Sedari tadi Ari tak henti-hentinya menggoda Diana. Membuat pipi Diana memerah saat itu juga.
"Ari udah dong,jangan becanda mulu!" kesal Diana karena sedari tadi Ari tak henti-hentinya menggoda Diana.
Ari terkekeh kemudian mengacak rambut Diana. "Gitu aja ngambek."
Diana tak membalas ucapan Ari. Gadis itu hanya mencebikan bibirnya membuat Ari sangat gemas saat ini.
"Yaudah ayo,bel bentar lagi bunyi." ajak Ari dengan menggenggam tangan Diana.
Namun baru saja keduanya akan berjalan. Langkah Ari terhenti saat matanya menatap Fresya yang kini tengah berjalan berlawanan arah dengannya.
Fresya tersenyum kecil. Tapi entah kenapa rasanya Ari sangat merasa bersalah melihat senyum itu.
"Ada titipan dari Daniel,udah gue titipin ke Figo." ujar Fresya yang saat ini tepat berada didepan Ari dan Diana.
Sementara dibelakang,Clara mencoba menelaah siapa sebenarnya perempuan ini. Hingga tak membutuhkan waktu lama,Clara pun berhasil mengingatnya. Tapi tunggu. Bukankah ini perempuan yang telah berhasil menghancurkan hidup Ari?
Ari hanya mengangguk. Ia bingung harus menjawab apa. Bahkan untuk mengucapkan kata 'iya' saja,rasanya sangat sulit.
"Yaudah kalo gitu,gue duluan." pamit Fresya berlalu dari hadapan Ari.
Diana semakin mengeratkan genggamannya saat melihat Ari yang sedari tadi diam.
"Kamu ga papa?" tanya Diana.
Ari menoleh menatap Diana. Laki-laki itu tersenyum seraya menggelengkan kepalanya pelan.
******
Bel pulang sekolah telah berbunyi 30 menit yang lalu,dan Fresya masih setia berada disekolahnya. Bukan tanpa alasan,gadis itu baru saja menyiapkan susunan acara untuk festival seni besok. Mengingat dia sendiri yang akan membawakan acara tersebut.
Langkahnya seketika terhenti tepat ketiga gadis itu baru saja tiba diambang pintu ruang Osis.
Tubuhnya kaku. Hatinya membeku. Bahkan untuk mengucapkan sepatah kata saja rasanya sangat sulit. Fresya membekap mulutnya tak percaya. Menahan sekuat mungkin agar air mata yang kini menggenang dipelupuk matanya tidak jatuh begitu saja.Rasanya seperti mimpi. Fresya sangat tidak percaya dapat bertemu dengan sosok yang setahun lalu hilang ditelan bumi. Yang sangat ramai diberitakan jika laki-laki itu telah berada disisi Tuhan.
Dean. Laki-laki itu berdiri tepat didepan Fresya dengan senyum manis yang selama ini sangat Fresya rindukan. Ternyata benar,Dean menepati janjinya.
"Dean..." lirih Fresya. Dan saat itu juga pertahanannya hancur. Air matanya turun dengan derasnya membasahi pipi indah Fresya.
Dean tersenyum melihat Fresya saat ini. Dia benar-benar merindukan gadis ini. Sangat merindukannya. Dan sekarang kerinduannya telah terobati. Semesta telah mempertemukan mereka kembali.
Tanpa berkata apapun. Dean langsung menarik gadis tersebut kedalam dekapannya. Menyalurkan kerinduan yang dalam yang telah lama dia pendam.
Tangis Fresya semakin pecah. Semua rasa yang dia pendam dalam hatinya membuncah begitu saja. Dia masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
Dean melepaskan pelukannya kemudian menyeka air mata yang masih membasahi pipi Fresya.
"Jangan nangis Sya.." ujar Dean lembut.
"Maafin gue. Ga seharusnya gue bikin lo terluka. Ga seharusnya gue nutupin semuanya dari lo. Tapi lo harus percaya, keadaanlah yang membuat gue terpaksa bersembunyi..." tutur Dean masih dengan menyeka air mata Fresya.
Fresya menyentuh lengan kokoh tersebut dengan isakan yang semakin keras.
"Jangan pergi lagi Dean... Aku mohon..."
Dean dapat merasakan bagaimana rasanya luka yang Fresya pendam selama ini. Bahkan Dean sangat tau tentang bagaimana gadis ini berusaha untuk melupakannya.
"Gue bakal tetep disamping lo.."
Fresya mengangkat kepalanya. Menatap mata indah Dean. Fresya berharap tidak ada kebohongan didalamnya.
Dan didetik itu juga,senja menjadi saksi bagaiman semesta bisa mempertemukan kedua insan yang saling mencintai.
******
Dean terus menggenggam erat tangan Fresya. Membuat gadis tersebut tak henti-hentinya mengembangkan senyumnya.
"Aku hampir putus asa saat semua orang bilang kalo kamu udah gaada Dean.." ucap Fresya menundukan kepalanya.
"Walaupun dalam hati aku yakin dan aku tetep percaya kalo kamu belum meninggal. Karena apa? Karena aku tau kalo kamu pasti nepatin janji kamu..." lanjut Fresya.
Dibalik kemudinya,Dean tersenyum. Ia sangat paham apa yang dirasakan gadis disampingnya selama ini. Dan Dean hanya berharap satu,semoga tidak ada yang akan memisahkan mereka lagi setelah ini.
"Kamu menghilang setelah kecelakaan itu. Aku udah cari kesegela tempat yang aku tau,tapi aku ga pernah nemuin kamu. Jejak kamu benar-benar menghilang saat itu...
Tadinya aku menganggap juga kalo kamu emang udah meninggal. Kamu bisa bayangin gimana rasanya aku harus kuat dengan keyakinan aku selama satu tahun. Dan saat itu juga banyak argumen yang hampir bikin keyakinan aku goyah Dean..." tutur Fresya parau.
Dean tersenyum mendengar penuturan Fresya. Dia sama sekali tak menyangka jika Fresya masih setia menunggunya.
"Nah,sekarang kan aku udah ada nih. Terus kamu pengen ngapain?" tanya Dean sesekali menatap Fresya.
"Tadinya sih aku pengen marah-marah,ngomel-ngomel gitu sama kamu. Tapi ga jadi." sahut Fresya dengan tawa kecilnya.
"Kenapa ga jadi?"
"Ya aku takut gitu kalo misalnya aku marah aku ngomelin kamu,kamu pergi lagi gitu. Masa baru aja ketemu udah ditinggal lagi."
Dean tertawa mendengar kalimat Fresya. Gadis ini masih sama seperti dulu. Masih gadis yang sangat menggemaskan dimata Dean.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang,keduanya pun tiba dirumah Fresya.
Fresya turun dari mobil Dean,begitupun Dean.
"Aku mau ketemu Mamah,Papah kamu boleh?" tanya Dean.
Dan dengan antusiasnya,Fresya menganggukkan kepalanya.
"Tapi tunggu. Emangnya kamu ga kangen kak Varo apa?"
Ah Dean ingat sekarang. Ternyata Fresya masih memiliki kakak laki-laki yang selalu mengajaknya rusuh.
"Aku ingat Sya,sangat ingat. Tapi entahlah aku ga kangen sama dia. Soalnya dia itu suka ngajak rusuh." ujar Dean dengan cengiran khasnya.
"Dasar! Yaudah ayok!"
Fresya menarik tangan Dean untuk masuk kedalam rumahnya.
Semua yang berada dalam rumah tersebut menatap tak percaya saat melihat putrinya menggandeng tangan seseorang yang mereka yakini telah tiada. Tapi tidak dengan Alvaro,laki-laki itu memang tak pernah percaya dengan berita kematian itu.
#######
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten I Love You
Teen FictionLebih baik menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi sesuatu yang dingin dan keras...