(28)

677 19 0
                                    

Ari melangkahkan kakinya dengan cepat. Berharap dia bisa menemukan gadis yang saat ini menghilang entah kemana.

Kekhawatirannya bertambah,saat dirinya mengetahui jika Fresya tidak datang kekelas semenjak jam pertama dimulai. Dan sekarang,jam istirahat sedang berlangsung,tapi Ari belum juga menemukan Fresya. Kemana sebenarnya gadis tersebut?

"Lo kemana Frey?" gumam Ari terus melangkahkan kakinya.

Akhirnya laki-laki itu pun memutuskan untuk pergi ketaman belakang. Tempat yang sama sekali belum dia periksa saat ini.

Langkah Ari seketika terhenti saat manik matanya menatap sosok perempuan yang tengah terduduk dengan kepala yang menunduk juga bahu yang bergetar hebat. Tanpa berpikir panjang,Ari pun segera menghampiri gadis tersebut. Berharap gadis itu adalah Fresya.

"Aku ga murahan.."

"Aku ga murahan.."

"Aku ga murahan.."

Hati Ari seolah teriris saat mendengar gumaman yang keluar dari gadis tersebut. Tidak salah lagi,ini adalah Fresya.

"Fresya.."

Gadis itu langsung mengangkat kepalanya. Lihatlah keadaan gadis itu saat ini,benar-benar sangat memprihatinkan.

Ari langsung mendekap Fresya. Membiarkan gadis itu meluapkan segala emosinya dipelukannya. Ari tau,Fresya sangat hancur saat ini. Tapi siapa yang telah membuat Fresya sampai sehancur ini?

"Aku ga murahan.." lagi-lagi gumaman itu terdengar dari mulut Fresya,membuat Ari semakin mengeratkan pelukannya.

"Jangan kayak gini Frey.." lirih Ari mengelus lembut rambut panjang Fresya.

"Jangan kayak gini.."

Ari benar-benar tidak bisa melihat Fresya dalam keadaan seperti ini. Gadis yang awalnya sangat terlihat ceria, kini berubah seperti gadis depresi.

Ari melepaskan pelukannya kemudian menakup wajah Fresya.

"Hey,jangan kayak gini lagi."

"Aku ga murahan Ari,aku ga murahan..." ucap Fresya parau.

"Kamu nggak murahan. Nggak sama sekali. Aku mohon jangan dengerin omongan orang-orang. Mereka cuma mau buat kamu jatoh. Aku mohon Frey,jangan kayak gini.."

"Aku takut..."

"Gaada yang perlu kamu takutin. Ada aku disini, aku bakal jagain kamu. Dan aku janji,ga bakal ada yang nyakitin kamu lagi.."

Fresya mengangguk walaupun tatapannya masih terlihat kosong.

Ari tak mungkin membiarkan gadis ini terus tertekan dengan situasi ini. Sekarang lebih baik mengajaknya pulang,Ari sangat takut jika keadaan Fresya akan semakin parah jika dia terus berada disekolah.

"Sekarang kita pulang..."

******

Rahayu menatap sedih putrinya yang saat ini sedang tertidur. Ibu mana yang tega melihat putrinya tersiksa batinnya.

"Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Rahayu pada Ari.

Ari yang masih berada dikamar Fresya pun terus menatap gadis itu,sampai akhirnya membuka suara untuk membalas ucapan Rahayu.

"Semua ini salah pahan tante, ada orang yang buat semua ini rumit. Seakan Fresya adalah.." Ari menghela nafasnya kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Cewe murahan.." cicit Ari.

Rahayu terlihat menghela nafas. Ingin rasanya dia datang kesekolah saat ini untuk menyelesaikan semua permasalahan ini. Hanya saja,Ari melarangnya.

"Kamu janji buat bantuin Fresya?"

Ari menganggukkan kepalanya mantap. "Janji tan.."

"Kalo gitu kamu jagain Fresya dulu ya,tante harus ke butik soalnya.." ucap Rahayu bangkit dari duduknya.

"Hati-hati tante.."

Rahayu tersenyum hingga akhirnya wanita paruh baya itu hilang dari penglihatan Ari.

Ari melangkahkan kakinya mendekat kearah Fresya. Mendudukan tubuhnya disamping Fresya. Seraya menatap gadis itu lekat.

Terlihat sekali lingkaran dan mata yang bengkak yang kini menghiasi mata Fresya. Ari yakin,jika gadis ini pasti menangis semalaman.

Tangan Ari terulur untuk menggenggam tangan mungil Fresya. Tangan yang terasa sangat dingin kali ini. Bahkan Ari bisa membayangkan betapa terpuruknya Fresya saat ini.

"Gue janji sama lo,gue bakal ungkap siapa pelaku sebenarnya.." gumam Ari masih terus menatap Fresya.

"Gua bakal selalu ada disamping lo,apapun keadaanya.."

"Karena gue.." Ari menggantungkan kalimatnya.

"Gue sayang sama lo."

******

"Gue tunggu lo dicaffe dideket sekolah sekarang!"

Ari mematikan telfonnya dan langsung menyambar kunci motornya. Saat ini dia harus berbicara dengan seseorang. Membicarakan hal yang sangat penting.

Ari berjalan menuruni anak tangga. Terlihat Dewi yang masih terjaga,yang saat ini masih menyaksikan tayangan televisi.

"Mah,Ari keluar sebentar ya." pamit Ari membuat kening Dewi berkerut.

"Kamu mau kemana sayang?"

"Ari mau ketemu Clara Mah. Ini penting banget,yaudah Ari keluar yah Mah.." Ari menyalami tangan Dewi dan bergegas keluar.

Dewi menatap kepergian putranya dengan tatapan sendu. Dewi senang,setidaknya putranya itu tidak terlalu dingin. Kini dia terlihat ceria dan tenang. Dan Dewi sangat bersyukur akan hal tersebut.

******

"Apa yang bakal lo lakuin setelah ini?"

Clara menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Menunggu jawaban yang akan dilontarkan laki-laki dihadapannya.

"Gue bakal ikutin permainan Diana." putus Ari membuat Clara membelalakan matanya.

"Lo gila ya?!" Clara menegakan tubuhnya dengan menatap tajam Ari.

"Fresya bisa mati kalo kita ga cepet bertindak!"

"Gue tau,tapi ga mungkin kita bertindak gitu aja. Bukti yang kita punya belum bisa yakinin kalo Diana merencakan aksi kejahatan."

Clara menghembuskan nafasnya. Dia hanya sangat takut jika dirinya gagal bertindak,maka Fresya akan mati ditangan Diana. Karena Clara sangat tau bagaimana sifat licik yang dimiliki Diana. Benar-benar sangat sulit untuk ditebak.

"Terserah lo deh! Gue pusing!" kesal Clara.

"Lo tenang aja, gue bakal selalu ada dan selalu jagain Fresya. Gue janji." ujar Ari mencoba memberi pengertian pada Clara.

"Terserah lo!"

Tanpa mereka ketahui. Seseorang sedang memperhatikan mereka dengan senyum dibibirnya.

#####

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang