Di satu sisi, mawar itu cantik dengan bentuk dan warnanya. Namun jika dilihat lebih teliti lagi, ia juga memiliki sebuah duri dan bisa layu kapan saja.
***
Zach duduk di samping tempat tidur abangnya, mengelus kepalanya yang berdarah dan sedikit menodai ketampanan abangnya ini.
"Erlang, lo baik-baik aja kan?"
Zach bertanya setelah kelopak mata itu terbuka perlahan, mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya dengan matanya.
Sejak Erlang di temukan sekarat di Club yang di kunjunginya, tiba-tiba abangnya pulang dengan keadaan sekarat dan para pengawalnya yang membopong.
Saat itu Erlang tidak sepenuhnya pingsan, ia masih setengah sadar dan tau jika Zach lah yang membawanya menuju kamar untuk di periksakan dokter.
Sebelum di periksa, Erlang di berikan obat bius sehingga pria itu tertidur lama selama pemasangan perban di kepalanya. Bukan dalam artian seluruh wajahnya tertutupi perban sepeeti mumi.
Melainkan hanya kepala bagian belakang hingga area telinga dan rahangnya saja yang di perban, sengaja Zach memaksa dokter agar tidak memperban semua wajah kakaknya.
"Kondisinya tidak terlalu parah, mungkin pasien hanya akan mengalami gejala pusing karena benturan keras itu dan mungkin dalam jangka waktu berbulan-bulan akan sembuh," ucap sang dokter sembari membereskan peralatan kedoktetannya.
"Maksud dari berbulan-bulan? Bagaimana jika tidak sembuh hingga 12 bulan, Dok?" Tanya Zach yang memang sedikit parno dengan dunia kesehatan ini.
"Tidak, mungkin sekitar 2-3 bulan saja sudah membaik." Dokter itu tersenyum lalu berjabat tangan.
Zach kembali lagi setelah mengantarkan dokter itu pulang, dan sudah menemukan pemandangan abangnya yang mengecek ponselnya terburu-buru.
"Bang, lo gak boleh main HP dulu!" Zach berkata dengan galak seraya mengambil ponsel buah itu kasar lalu menaruhnya di jangkauan yang paling jauh agar Erlang tak bisa mengambilnya.
"Hey, Zach. Gua penting, itu penting banget. Gue perlu HP gue, Zach!!"
"Nggak, No! Lo cerita dulu seoal kejadian semalam hingga lo berakhir dengan keadaan sekarat seperti ini," paksanya, mengambil kursi belajarnya ke samping tempat tidur Erlang.
"Iya, bakal gue ceritain tapi gak sekarang. Kasih HP gue dulu, gue ada perlu sama HP gue!"
"Enggak, cerita dulu! Sebelum gue bener-bener hancurin tuh HP lo!" Ancamnya sambil mengarahkan jari telunjuknya sok garang.
Padahal diantara mereka, yang paling garang itu ya sudah pasti Erlang. Karena dia sulung dari si bungsu, Zach.
"Bisa gak sih lo gak maksa, Zach."
"Kali ini gue mau gak mau harus paksa lo supaya mulut lo itu mau terbuka sama gue!"
"Nggak!"
"Cerita sekarang atau semua boxer lo gue bakar semua, mau lo!?"
"Oke, fine. Ceritanya begini,"
Rentetan kejadian tadi malam pun perlahan Erlang ceritakan pada adiknya, saat-saat dimana Mauren datang dan membuat kacau semuanya.
Saat dimana Mauren menusuk tangannya menggunakan pisau, menampar Linda hingga pingsan dan melakukan hal anarkis ini padanya juga.
Dan jika saja Mauren saat itu mencoba untuk bersabar, maka Erlang pastikan bahwa kejadian ini tak akan terjadi. Mereka tak akan sama-sama terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...