karena Fresya menolaknya. Sedangkan Diana,gadis itu menyalah artikan sakit hatinya.

******

Dengan keadaan yang lebih baik dari kemarin,Ari kembali mengunjungi Fresya yang masih setia menginap dirumah sakit. Pasalnya, tadi pagi Rahayu meminta dirinya untuk pulang terlebih dahulu. Rahayu megatakan jika dirinya juga harus beristirahat. Tapi bukan Ari namanya jika bisa berdiam diri dirumah, sedangkan disini Fresya masih tidak sadarkan diri.

Ari membuka pintu ruangan Fresya. Ternyata gadis itu masih setia memejamkan matanya. Ari pun melangkahkan kakinya mendekat keerah Fresya,kemudian meletakan bunga yang sudah dia siapkan untuk Fresya.

"Kenapa belum sadar sih?" gumam Ari dengan terus memperhatikan wajah Fresya yang terlihat sangat tenang.

"Kan gue kangen,"

Kini tangan Ari beralih menggenggam tangan Fresya yang saat ini terdapat alat infus disana. Menggenggamnya dengan erat,kemudian mengecup tangan itu dengan lembut.

"Mau sampai kapan tidur terus?" tanya Ari seolah Fresya bisa mendengarnya.

"Nanti kalo kamu udah bangun,aku bakal ajak kamu kepasar malem lagi. Dan aku janji ga akan maksa kamu buat naik biang lala lagi," Ari tertawa kecil seraya terus menatap wajah Fresya.

Ari hanyut dalam pikirannya. Entahlah,tiba-tiba saja bayangan Diana melintas begitu saja dikepalanya. Dan Ari masih ingat betul bagaimana masalalunya dengan gadis itu. Benar-benar sangat indah. Hanya saja,semua itu hanyalah masalalu yang tak akan pernah bisa terulang kembali. Walaupun sekarang Diana ada didekatnya,rasanya sudah sangat berbeda. Diana sudah tidak lagi seperti Diana yang dulu.

Ari terkejut saat merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam tangannya. Dan benar saja, pergerakan itu berasal dari tangan Fresya yang kini berada didalam genggaman Ari.

Ari benar-benar bahagia saat perlahan-lahan Fresya membuka matanya.

"Kamu udah sadar? Ada yang sakit? Bilang sama aku.."

Fresya langsung menolehkan wajahnya saat mendapat pertanyaan bertubi-tubi. Sedetik,Fresya masih setia memperhatikan Ari. Sebelum akhirnya gadis itu mengalihkan pandangannya dan meringis.

"Kamu ga papa kan?" tanya Ari begitu khawatir.

Fresya hanya bisa menggelengkan kepalanya lemah. Bahkan untuk mengucapkan sepatah katapun saja rasanya sangat susah.

"Ari..." lirih Fresya setelah dirinya bisa menguasai rasa sakitnya.

"Iya Frey,aku disini." ujar Ari dengan terus mengeratkan genggamannya.

"Ini surga ya?"

Dan seketika tawa Ari benar-benar pecah. Bagaimana bisa gadis itu berkata seperti itu disaat seperti ini.

"Kenapa ketawa? Aku serius!" kesal Fresya tapi dengan nada yang sangat pelan.

"Kamu masih hidup Frey,buktinya masih ada aku disini." ujar Ari seraya mengelus puncak kepala Fresya.

"Kamu ngapain disini?"

Ari menghela nafasnya. Mungkin Fresya belum sepenuhnya sadar,wajar jika bicaranya sedikit agak melenceng.

"Aku kan temenin kamu.."

Terlihat Fresya mengerutkan keningnya. Membuat Ari semakin dibuat bingung.

"Ko temenin aku? Emang aku kenapa?"

Sabar Ari... Orang sabar disayang Allah...

"Kamu sakit sayang,kamu ga sadar apa kalo sekarang kamu ada dirumah sakit dan banyak alat medis yang terpasang ditubuh kamu..." jelas Ari menahan emosinya.

Fresya mengedarkan pandangannya. Ternyata benar,saat ini dirinya sedang berada dirumah sakit. Tapi kenapa dia tidak menyadarinya ya?

"Hehehe,iyah.." ucap Fresya kemudian tertawa.

Ari menangkup pipi Fresya membuat gadis itu meringis.

"Sakit Ari!" protes Fresya setelah Ari melepaskan takupannya.

"Abisnya gemesin.."

Fresya mencebikan bibirnya. Namun sedetik kemudian dirinya teringat sesuatu.

"Ari.." panggil Fresya membuat laki-laki itu menaikan alisnya.

"Kak Al,Mamah sama Papah kemana?" tanya Fresya saat menyadari jika keluarganya tidak ada diruangannya.

"Mereka lagi pulang dulu Frey,soalnya mereka semaleman nungguin kamu.."

Fresya menganggukan kepalanya.

"Ari.." panggil Fresya lagi.

"Apa Frey,"

"Aku sayang kamu."

Dan saat itu juga jantung keduanya berdetak sangat kencang. Fresya mengatakan hal itu karena dia tidak ingin semuanya terlambat. Dia takut jika dia tidak bisa mengatakan apa yang selama ini dia rasakan.

Ari tak kalah terkejutnya dengan Fresya. Bagaimana tidak,tanpa dia duga Fresya akan mengucapkan kalimat itu. Membuat dirinya benar-benar merasa bahagia. Setidaknya, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

"Aku juga sayang kamu..."

Dan didetik itu. Keduanya tau kemana hatinya akan berlabuh saat ini.

******

Rahayu memeluk erat putrinya saat dirinya bersama Rian juga Alvaro tiba diruanggan Fresya.

"Mamah Esya pengen pulang..." rengek Fresya.

"Ko pulang,kan kamu belum sembuh.." ujar Rahayu melepaskan pelukannya.

"Iya tan,dari tadi Fresya minta pulang terus." sahut Ari karena sedari tadi Fresya terus merengek meminta pulang.

"Jangan nakal!" ejek Alvaro seraya mengacak pelan rambut adiknya.

"Ihhh kak Al mah,kan jadi berantakan." oceh Fresya seraya merapikan rambutnya.

Rian dan semua yang berada diruangan tersebut tertawa melihat tingkah Fresya. Ada kelegaan dengan hati mereka dengan sifat Fresya yang berangsur kembali.

"Papah kangen sama kamu." kali ini Rian menghampiri putrinya kemudian memeluknya.

"Esya juga kangen sama Papah.." Fresya membalas pelukan Rian.

"Pah,Esya mau jalan-jalan.." pinta Fresya pada Rian.

"Kemana aja,Esya pengen liburan gitu. Tapi Ari ajak ya!" ucap Fresya antusias.

Rian tersenyum. "Iyah,pangeran kan harus selalu ada disamping permaisurinya.." goda Rian berhasil membuat Ari juga Fresya malu.

######

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang