Festival seni akan diadakan kurang lebih tiga hari lagi. Dan tentunya,Fresya yang notabenenya adalah wakil ketua Osis tengah sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk kelancaran acara tersebut.
Seperti sekarang ini,gadis itu tengah sibuk membuat proposal. Fresya tak henti-hentinya mendengus. Dia pikir membuat proposal adalah hal yang mudah,ternyata dia salah besar.
"Gue pusing banget sumpah!" gerutu Fresya sambil mengetik ulang proposalnya.
"Gila banget si Gio,pake acara sakit segala,kan jadinya gue yang repot!" lagi-lagi Fresya menggerutu. Membuat seorang laki-laki yang sedari tadi memperhatikannya terus menahan tawanya karena tingkah Fresya.
"Okelah,gue nyerah..." putus Fresya seraya menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.
"Khemm.."
Fresya langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar deheman seseorang.
Hingga didetik selanjutnya,Fresya pun mendapati Ari yang sedang berdiri diambang pintu dengan tawa dibibirnya.
"Ngapain kesini?!" tanya Fresya sewot.
Ari berjalan mendekati Fresya. Membuat gadis itu semakin menatapnya tajam.
"Butuh bantuan?" tawar Ari.
"Ga perlu. Lagian ini bukan urusan lo!" jawab Fresya dingin.
"Sayangnya,sekarang urusan lo urusan gue juga.." ujar Ari santai.
"Ma-maksud lo?"
"Lo pacar gue sekarang!"
Fresya terkejut mendengar kalimat yang baru saja Ari lontarkan. What the--.
"Siapa lo ngatur-ngatur gue?!" ujar Fresya membantah argument Ari.
"Gue?" Ari menunjuk dirinya sendiri. "Ya pacar lo lah.."
Fresya benar-benar tak percaya dengan apa yang diucapkan Ari. Mengklaim dirinya sebagai pacarnya? Tentu saja Fresya menolaknya.
"Ogah!" tolak Fresya mentah-mentah.
"Pokoknya,gue ga nerima penolakkan lo. Inget itu!" sahut Ari kemudian pergi meninggalkan Fresya.
Gadis itu memejamkan matanya kemudian membukanya. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan fikiran Ari. Benar-benar diluar dugaan.
Lantas apa yang harus Fresya lakukan sekarang. Dia tak mungkin bisa bersatu dengan Ari,sedangkan hatinya masih menunggu orang yang dia sayang.
*******
Fresya terus melangkahkan kakinya menuju halte yang terletak tak jauh dari sekolah. Gadis itu baru saja mendapat kabar jika Alvaro tidak bisa menjemputnya. Tentu saja hal itu membuat Fresya sangat kesal. Dan mau tak mau Fresya harus pulang menggunakkan angkutan umum.
Sepuluh menit berlalu,gadis itu masih setia menunggu angkutan umum yang tak kunjung datang juga.
Tak berselang lama,Fresya dikejutkan oleh seorang anak kecil yang kini berada tepat dihadapnnya. Anak kecil itu menyerahkan bungkusan yang sama,yang kemarin dia terima dari kakaknya.
Fresya masih menatap anak kecil tersebut seraya meraih bungkusan tersebut.
"Adek,ini dari siapa?" tanya Fresya.
Gadis perempuan itu terlihat mengangkat satu tangannya,kemudian menunjukkan jari telunjuknya tepat ketaman dekat halte tersebut.
"Siapa dek?" tanya Fresya bingung. Pasalnya Fresya tak menemukan siapapun ditaman tersebut.
Tanpa menjawab pertanyaan Fresya,gadis kecil itu segara berlari meninggalkan Fresya.
Fresya mendudukkan tubuhnya kembali. Ditatapnya bungkusan tersebut. Hingga didetik selanjutnya,gadis itu berhasil membukanya.
Fresya lagi-lagi dibuat bingung dengan isi bungkusan tersebut. Sebuah buku diary bergambar doraemon yang terlihat sangat lucu. Tak lupa secarik surat yang kembali ditulis dalam kertas berwarna merah muda.
Perlahan Fresya membuka surat tersebut,kemudian membacanya.
'To Fresya Arthafia...
Ini kali kedua gue ngirim surat buat lo. Norak emang,tapi mau gimana lagi,cuma ini satu-satunya cara gue buat deketin lo lagi...
Lo pasti penasaran kan siapa gue sebenernya? Ah,tapi gue tau lo udah tau kok siapa gue. Dan lo menang Sya,keyakinan lo itu emang bener. Karena gue masih hidup. So,sekarang gue kangen banget sama lo...
Biar gue jelasin kenapa gue ngasih buku diary ini sama lo? Pertama,gue tau lo seneng banget sama yang namanya curhat. Nah dibuku ini lo boleh tulis semua yang lo rasain. Termasuk luka yang pernah gue goresin dihati lo...
Gue ada dideket lo Sya,gue bisa liat lo. Sayang nya gue belum bisa nunjukkin diri gue,gue takut kalo lo udah benci sama gue. Dan gue bakal nunggu sampe Tuhan bener-bener nemuin kita...
Maaf pernah menyakitimu,maaf pernah membuat pipi indahmu terjejaki air mata olehku...
Aku merindukanmu Fresya...'
Fresya meremas kuat surat tersebut. Air matanya sudah luruh sedari tadi. Jika itu adalah Dean,mengapa harus seperti ini? Mengapa harus membuat sebuah teka-teki yang membuat hatinya semakin terluka?
"Dimanapun lo Dean,gue minta sama lo,gue pengen ketemu..." teriak Fresya ditengah isakkannya.
Alam seolah tau apa yang gadis itu rasakan. Bersamaan dengan isakkan yang keras,hujan turun dengan derasnya. Membuat hati Fresya semakin terluka. Mengapa Dean harus membuat keadaan semakin rumit? Apa yang sebenarnya terjadi?
"Sekali lagi Dean. Gue ga pernah benci lo! Dan gue ga pernah terluka karena lo!" Fresya mencoba berteriak sekencang mungkin.
"Gue juga kangen sama lo! Gue tau lo pasti ada disini... Plisss Dean,gue mau liat lo! Sekarang! Sekarang Dean..." suara Fresya melemah seiring dengan derasnya suara hujan.
Sementara disebrang sana,seseorang yang sedari memperhatikan Fresya hanya bisa menatap gadis itu dengan tatapan sendu. Dia tau,gadisnya itu sangat terluka dengan apa yang telah dia lakukan sekarang. Dean sangat merindukan Fresya,hanya saja keadaan lah yang membuatnya begitu rumit. Dean ingin bersama,namun semesta tak pernah berpihak padanya.
Gadis itu menenggelamkan kepalanya kedalam lipatan tangannya. Hujan belum reda sama seperti halnya air matanya yang terus saja jatuh membasahi pipinya.
Kenapa harus ditempat ini? Seakan tempat ini adalah tempat yang Tuhan takdirnya bagi Fresya untuk merasakkan lukanya. Bahkan tempat ini, tempat dimana semua yang telah Fresya jaga harus hilang begitu saja. Tempat ini,tempat dimana Fresya kehilangan Dean.
Lagi-lagi sekujur tubuhnya merasakan kehangatan padahal dia sangat tau,jika hujan masih sangat deras. Dalam hati Fresya berharap jika seseorang yang melakukan ini adalah Dean. Tapi ternyata hadapan nya harus pupus,saat manik matanya harus bertemu dengan laki-laki yang selalu mengganggunya.
"Lo apa-apaan Frey?" Ari yang mungkin terbawa emosi kini menatap Fresya dengan tatapan tajam. Bagaimana tidak,Ari menyaksikan bagaimana Fresya terlihat seperti orang frustasi. Menangis dan berteriak ditengah derasnya hujan.
"Ngapain lo kesini?" kini Fresya balik bertanya.
"Lo ga inget? Kalo lo pacar gue?"
######
Jangan lupa tinggalkan vote yah sayang-sayangku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten I Love You
Teen FictionLebih baik menjadi sesuatu yang hangat dan menyenangkan daripada menjadi sesuatu yang dingin dan keras...