PART 24 ¤ We Broke Up ¤

93.3K 4.6K 287
                                    

Sama halnya dengan aku, aku akan lelah jika orang yang aku kejar terlalu jauh untuk di gapai.

***

"MAUREN!!"

Erlang berjalan masuk dengan langkah yang di penuhi amarah membara menuju dia manusia tak tau diri ini yang berciuman tanpa status selain teman.

"KAMU MAIN DI BELAKANGKU!!"

Dalam hati Mauren merutuki keberadaan Erlang, ia membenci ketika ia harus dihadapi oleh waktu jika mereka bertemu apalagi bicara.

Matanya saja kini sudah mulai merasakan aura permusuhan sejak Erlang mendekat dan memegang tangannya sambil berkata, "Aku mau bicara, Sayang."

Dengan takut-takut matanya ia arahkan pada dua pria ini secara bergantian, Rivera dengan wajahnya yang memerah dan Erlang yang tak tau diri memanggilnya sayang setelah penderitaan yang di berikan.

"Kamu emang gak punya sopan santun ya, ketok pintu dulu kek kalo mau masuk."

"Aku gak peduli, lagipula ini kamar pacarku bukan? Kamar gadisku? Yang nyatanya kepergok ciuman sama pria lain?" Pertanyaan Erlang yang sinis itu benar-benar membuat matanya memancarkan api.

Seharusnya ia berkaca, siapa yang bermain  belakang dan siapa yang  berusaha merubah sebuah mitos menjadi sebuah fakta?

"GAK TAU DIRI KAMU, MAUREN!!"

"NGACA LO!!" Bentak Rivera membalas, karena ia yakin jika seorang binatang tak akan berhenti mengejar jika tak di beri makan.

"Lo yang ngaca, siapa yang gak tau diri disini. Lo atau Mauren, hah?" Tanya Rivera dengan senyum sinisnya.

Jari telunjuknya ia taruh tepat di depan dada kiri Erlang, "Lo cowok bukan? Kalo cowok itu seharusnya enggak bajingan."

Erlang menghempaskan tangannya, lalu tersenyum meremehkan dengan menggelengkan kepalanya heran. "Lo sadar gak? Lo nyindir diri sendiri?"

Dahimya berkerut, Rivera tak mengerti apa yang cowok itu katakan namun matanya itu seolah menyiratkan sesuatu yang mungkin hanya dia saja yang tau.

"Bicara apa lo?"

"Ya gak bicara apa sih, gue cuma mau kasih tau aja kalo lo nyindir diri lo sendiri. Koreksi kesalahan lo apa!"

"Gue gak pernah berbuat salah," desisnya dengan kedua tangan terkepal, dan mata Mauren menangkap itu semua.

Rivera berbeda, tak seperti kemarin-kemarin yang masih bisa mengontrol emosinya di hadapan Erlang. Namun kenapa sekarang ia berbeda?

Seolah-olah Rivera nya yang selalu melindungi terbang terbawa angin menju alam lain.

Tangannya terulur ingin menenangkan Rivera namun sebelumnya pria itu melempar tangannya, "Tunggu sebentar, Mauren!"

"Ish.. iy-iya," cicitnya.

Ia takut sekarang, dua orang pria yang dikuasai emosi kini sibuk dengan pembicaraan yang tak Mauren mengerti dan Brian tak ada untuk menolongnya.

Pria itu sekolah, dan hanya Rivera yang dapat menemaninya di rumah sakit pagi ini. Dan kedatangan Erlang ini semakin membuatnya takut jika mereka kembali membuat ulah.

Dan Mauren tak ingin mengganggu kegiatan belajar Brian dengan menyuruhnya untuk ke rumah skait menolong dua orang yang baku hantam.

"Kalian keluar kalo mau berantem, aku gak mau di ganggu," usir Mauren, memfokuskan pandangannya pada TV di depan.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang