Fresya turun dari motor Ari dengan terus memegangi kepalanya yang terasa sangat berat kali ini.
"Makasih udah mau nganterin gue.."
Ari mengangguk,kemudian tersenyum.
"Lo gapapa?" tanya Ari yang sempat melihat jika wajah Fresya sangat pucat.
"Ga papa kok Ri,kalo gitu gue masuk dulu yah.."
Fresya mencoba melangkahkan kakinya. Rasanya sangat sulit, ditambah dengan kepalanya yang semakin terasa berat.
Gadis itu sudah tidak bisa lagi melangkahkan kakinya. Semuanya terasa berat. Hingga semuanya terasa gelap dan...
Bruukk..
Fresya terjatuh dan tidak sadarkan diri. Ari yang sedari tadi masih memperhatikan Fresya,dengan cepat menghampiri Fresya.
Dengan cepat Ari mengangkat tubuh Fresya kedalam rumahnya. Sialnya Ari tak menemukan siapapun didalam rumah tersebut. Membuat Ari terpaksa harus menemani Fresya,sampai gadis itu benar-benar pulih.
Ari membaringkan tubuh Fresya disofa panjang yang terdapat diruang tamu. Tangan Ari terulur menyentuh kening Fresya. Panas. Tubuhnya sangat panas. Dan sekarang Ari tak tau harus berbuat apa.
"Frey,,Fresya..." Ari mencoba menepuk pelan pipi Fresya. Berharap gadis itu akan segera membuka matanya.
Ari menggenggam erat tangan Fresya. Mencoba menyalurkan kehangatan pada tangan yang saat ini sangat dingin.
Ari segera meraih ponselnya. Mencoba menghubungi kedua sahabat Fresya untuk segera datang kesini.
******
"Makasih udah bantuin Esya. Ga tau bakak gimana kalo ga ada lo.." ujar Clara.
Ari hanya menganggukan kepalanya. Pandangannya masih terfokus pada perempuan yang masih memejamkan matanya.
"Lo mau pulang atau gimana?" tanya Clara.
"Gue disini. Gue pengen temenin Fresya..." balas Ari.
Clara menganggukan kepalanya.
"Kalo gitu,gue sama Greyta pamit pulang dulu. Sebentar lagi,tante Rahayu juga pulang kok..." Ari menganggukkan kepalanya. "Kalo gitu kita pulang yah Ri,tolong jagain Fresya.."
Clara dan Greyta pun berlalu meninggalkan Ari yang masih berada ditempatnya.
Ari berjalan mendekati Fresya. Sungguh dirinya sangat khawatir karena Fresya tak kunjung membuka matanya.
Lagi-lagi tangan Ari telurul untuk menggenggam tangan mungil milik Fresya. Entahlah,Ari merasa sangat nyaman saat menggenggam tangan Fresya.
Cukup lama Ari menatap Fresya yang masih setia memejamkan matanya. Kini tangannya beralih,mengusap lembut kepala Fresya.
Ari sadar,dia tak bisa selamanya berada disamping Fresya untuk melindungi gadis itu. Tapi dalam hati yang paling dalam,Ari selalu melindungi Fresya dan selalu ada disamping Fresya apapun keadannya. Karena sekarang,Ari yakin. Jika hatinya benar-benar telah memilih Fresya.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka,membuat Ari seketika mengalihkan pandangannya.
"Fresya!" pekik perempuan setengah baya. Disusul dengan seorang laki-laki yang sudah tak asing lagi dimata Ari.
Ari bangkit dari duduknya,membiarkan perempuan itu mendekati putri yang masih setia memejamkan matanya.
"Fresya kenapa?" tanya Rahayu seraya mengusap lembut kepala Fresya.
"Tadi dia kehujanan dan sendirian tante,kebetulan Ari lewat... Ari anterin Fresya pulang, karena saat itu ponsel Fresya mati. Dan sampe didepan,Fresya pingsan.." jelas Ari membuat Rahayu mengangguk.
"Makasih kamu udah bantuin Fresya,tante ga tau kalo gaada kamu dia bakal gimana..." ujar Rahayu masih setia menatap putrinya.
"Makasih banget lo udah nolongin adik gue," Alvaro menepuk pelan pundak Ari.
"Sama-sama kak,"
"Ari mau tante buatin apa?" tawar Rahayu yang kini menatap Ari.
"Ga usah tante,Ari mau langsung pulang aja. Lagian kan,udah ada tante,jadi Fresya ga sendirian.." Ari meraih tas punggungnya yang sedari tadi tergeletak dilantai.
"Ari permisi tante,kak Al.." pamit Ari kemudian berjalan keluar kamar Fresya.
******
Fresya mengerjapkan matanya,rasa pusing itu masih sedikit terasa dikepalanya. Fresya mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Bukankah kemarin dia diantar oleh Ari,dan sekarang? Kenapa dia sudah berada dikamarnya? Apa yang sebenarnya terjadi? Fresya coba mengingat-ingat,tapi sayang. Kepalanya masih terasa sakit untuk memikirkannya.
Gadis itu meraih ponselnya. Tidak ada notife sama sekali dari Dean? Mungkin Dean masih marah dengan kejadian kemarin.
Fresya mencoba turun dari kasurnya,melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuju ruang keluarga.
"Sya,lo udah sembuh?" tanya Alvaro berhasil membuat Fresya mengkerutkan keningnya bingung.
"Sembuh? Emang gue sakit?"
"Dasar pikun!" cibir Alvaro menyentil pelan kening Fresya. "Lo kan kemaren pingsan.."
Fresya yang masih mengusap keningnya karena ulah kakaknya pun semakin dibuat bingung.
Pingsan? Apa iya?
"Gue pingsan kak?" tanya Fresya.
"Iya lo pingsan.."
"Terus-terus gimana?" tanya Fresya yang semakin penasaran.
"Ya lo ditolongin Ari lah.."
"Ari?" ah Fresya baru ingat,Ari kemaren memang mengantarkannya pulang. Tapi apa Ari juga menolongnya disaat dirinya pingsan?
"Iyah,dia yang gotong lo kekamar. Tapi tenang aja,yang gantiin baju lo sahabat-sahabat lo kok.."
Fresya benar-benar tak menyangka Ari akan melakukan itu. Dia kira,Ari sudah tidak perduli lagi padanya.
"Dia juga yang jagain lo selama gue sama Mamah ga ada.." lanjut Alvaro membuat Fresya semakin tertegun.
"Emang lo sama Mamah kemana?"
"Gue nganter mamah ke salon. Maafin gue yah.." ujar Alvaro mengacak pelan rambut Fresya.
"Lagian gue lebih setuju lo sama Ari dibanding lo sama Dean.."
"Kenapa gitu?"
Alvaro mengangkat kedua bahunya. "Gue juga ga tau,tapi gue percaya kalo Ari lebih bisa jagain lo.." ujar Alvaro.
Fresya tak menjawab ucapan Kakaknya. Yang dikatakan Kakaknya memang benar. Saat dirinya sedang dilanda kesusahan,Ari lah yang selalu ada untuknya. Disaat seperti ini,Ari juga yang selalu ada disampingnya. Bagaimana dengan Dean? Bahkan laki-laki itu sama sekali tidak menanyakan kabarnya seharian.
######
![](https://img.wattpad.com/cover/147520966-288-k998602.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten I Love You
Novela JuvenilLebih baik menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi sesuatu yang dingin dan keras...