(7)

1.1K 41 0
                                    

Sesuai janji yang telah dia ucapkannya pada Fresya. Laki-laki itu pun duduk dengan tenang diatas motornya,menunggu bidadari dunia yang tak kunjung datang juga.

Ari merapihkan rambutnya melalui kaca spion kemudian tersenyum. Hingga tak berselang lama,gadis yang dia tunggu pun tiba. Fresya berjalan mendekatinya tapi dengan raut wajah yang terlihat ditekuk.

Dengan sigap Ari pun berjalan mendekati Fresya. Hingga kini keduanya saling berhadapan. Fresya menatap Ari sesaat,sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya.

"Lo kenapa Frey?"

Fresya yang masih memalingkan wajahnya pun kembali menatap Ari saat mendengar pertanyaan Ari.

"Gue gapapa kok Ri.." balas Fresya dengan mengulas senyum kecilnya.

"Pulang sekarang?" tawar Ari. Fresya mengangguk.

Tiba-tiba saja,Ari menggenggam tangan Fresya. Membuat detak jantung Fresya berdetak dua kali lipat.

Ari tak memperdulikan tatapan yang terlontar dari mata Fresya. Ari justru menarik lengan Fresya menuju motornya. Barulah Ari melepaskan genggaman tersebut saat keduanya tiba didepan motor Ari.

Ari menaiki motor miliknya,kemudian menyalakan mesinnya. Dan tanpa perintah Ari,Fresya langsung naik dan duduk diatas motor milik Ari.

Sepanjang perjalanan tak ada perbincangan diantara keduanya. Keduanya larut dalam fikirannya masing-masing. Terutama Fresya. Dia masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi diruang Osis. Dimana dengan terang-terangan,seorang Daniel mengungkapkan perasaannya pada Fresya. Bukannya Fresya menolak perasaan Daniel. Hanya saja untuk saat ini dia belum bisa membuka hatinya. Masih ada rasa yang besar untuk seseorang yang sangat ia rindukan saat ini. Daniel mengerti, hingga laki-laki itu memberi Fresya waktu untuk menjawabnya.

Ari menatap gadis dibelakangnya melalu kaca spion. Terlihat jelas jika Fresya sedang memikirkan sesuatu saat ini. Tentu saja Ari sangat penasaran dengan perubahan sikap Fresya saat ini.

Fresya terkejut saat merasakan jika Ari memberhentikan motornya. Matanya menatap pemandangan sekelilingnya. Ini bukan rumahnya,dan dia sama sekali tak tau dimana dia berada sekarang.

Ari melepas helm fullfacenya,kemudian turun dari motornya.

"Ari kok berenti? Kita dimana?" tanya Fresya yang masih duduk diatas motor Ari.

"Turun!" perintah Ari yang langsung dilakukan oleh Fresya.

"Lo belum pernah kesini?" tanya Ari. Fresya menggeleng pelan.

"Sini deh biar gue tunjukkin tempat apa ini." Ari menarik tangan Fresya. Membuat gadis itu mengikuti langkah laki-laki didepannya.

Tibalah keduanya disalah satu gubuk kecil yang telah lama tak terpakai.

"Ini apa?" tanya Fresya semakin penasaran dengan maksud Ari.

"Lo mau dengerin cerita gue?" Fresya mengangguk lagi,membuat Ari tersenyum.

"Ini tempat,dimana kebahagiaan gue direnggut..." Ari mulai bercerita dengan mata yang masih menatap lurus gubuk didepannya.

Fresya tak mengucapkan apapun. Dia membiarkan laki-laki itu menyelesaikan ucapannya.

"Gue ga nyangka kalo kejadian tragis itu bakal nimpa keluarga gue.." Ari tersenyum getir mengingat kejadian pahit tersebut.

"Gue kehilangan semuanya Frey," Ari menatap Fresya yang juga sedang menatap dirinya.

"Gue kehilangan adik,kakak,dan orang yang paling berharga buat gue... Gue kehilangan ayah gue" tutur Ari.

Fresya mulai paham dengan maksud Ari. Ari mengajaknya ke sini karena laki-laki itu sedang merindukan orang yang telah lama hilang.

"Dan sekarang,tinggal gue sama Mamah gue yang tersisa... Gue selalu berharap kalo gue bisa lindungin Mamah dan selalu jagain Mamah..." Ari melanjutkan ucapannya dengan air mata yang mulai keluar dari ujung matanya.

Hati Fresya merasa sakit mendengar kenyataan pahit yang menimpa Ari. Fresya tak menyangka jika laki-laki itu memiliki kenangan pahit dimasa lalunya.

Tangan Fresya terulur mengusap pundak Ari. Menyalurkan semangat dan kekuatan pada laki-laki tersebut.

Ari tersenyum,kemudian menarik tangan Fresya dipundaknya.

"Hidup gue hampa dan sepi sebelum gue kenal sama lo. Gue bersikap dingin karena rasa trauma yang berhasil ngerubah sikap gue. Sekarang,setelah gue ketemu lo,gue berhasil balikin sikap asli gue..." Ari menatap Fresya sendu.

"Makasih Frey,makasih udah berhasil buat gue berubah..."

Fresya tersenyum. Dia juga merasa sangat senang bisa membuat Ari yang dingin menjadi Ari yang hangat.

"Gue boleh minta satu hal sama lo?"

"Apa?"

"Tetep disamping gue Frey." Ari langsung menarik Fresya kedalam dekapannya.

Tangisnya pecah dalam pelukan Fresya. Setelah sekian lama,akhirnya Ari dapat menumpahkan kesedihannya pada orang yang dia sayang.

******

Tok! Tok! Tok!

"Oyyy Fresya! Sya!"

Alvaro terus mengetuk keras pintu kamar adiknya dengan terus meneriaki nama Fresya. Membuat sipemilik kamar mendengus gusar.

Pintu terbuka. Menampakan Fresya yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apasih kak! Berisik tau ga. Teriak-teriak kayak gitu!" gerutu Fresya pada Alvaro.

"Abisnya dipanggil juga ga nyaut-nyaut."

"Sok amat lo. Biasanya juga maen nyelonong aja!" cibir Fresya membuat Alvaro menggaruk tengkuknya.

"Yaudah buruan bilang mau apa?"

"Gue pinjem charger dong.." ujar Alvaro dengan cengiran khasnya.

Fresya memutar bola matanya malas.

"Pinjem charger aja,hebohnya udah kayak bakal dateng tsunami! Yaudah tunggu disini,biar gue yang ambiln!" Fresya berbalik masuk kedam kamarnya untuk mengambil charger miliknya.

Alvaro menuruti perintah Fresya dengan diam tanpa ikut masuk kedalam kamar adiknya. Hingga tak berselang lama,Fresya pun tiba dengan membawa chargernya.

"Nih." Fresya memberikan benda tersebut pada Alvaro.

"Tapi inget! Jangan sampe rusak! Udah bosen gue ganti chargeran mulu cuma gara-gara di pinjem sama lo." ujar Fresya memperingati kakaknya itu.

"Siap 86 komandan!" ujar Alvaro lalu mengangkat tangannya hormat pada Fresya.

"Yaudah sono pergi!" usir Fresya mendorong paksa tubuh Alvaro.

"Nyelow napa Sya." protes Alvaro.

Fresya pun kembali menutup pintunya. Tubuhnya luruh dilantai. Entah mengapa jika sedang unmood seperti ini,bayangan Dean selalu hadir. Membuat kerinduan yang Fresya pendam semakin membesar.

"Gue rindu lo Dean. Gue rinduu... Kenapa lo pergi dari hidup gue? Kenapa lo harus tinggalin gue? Lo janji buat setia sama gue,tapi kenapa lo ingkarin semua itu.." ujar Fresya frustasi dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Kenapa harus Dean Tuhan... Kenapa harus dia?" lirih Fresya masih dengan isak tangisnya.

"Tunggu aku Dean,kita pasti bisa ketemu..."

######

Kapten I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang