PART 12 ¤ Rubik ¤

112K 5.8K 190
                                    

"Cintu itu kaya rubik yang gampang sekali kita campuradukkan warnanya tapi ketika kita di beri tantangan untuk kembali menjadikan mereka satu warna, itu akan sangat sulit bagi kita yang tak mengerti luar dalam rubik itu."

***

TIK TOK TIK TOK

Suara jam yang berjalan setiap detiknya kini terasa keras dalam kesunyian dan kekacauan sebuah kamar mewah yang di tempatinya saat ini.

Suara Daun yang tertiup oleh angin menambah suasana menyeramkam di sekitaran mansion yang bernilai miliaran ini.

Kondisi kamar berantakan, semuanya sudah berdiam di tempat yang salah. Dan seorang lelaki bertelanjang dada dengan tatto singa di bagian kanan dadanya itu menatap kosong pintu kamarnya.

"Kamu cuma punya aku, kamu di lahirkan hanya untuk menikmati kebahagiaan bersamaku. Walau aku tau kamu telah memiliki yang lain."

Pria itu menggeleng, menarik sebuah pisau tajam lalu melemparkannya pada foto seorang lelaki yang di pajang di pintu dan lemparan itu tepat mengenai dada sebelah kirinya.

Tepat pada jantung.

Sesaat kemudian lelaki itu terkekeh menyerupai Jack The Ripper, "Kamu cahayaku, dan cuma kamu yang bisa meneranginya. Kamu milik aku, Mauren Lina," desisnya.

Cowok itu berdiri dari kursi kayunya lalu menatap pantulan dirinya di cermin, lalu sedetik kemudian cermin itu menjadi retak setelah kepalan tangannya memukul cermin itu.

Apa yang ia inginkan harus ia dapatkan, dan orang yang berani merebut apa yang ingin dan akan di milikinya harus bernasib sama seperti cermin di depannya ini.

Nasibnya retak, hidupnya retak, dan kisah percintaannya pun akan sangat sadis.

"Mauren, bertahun-tahun aku ingin memilikimu. Tetapi sampai sekarang pun kamu tidak pernah menerimaku, tapi untuk sekarang. Aku tidak akan tinggal diam melihatmu bersama pria lain."

Cklekk...

Tiga orang pria berjas hitam dengan kepala plontos mulai memasuki kamar tuannya setelah perintah masuk di berikan, pria yang memimpin barisan terlihat membawa sebuah amplop cokelat juga tebal.

Wajahnya tanpa senyuman, dan menggunakan kacamata hitam untuk menyamarkan wajahnya sebagai mata-mata.

"Tuan, saya sudah mendapatkan apa yang tuan inginkan. Foto ini saya ambil tepat pada hari ini, saya harap tuan puas dengan hasil kerja saya juga anak buah saya," ucap Pria yang memimpin barisan seraya menyerahkan amplopnya.

Pria yang di sebut-sebut sebagai tuan itu mengambil amplop itu tanpa menoleh ataupun berucap trimakasih, pria itu malah membuka amplop itu sembari berkata,

"Jika hasil kerjamu memuaskan, saya akan memberimu imbalan yang tinggi. Dan jika sebaliknya, aku akan memenggal kepala kalian bertiga dan aku tidak akan membiarkan kalian di kubur dengan layak, mengerti?"

"MENGERTI, TUAN!!"

Begitu amplop itu di bukan, beberapa hasil jepretan foto yang tebalnya sudah seperti uang berjuta-juta itu menyambut pengelihatannya.

Foto itu memang ada banyak, namun objek yang di pandang itu hanya satu dan dua orang saja. Yaitu, Erlang dan Mauren.

Sepasang kekasih yang menyulut kemarahannya hingga dekarang, kebanyakan foto ini di ambil saat mereka sesang berada di sekolah dan di taman.

Yang lebih membuatnya emosi lagi adalah ketika Mauren di pangku oleh Erlang dengan bibir mereka yang menempel, berciuman meski masih dalam wilayah sekolah.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang