PART 9 ¤ An Asshole ¤

119K 6.9K 184
                                    

"Tapi menurut gue ini salah, lo gadis yang berhak mendapatkan yang terbaik. Kenapa pilihan lo harus jatuh buat Erlang?"

***

Dari balik pilar kokoh di dalam Mansion, Mauren mengintip memperhatikan arah ruang tamu. Tepatnya pada dua manusia yang sedang berciuman mesra.

Mereka berciuman seakan keadaan di sekitarnya adalah dunia yang sepi, semu, dan hanya mereka yang menempati tanpa sadar bahwa seseorang sedang menyaksikannya.

Menyaksikan sang kekasih yang mencium perempuan lain, tanpa tau bahwa kekasihnya menyaksikan itu secara langaung.

Mauren berpikir, mungkin Erlang hanya menganggap hubungan yang mereka ciptakan ini hanya pelampiasan dari rasa kecewanya terhadap Linda.

Waktu itu Mauren ingat sekali, Erlang mengatakan ia tak memiliki hubungan apapun bersama Linda. Namun apa yang ia saksikan sekarang ini?

Apa yang Mauren pikirkan selama ia hidup ini memang benar. Tak akan pernah ada yang mencintainya dan menyayanginya dengan tulus seperti kedua orangtuanya.

Ia pikir ketika ia memiliki hubungan kasih dengan Erlang, hidupnya akan berubah menjadi penuh tawa dan warna indah.

Namun kenyataannya apa?

Erlang mengkhianatinya, belum satu bulan hubungan mereka terjalin tetapi cowok itu sudah main belakang dengan perempuan lain.

Mauren sangat menyayangkan hal itu.

Tanpa perlu menunggu lama, air matanya yang kerap kali muncul tanpa aba-aba itu kembali. Menangis tanpa isakan dan hanya Zach yang dapat menyaksikannya.

Cowok itu menghampirinya, berjalan seperti maling supaya kegiatan kakaknya dengan mantan tak terusik oleh suara langkah kakinya.

"Lo jangan nangis," ucapnya, datar.

Mauren menoleh dan Zach menaikkan sebelah alisnya sambil berjalan supaya tepat berdiri di sampingnya, "Dia emang gitu, jadi cowok gak pernah peka perasaan cewek."

"Kadang gue suka kesel liatnya, dia gak tau apa yang dia lakukan itu buat seseorang jadi sedih. Kaya lo misalnya, lo cemburu kan?" Tembak Zach tanpa melihat ke sampingnya.

Mauren tersenyum, mengusap kasar air matanya kemudian memberkan senyuman terbaiknya. "Aku kecewa, bukan sedih. Semua orang pasti punya takdir yang berbeda, tapi kayanya aku gak beruntungm bertahun-tahun hidup, hanya kecewa yang menjadi tamu takdirku."

Zach mengerti, hanya dengan melihat tatapan matanya yang sendu sejak pertama kali melihatnya saja Zach sudah dapat menebak.

Hidupnya tak semudah meminta lalu di beri, itu yang dapat Zach simpulkan dari kisahnya itu.

"Kenapa lo mau jadi pacar cowok gak tau diri kaya dia?"

"Karena dia maksa aku," jawab Mauren seadanya.

"Lo bisa nolak."

"Tapi dia yang gak mau aku tolak."

Zach menghela nafas lelah, cowok itu masih memasang tatapan tajam ke arah dua orang itu sambil menjawab, "Kalo lo udah gak kuat lagi, lo bisa putusin dia."

Mauren menolak dengan keras, "Aku masih sayang dia, hungan kita masih belum seminggu. Kenapa aku harus putusin dia? Kita coba aja dulu."

"Tapi menurut gue ini salah, lo gadis yang berhak mendapatkan yang terbaik. Kenapa pilihan lo harus jatuh buat Erlang?"

"Aku suka sama sifatnya yang lucu, setidaknya itu sedikit menghibur," balas Mauren, berusaha tersenyum walau pada kenyataan ia masih ingin menangis meraung-raung.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang