PART 1 ¤ Hallelujah ¤

254K 14.3K 1.1K
                                    

"Jangan takut, kakak sayang sama kamu kok."

***

"Manis, pulang sama kakak ya?"

Dengar, sudah yang ke tiga kalinya Erlang menawarkan pulang bersama gadis tanpa senyuman itu namun yang ada hanya penolakan mentah-mentah.

Dan sekarang perjuangan Erlang belum berakhir juga, ia dengan nekat menghampiri kelas sang gadis dan menawarkan pulang bersama kembali di depan warga kelas.

Jelas saja hal itu memicu jantung sang gadis, walaupun Mauren tak tersenyum malu-malu. Tapi Erlang yakin bahwa hati cewek itu berbunga-bunga.

"Kakak ngomong sama kamu, manis. Mau ya pulang sama kakak?"

Sorakan yang gemuruh memenuhi seluruh ruang kelas, Erlang tanpa malu menghampiri Mauren dan menarik dagu gadis itu untuk memandangnya.

"Mauren, terima aja. Nanti siapa yang jemput kamu, bukannya kamu bilang gak ada yang jemput kamu kan tadi?" Bisik teman sebangkunya, Lisa.

Mauren masih menunduk, menjawab dengan cicitan. "Aku...gak bisa, aku gak kenal dia."

"Kita kenal, kamu lupa nama kakak tadi pagi? Erlang Jordan Salvador Denza, panggilannya sayang kalo buat kamu," ujar Erlang dengan memberikan senyuman paling manisnya.

"Aku..."

"Manis, gak ada penolakan. Ikut kakak," Erlang menarik Mauren menjauh dari kebisingan kelas setelah menggendong tas sang gadis di bahu sebelah kirinya. Dua tas yang ia gendong sekarang.

"Kakak, aku pulang pake bis aja. Aku gak terlalu kenal sama kakak, aku takut."

"Jangan takut, kakak sayang sama kamu kok."

DEG...

Berkali-kali sudah Mauren menelan kenyataan bahwa sekarang ia ingin sekali tersenyum karena ucapan-ucapan manis kakak kelasnya.

Sampai di pakiran, Erlang menghampiri mobil mewahnya lalu membukakan pintu sebelah kemudi untuk di duduki sang gadis pujaan.

Ini masih dalam tahap berjuang, entah perasaan apa yang tiba-tiba merasukinya sampai-sampai menghampiri Mauren dan menawarkannya pulang bersama yang di akhiri dengan paksaan.

Menurut Erlang, Mauren itu perempuan yang memiliki daya tarik tersendiri. Matanya yang tadi memandang sendu langit yang cerah membuatnya ingin mengetahui apa di balik semua itu.

Bukan maksud Erlang ikut campur atau yang lainnya tapi, ia ingin Mauren tersenyum. Erlang bisa jamin jika gadis itu tersenyum maka wajahnyanyang sudah manis itu akan semakin manis.

Mauren itu tidak cantik, tapi manis. Lebih manis dari gula bahkan.

"Manis, rumah kamu di mana?"

Mauren menoleh dengan raut kecanggungan yang kentara lalu menjawab, "Di pertigaan perpustakaan kota, kakak belok kiri aja."

Mobil itu pun melaju membelah jalanan ibu kota, dan ketika sampai di pertigaan perpustakaan Erlang membelokkan stir mobilnya ke kiri dan gang kecil yang sedikit kumuh pun menyambutnya.

Mobilnya tak bisa masuk, sehingga mengharuskannya untuk berhenti di depan gang saja. Sesuai permintaan Mauren.

Mauren mengetuk kaca pintu mobilnya dan Erlang segera menurunkannya, "Makasih ya kak tumpangannya, lain kali gak usah repot-repot," ia tersenyum tipis.

Untuk pertama kalinya senyuman keluar dari bibir manis gadis itu, Erlang membalasnya dengan tatapan teduh. Ia bahagia bisa melihat senyum Mauren.

"Mauren, kamu tinggal sama siapa di... gang sempit ini?"

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang