"Gue tidak mendekatkan diri, tapi kondisi yang memaksa untuk kita dekat. Dan lo alasan terkuat kedekatan antara gue dan Mauren."
***
BRUAKKK
"Mauren..."
Dua manusia di dalam kamar inap yang beberapa menit lalu di dobraknya membuat sang penghuni menghentikan pembicaraan yang berlangsung tadi.
Yang pertama menoleh adalah Rivera, pria itu memandangnya tajam seolah-olah musuh sedang menyerang kawasannya dan mengusik ketenangannya.
Erlang pun tak kalah tajamnya memandang, kedua pria itu seakan sedang mengibarkan dengan tegas bendera perang demi merebutkan tujuan yang sama.
Nafasnya sejak menuju kamar ini memang terengah-engah karena saking semangatnya Erlang ingin bertemu gadisnya.
Dan sekarang nafasnya malah semakin tak keruan karena di tambah lagi dengan kobaran api membara kemarahannya saat melihat ini.
Melihat gadisnya dengan pria lain.
"LO APAIN CEWEK GUA, HAH!!?" Bentak Erlang membuat Mauren sedikit terlonjak dengan cowok itu mencengkram kerah kemeja yang Rivera kenakan.
"Erlang," kejut Mauren sebab sebelumnya saat ia mendengar suara itu, ia hanya menggap bahwa semua adalah ilusi atas rasa rindunya.
"JAUH-JAUH LO DARI CEWEK GUA!!"
Bentakkan itu tak kunjung berhenti hingga Mauren merasa jengah mendengarnya, bahkan Erlang tadi sempat memukul Rivera berkali-kali di pipi.
Gadis itu tak bisa membayangkannya lagi seberapa banyak dan seberapa sakit yang Rivera rasakan atas kesalahpahaman ini hanya demi dia.
Gadis yang tak bisa membalas perasaan Rivera.
"ERLANG, CUKUP!!"
Bentakan dengan suara nyaring itu menghentikan pergerakan Erlang yang mungkin beberapa centi lagi akan menusukkan pisau buah itu ke perut Rivera.
Bahkan Rivera tak membalas memukul, ia hanya diam saja di perlakukan seperti itu dan memejamkkan matanya saat sudah dirasa bahwa pisau mungkin sebentar lagi akan menancap di perutnya.
Tetapi sudah sekian lama menunggu, ia tak mersakan sakit. Ia malah merasa lenggang dan tak ada bobot lagi yang di tampungnya.
Ia merasa jiwanya masih berada disini, tangannya meraba-raba perutnya dan ia tak merasakan atau mencium bau darah anyir dirinya.
"Kali ini lo gue ampuni, jangan lagi lo deketin cewek gue!"
Erlang berdiri dari atas tubuhnya lalu menghampiri sang gadis setelah melempar pisau itu sejauh mungkin dari jangkauan lintasan jalan manusia.
"Kamu kenapa bisa di rumah sakit, sayang? Kenapa kamu gak kabarain aku soal ini?" Erlang mengamit tangannya untuk di ciumnya.
Perlakuan itu sama sekali tak membuat Mauren tersenyum seperti biasanya, bahkan tak ada rona merah bersemu seperti dulu.
Gadis itu haya memberikan tampang datarnya tanpa ada niat membalas, pandangan matanya pun hanya menatap TV di depannya.
Tak ingin susah-susah menoleh ke samping, dimana Erlang berdiri dengan tampang yang awut-awutan.
"Kamu kenapa bisa disini?"
Pertanyaan bernada datar lah yang pertama kali Erlang dapatkan sebagai sambutan atas kedatangannya.
Erlang hendak menjawab namun Mauren malah menyelanya, "Bukannya tadi sama Kak Linda, ya? Sama Lily juga, kan?"
Mungkin pertanyaan itu datar, dan orang-orang mungkin beropini bahwa pertanyaan itu wajar atas rasa keterkejutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...