PART 15 ¤ Kiss In The Hospital ¤

113K 5.3K 183
                                    

"Karena hanya kau saja yang di takdirkan untuk aku cintai."

***

"Makan dulu ya?"

Berkali-kali paksaan secara lembut itu keluar dari mulutnya ketika Rivera merasa kesal tangannya di abaikan di depan mulut Mauren.

Ya, mereka masih berada di kamar rawat inap VVIP dan mereka hanya berdua saja sebab beberapa saat lalu Brian mengatkan akan pergi ke kantin membeli makanan.

Dalam hati Rivra bersyukur bisa mendapatkan waktu berduaan dengannya walau mungkin wakunya tak banyak karena orang makan tak mungkin hingga satu hari, bukan?

"Mauren, kalo kamu gak makan nanti lambung kamu rusak loh. Nanti kamu maag, mau emang?"

Mauren menggeleng acuh, merasa tak peduli dengan bujukan itu. Ia tak ingin makan, ia tidak ingin di ganggu tetapi Rivera tak mau peka.

"Kalo kamu gak mau makan, aku nikahin kamu sekarang juga, aku bersumpah," ancam Rivera dengan menaikkan sebelah alisnya seolah menantang.

Mauren mendongak saat mendengar ancaman itu, nadanya terdengar serius dan mauren tak mau itu. Ia masih ingin menikmati masa sekolahnya.

"Aku gak laper, Riv. Aku gak mau makan," lirihnya, lemah. Suaranya bahkan mengecil dan sedikit serak.

"Tapi kamu haris makan, perut kamu kosong, nanti kondisi kamu semakin parah gimana?"

"Aku gak peduli kondisi aku, bahkan aku berdoa supaya kondisi aku lebih buruk dari ini dan dengan cepat meninggalkan dunia ini," ucapnya.

"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi! Sampai kapan pun," hardik Rivera dengan menarik dagu gadis itu supaya menghadapnya.

"Makan sekarang, buka mulut kamu," paksa Rivera dengan tangannya yang masih menyodorkan sendok berisikan bubur hambar rumah sakit.

Mauren dengan sangat sangat terpaksa membuka mulutnya dengan tak rela kemudian menelan bubur itu dengan berat dan rasa hambar pun menyambutnya.

Ia benci kehambaran, sudah cukup hidupnya saja yang hambar tetapi mengapa makanan saja jadi ikut-ikutan terasa hambar?

"Aku tau rasanya gak enak, nanti aku cium bibir kamu biar manis," ujar Rivera dengan cuek tanpa adanya nada gombalan dalam intonasi bicaranya.

Biasanya Erlang, ahhh, pikirannya selalu saja tertuju pada cowok yang tak mencintainya itu.

"Rivera, kamu sadar apa yang kamu bilang tadi?"

"Sadar lah, memang kenapa kalo aku cium kamu? Gak boleh?"

"Tentu saja tidak!" Tolak Mauren dengar keras seraya menggeleng dengan kuat memperlihatkan raut wajah cemberutnya yang menurut Rivera menggemaskan.

"Ohh, ayolah, aku gak bilang sekarang. Nanti kalo udah jadi suami kamu." Rivera terkekeh saat Mauren memberikan wajah cemberutnya saat ia masuk ke dalam jebakan batman Rivera.

"Kamu nyebelin sekarang," cicitnya memalingkan wajahnya menuju TV 50 Inch di depannya.

"Manusia menyebalkan itu tidak semuanya jahat, kadang ada kalanya dimana mereka tidak mengerti bagaimana cara mengungkapkan rasa yang ia miliki untuk seseorang yang di cintainya."

Mauren menoleh, "Maksud kamu siapa?"

"Manusia yang sedang mengharapkan untuk kembali mencintai lah yang ku maksud," kata Rivera sembari mengambil duduk di samping Mauren dengan menyandarkan tubuhnya di kepala kasur rumah sakit.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang