I see my tears melt in the snow, but i don't wanna cry anymore.
***
"Aku dan Linda sudah menikah, dan Lily adalah anak kandungku sendiri."
Mauren melihat ke balik punggung lebar nan tegap Erlang, Rivera bersama Lily dan Linda ada disana dan juga satu orang pria dewasa seumuran Erlang.
"Brian..Rivera.. Mereka disini?"
Tidak hanya Mauren saja yang terkejut dengan kehadiran mereka semua, mereka datang tanpa di undang dan Erlang tak tau siapa yang mengundang mereka semua untuk datang.
Erlang berbalik dan wajah tegangnya dapat dilihat mereka semua, wajah terkejut akan kehadiran mereka yang seperti hantu yang datang tanpa di undang.
"Kalian semua mengapa bisa disini?"
"Hanya ingin membantu seorang sahabat yang masih berjuang mengejar cintanya," jawab Brian lantas mendekat kemudian sisusul Rivera, Linda, dan Lily.
"Mauren, dengarkan penjelasan Erlang dulu. Jangan mengambil keputusan sepihak, apa salahnya jika kalian mencoba lagi? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan?"
Mauren menggeleng, "Tidak bisa, Brian. Aku tak bisa memaafkan semua kesalahannya," lirihnya.
"Aku tau itu, Mauren. Tapi tak adakah kesempatan kedua untuk Erlang sendiri? Untuk mantan pria yang kamu pernah cintai setengah mati dulu?" Tanya Rivera.
Pria kecil yang berada dalam gendongan Mauren mengangguk pelan dengan polosnya, semua pandangan mata itu melihat pada satu titik itu.
Pria kecil dengan wajah yang sama dengan Erlang, sangat mirip bahkan. Melihat semua orang yang berkumpul mengelilinginya dengan polos seolah menjawab pertanyaan Rivera tadi.
"Siapa dia?" Tanya Brian.
"Anakku, Piter."
"Dia juga anakku, yang lahir karena perbuatanku," tambah Erlang sebab menurutnya jawaban itu masih ada kelanjutannya dan belum lengkap.
Brian dan Rivera tertawa sumbang, "Anak? Bahkan kalian sudah memiliki anak, tidak adakah niatan untuk membuat Piter bahagia dengan kalian kembali dan menikah?"
"Seharusnya seorang anak menjadi pengikat antara cinta ayah dan ibunya, tetapi bagaimana dengan ini? Mengapa kalian lebih memilih berpisah ketika kalian tau kalian memiliki seorang anak?"
"Dari dulu kita sudah berpisah, Piter adalah anakku dan aku akan mengurusnya hingga ia besar nanti dan untuk selamanya. Piter tak membutuhkan seorang ayah yang seperti dia,"
"Sudah, lebih baik kita akhiri saja semua ini. Sudah cukup semuanya, selamat tinggal."
Mauren menunduk dan menerobos sekelilingnya menjauh dari mereka namun langkahnya dihentikan oleh suara anaknya yang berkata, "Papa..."
Ia menunduk, memandang mata anaknya yang merah seperti ingin menangis. Tangannya memberontak minta diturunkan dari gendongan ibunya.
"Piter mau turun, Mama." Mauren menurunkan Piter dnegan terpaksa dan membiarkan anaknya berjalan mendekati ayahnya, Erlang sendiri.
"Papa? Piter punya papa?"
Tinggi Piter hanya sebatas pinggang Erlang sehingga ia harus mendongak jika ingin melihat wajah ayahnya secara dekat dan langsung.
"Wajah papa mirip dengan Piter, kita seperti kembar," ujarnya riang dan tertawa lebar melihat itu. Ini seperti hal yang menakjubkan menurut Piter memiliki wajah yang sama dengan Erlang.
![](https://img.wattpad.com/cover/148338045-288-k835176.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...