Not all of disaster is bad, sometimes a disaster will make you know what mean of live.
***
Perlahan Mauren membuka matanya saat sebuah sinar terang tiba-tiba menembus matanya dari arah jendela tepat di depannya.
Gadis itu lupa menutup gordennya tadi malam akibat saking lelahnya dengan pekerjaan, laundry nya akhir-akhir ini kedatangan banyak pelanggan.
Entah mereka mencuci boneka, sepatu, celana dan banyak hal lagi. Itu yang membuat Mauren lelah, menyetrika sana-sini.
Mauren menguap karena masih agak mengantuk, ingin kembali tidur namun ia tak bisa karena ia harus kembali berangkat ke laundry.
Benar-benar hari yang monoton sekali, setiap harinya hanya ia isi dengan bangun pagi lalu berangkat ke laundry. Makan nya pun tak teratur, kadang hanya makan sekali dalam sehari.
Ia bangkit dari tidurnya, merenggangkan otot-ototnya sejurus kemudian ia mengernyit merasa aneh dengan perutnya, seperti ada gejolak yang ingin keluar.
Ia menutup mulutnya, seperti ingin muntah dan secepat kilat ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya di atas lantai kamar mandi.
Dalam hati ia bungung, apa yang membuatnya hingga mual-mual seperti ini. Dan muntah?
"Aku kenapa, tuhan?" Hatinya bergetar, matanya berkaca-kaca saat melihat apa yang ia muntahkan, hanya cairan dan tak ada makanan.
Ia menggelengkan kuat kepalanya, menghilangkan pemikiran-pemikiran aneh yang mulai menggerayangi pikirannya. "Enggak, enggak mungkin. Ini enggak mungkin!"
Mauren mundur lalu berbalik melangkah menuju ke arah pintu rumahnya namun di pertengahan jalan ia memberhentikan langkahnya.
Mauren berusaha untuk merubah pemikiran ngatifnya menjadi pemikiran positif, "Enggak, itu mungkin cuma aku kurang makan aja. Ya, pasti kok."
Ia berbalik lagi menuju kamarnya namun ketika ia tepat sampai di depan pintu kamarnya tiba-tiba perutnya kembali bergejolak ingin memuntahkan sesuatu.
Ia terpaksa kembali berlari menuju kamar mandi lalu memuntahkan semua isi di perutnya, sama. Tak ada apa-apa, hanya cairan saja.
Ini gak bisa di biarin terus-menerus. Aku gak bisa, ada yang aneh, Batinnya mulai memikitkan hal aneh-aneh kemufian mengambil jaketnya.
Setelah mengunci pintu rumah ia mengambil sepeda pinjaman tetangganya itu yang berada di samping rumah lalu mulai menggayuhnya menuju rumah sakit.
Di desa tak ada rumah sakit, ia harus ke kota hanya untuk memereksakan diri. Desanya terpencil dan jika ada seseorang yang sakit mau tidak mau ia harus datang ke kota.
Ia tak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi ke depannya nanti jika apa yang ia pikirkan soal sesuatu yang ia muntahkan itu adalah suatu bencana.
Tidak, ia akan menerima semua apa yang tuhan berikan untuknya. Ia sudah siap menghadapi sejujurnya hidup, dan inilah saatnya ia bermain peran.
Ia harus bisa hidup sendiri, dan tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan yang lalu. Ia harus menerima jika anak itu benar-benar hadir.
Berjam-jam menghabiskan waktu di perjalanan hanya menggunakan sebuah sepeda jadul yang bahkan sudah berkarat, akhirnya ia sampai juga di rumah sakit.
Walau kakinya sakit, lututnya agak sedikit sakit dan punggungnya juga agak kaku. Ia akan melakukan apapun demi dia, Mauren siap dengan apa yang akan di katakan dokter nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...