In The Town Full Of Fancy Cars and crowded bars and supermodels tryna be somebody, somebody.
***
"Erlang, dimana ini?"
Erlang menjawab dengan sedikit malas-malasan, "Dimana-mana."
Mendengar jawaban itu membuat Mauren benar-benar ingin memukul lelaki di sebelahnya ini, "Rasanya aku ingin sekali memukulmu!"
"Pukulah, tapi jangan terlalu keras nanti aku sakit lalu meninggalkanmu ke alam surga,"
"Aneh. Kenapa tidak ke neraka saja?" cibirnya, tak menoleh pada Erlang melainkan memperhatikan suasana Restaurant mewah bintang lima yang lumayan ramai ini.
"Mauren, aku masih mendengarmu, sayang."
"Berapa kali aku bilang untuk jangan memanggilku sayang! Dengar tidak, sih?"
"Tidak, aku tak mendengarnya sama sekali."
"BERHENTI MEMANGGILKU SAYANG!" Teriakan itu seketika membuat Piter yang berada di pangkuan Mauren jadi bangun masih dengan mata mengantuk.
"Mama? Kenapa berteriak?"
Mauren dan Erlang menoleh, mereka tak sadar jika anaknya terbangun akibat pertengkaran layaknya ABG itu.
"Ini semua gara-gara kamu yang buat Piter bangun," tuduh Erlang, berniat hanya ingin mempermainkan Mauren saja.
"Jangan asal menuduh, kau yang memancingku duluan?"
"Bagaimana bisa begitu?"
"Kamu menyebalkan sekali!" Bentaknya lalu keluar terlebih dahulu dari mobil sambil menggendong Piter, tak peduli dengan pria gila itu lagi.
Erlang telah memakirkan mobilnya dengan rapi lalu mulai menyusul Mauren dan Piter yang sudah terlebih dahulu berjalan di depannya dengan langkah menghentak.
Entahlah, mungkin Maurennya marah.
"Sayang!"
Mauren mendengar Erlang memanggilnya tetapi ia tak menoleh sama sekali, malah asik menunggu di depan pintu karena ia takut salah bertingkah jika ia masuk sembarangan ke dalam restaurant mewah ini.
"Kenapa tidak langsung masuk saja?"
"Kenapa harus aku yang duluan masuk?" Tanya Mauren balik yang malah membuat Erlang geleng-geleng kepala sendiri jadinya.
Pelayan sedang mencarikan tempat duduk dengan jumlah tiga orang dan ternyata mereka dapat tempat paling pojok ruangan.
Setelah Erlang memesan makanan dan pelayan mengatakan makanan akan segera datang dalam 30 menit lagi. Keadaan pun berubah menjadi sunyi.
Diantara ketiganya tak ada yang ingin mulai berbicara, Piter sendiri bingung melihat dua orangtuanya di depan. Piter duduk di tengah-tengah mereka.
"Huh..kenapa tidak ada yang ingin bicara?" Piter akhirnya mengalahkan egonya untuk membuka percakapan.
"Tidak ada!" Erlang dan Mauren menjawab serentak membuat Piter tersenyum melihat kekompakan secara tanpa sadar itu.
"Mama dan Papa kompak, seperti suami istri."
"Apanya kompak?" Tanya mauren, kali ini Erlang diam karena ia senang-senang saja dengan pernyataan anaknya itu.
"Iya, mama. Mama dan papa serasi sekali, Piter suka. Lalu kenapa tidak langsung menikah saja?"
Mauren menggeram, menatap tajam pria di depannya sebelum menjawab. "Dengan siapa?"
"Dengan papa." Jawaban polos itu membuat Erlang dan mauren memberikan reaksi yang berkebalikan, yang satu senang dan yang satu geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...