"Terus Kamu kira kamu apa? kamu juga sama bajingannya."
***
Brian memakirkan mobilnya di tempat yang khusus di buatkan sekolah untuk mobil para guru, sebenarnya siswa tak di perbolehkan membawa mobil ke sekolah.
Itu sudah peraturan tetap sejak sekolah ini berdiri, dan jika Brian membawanya berarti cowok itu dengan tegas mengakui bahwa ia melanggar peraturan itu.
Hey, peraturan itu di buat untuk di langgar.
Seorang pelajar juga perlu kebebasan, uang gedung mereka sudah bayar dan uang SPP juga mereka sudah bayar. Mengapa harus ada larangan lagi untuk mereka?
Hanya sekolah yang bodoh dan egois yang melarang para anak didiknya untuk melakukan apa yang ia gemari namun tidak di luar batas remaja saja.
Dan Brian, tidak takut untuk di hukum sama sekali.
"Kamu mau aku anterin ke kelas, atau sendiri?"
Mauren menjawabnya dengan gelengan seraya menutup pintu mobil, 30 menit lagi bel masuk akan berbunyi dan ia belum melaksanakan piket sama sekali.
"Aku duluan aja. Hati-hati, jangan keseringan berantem nanti wajah kamu jadi kaya harimau," ucap Mauren menakut-nakuti lalu meninggalkannya menuju koridor.
Brian pun memencet salah satu tombol yang terdapat dalam kunci lalu seketika suara TIT menandakan bahwa mobil sudah terkunci rapat.
***
Dari arah luar kelas, seorang guru berbadan lebar dengan wajah garangnya yang juga menenteng sebuah baju di tangannya berbelok memasuki kelas Mauren.
Ini sudah pergantian jam belajar, dan sekarang kelas Mauren mendapatkan giliran Fisika. Mendengar mata pelajaran keturunan Sains itu saja sudah membuatnya muak.
Rentetan angka-angka juga rumusnya saja sudah membuat hangus pikiran, belum lagi mereka harus di hadapkan oleh guru yang sekali bergerak saja kalian akan terkena lemparan sepidol.
Guru ini adalah guru yang terkenal sangat sinis bagi murid-muridnya, apalagi jika guru itu di hadapkan seperti manusia sejenis pembuat ulah atau biang onar.
Maka guru itu tak akan segan-segan memberikan sebuah pekerjaan rumah dengan ratusan nomor yang bahkan sudah berbentuk dokumentasi.
Terbayang bagaimana kurang ajarnya guru itu?
"SEMUA BERDIRI, BERI SALAM. SELAMAT PAGI, BU GURU!!" Ucapan salam dengan serentak yang di ketuai oleh Fagas itu di balas dengan datar olehnya.
"Paket halaman 281, bagian Materi siswa dari nomor 1-50. Kerjakan, semua soal di sana sudah ibu ajarkan pada kalian dan jangan ada yang bertanya lagi!"
"SIAP BU!!"
Sedangkan di pojok kelas, Mauren kebingungan harus bertanya pada siapa lagi. Ia benar-benar tak tau angka, ia bodoh jika harus di hadapkan oleh angka.
Ia ingin bertanya namun malu dan tak tahu harus bertanya pada siapa, hari ini teman duduknya pun tak masuk. Lisa tidak masuk dengan alasan sakit.
Ia menatap kosong buku paket di hadapannya, semua murid terlihat menunduk karena sakig sibuk dan fokusnya menulis jawaban.
Sedangkan mauren? Kertasnya masih halus dan bersih, belum di kotori oleh coretan pensil ataupun gosokan penghapus.
BRAKKK
Pintu kelas tiba-tiba terbuka secara kasar, seorang lelaki yang lengan seragamnya di lipat bak preman, baju lusuh, dan celana abu-abunya yang sengaja di robek pada bagian lutut kiri itu dengan wajah geramnya mendatangi meja paling pojok.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Fiksi Remaja-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...