PART 30 ¤ Your Consequences ¤

89.2K 4.6K 146
                                    

Jangan memulai jika tidak ingin di kejar, Jangan dilakukan jika tak ingin disalahkan, Jangan berkata jika kamu membenci. Diam adalah jalan satu-satunya.

***

"Riv, berhenti! Ini bahaya, Riv!!" Brian menahan pergerakan tangannya ketika pisau itu hampir saja menusuk jantungnya.

"Rivera lo harus sadar! Mauren udah gak disini!!" Brian membentak dengan mendorong bahunya hingga ia terjungkal ke belakang.

Di rumah besar ini tidak hanya Brian saja yang melihat tindakan diluar batas Rivera saat ini, namun Linda juga Lily ada di sini namun tidak di tempat yang sama.

Brian pikir perempuan tidak bisa ikut campur dalam masalah ini, apalagi jika Lily menampakkan wajahnya di hadapan Rivera maka pria itu pasti akan mengamuk.

"Riv, ada Linda sama Lily disini. Tolong jaga sikap lo sedikit," ucap Brian merendahkan tubuhnya melihat lebih dalam raut wajah sahabatnya yang sangat menyedihkan.

Bukan hanya Rivera saja yang sedih dalam kepergian Mauren ini, Brian pun juga bersedih ditinggalkan teman masa kecilnya.

Tetapi apa boleh perbuat? Mauren telah pergi dan percuma menyakiti diri sendiri juga pada akhirnya Mauren tak akan langsung berada di hadapan kita, bukan?

Menyakiti diri bukanlah jalan keluarnya.

"Jangan sampai Lily kecewa sama ayahnya yang ternyata ingin melukai dirinya sendiri," lirihnya perlahan-lahan menarik pisau itu menjauh lalu membuangnya sembarangan.

Saat ini mereka berada di taman rumah Rivera, di malam hari yang hanya akan ada rerumputan dan lampu-lampu saja. Suara jangkrik pun tak terdengar saking ributnya mereka berdua disini.

Dari balik jendela Linda melihat semua hal yang dilakukan Rivera, wanita itu menangis dalam diam meihat ayah dari anak yang sudah ia lahirkan menjadi seperti ini.

Entah ia harus menyesal telah melahirkan Lily atau ia harus bahagia karena secara terpaksa mereka harus terikat karena permintaan dari Mauren.

Linda tau Rivera berat jika harus menerimanya, menjadi ayah disaat ia sedang di bondong-bondong membuat skripsi.

Linda sudah menolak saat itu, namun dengan tegasnya Brian berteriak dengan kuat melarangnya pergi, Linda harus bersama Rivera.

"Lo gak bisa pergi gitu aja, Lin. Lihat Lily, dia butuh ayah dan lo harus kasih tau kalo Rivera ayah dari Lily!"

Itulah yang Brian katakan padanya saat ia ingin menyerah pada takdir, disisi lain ia juga ingin memiliki keluarga yang bahagia namun tak dapat ia pastikan jika adakah pria yang masih mau dengannya?

Mungkin mayoritas jawabannya tidak.

Linda menunduk, memikirkan apa yang akan terjadi pada takdir hidupnya ke depan jika tanpa siapapun disinya. Erlang pergi, dan jika Rivera pergi dengan siapa ia harus hidup?

Perlahan ia menutup tirai jendelanya lalu meninggalkan mereka menuju Lily yang sudah terlelap di kamar tamu, kasihan sekali anak itu.

Linda mengelus kepalanya dengan sayang, "Lily, mama sayang kamu, nak."

***

"Sadar, Riv. Bangun!!!"

Brian menendang berkali-kali tubuh sahabatnya yang masih terbaring tak berdaya di atas rerumputan hijau taman rumah besarnya.

"Gue gak bisa hidup tanpa dia, Yan. Gue cinta Mauren, bukan Linda," ucapnya serak bahkan hampir tak bisa di dengar Brian.

"Lupakan Mauren, dia udah pergi dan kalo lo gak tau gue juga sama kaya lo! Gue marah liat dia pergi tapi gue juga gak bisa mengelam, ini yang dinamakan alur kehidupan,"

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang