Rindu menjadi benci dan Benci menjadi Rindu.
***
Hari sudah semakin tua, ketika hari sudah masuk ke penghujung pergantian waktu, Warna sudah berubah menjadi sedikit gelap walau matahari masih tampak setengah.
Ini henar-benar suasana yang Mauren cintai sangat, matahari seolah membawa ketenangan bagi kehidupan sendirinya selama 6 tahun ini.
Matahari yang selalu memberikannya semangat untuk kembali menjalani hari seperti sebelumnya, bekerja dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya dan juga anaknya.
Ia memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam tas gendongnya dan setelah semua barang di masukkan ia menutup pintu kantor ruang guru lalu menguncinya.
Ia lembur untuk hari ini, hanya dia saja guru yang tersisa di sekolah dasar ini karena banyak tugas anak-anak yang belum ia koreksi.
Terpaksa anaknya ia suruh menunggu sebentar hingga akhirnya hari menjelang pukul 6 sore ia baru menyelesaikan pekerjaannya.
Ia berterimakasih pada satpam sekolah yang susah berbaik hati mau menemaninya di luar sekolah karena semuanya sudah sepi, dan hanya dia dan anaknya yang tersisa.
"Piter!"
"Kamu diamana, sayang?" Teriak Mauren memanggil nama anaknya berkali-kali namun tak ada sahutan di sekitar lorong sini.
Wanita itu berjalan menyusuri lorong hingga mendekati taman pakiran dan tersenyum begitu melihat anaknya yang duduk tenang bersama satpam sekolah.
Piter masih mengenakan seragam sekolah dasarnya, anak lelakinya sudah menginjak umur 5 tahun dan baru menginjak sekolah dasar kelas 1.
Matanya berkaca-kaca melihat kesederhanaan dalam diri anaknya, anaknya menerima-menerima saja kondisi ekonomi mereka yang akhir-akhir ini menurun.
Mauren cukup prihatin ketika memandangn bentuk wajah anaknya yang sama persis seperti dia, Piter seperti duplikat dari ayahnya yahg kini entah dimana.
Wanita itu berharap supaya ketika Piter beranjak dewasa ia masih bisa menerima kondisi ibunya yang seperti ini, lemah dalam bidang ekonomi.
Ia perlahan menurunkan arahan matanya ke bawah, di sana ada sebuah kotak makan bergambar batman kesukaan Piter. Bahkan hanya untuk makan saja Mauren harus membawa dari rumah.
Namun setidaknya, piter bisa sekolah saja ia susah sangat bersyukur.
Piter tertawa ceria saat satpam penjaga sekolah mengambil sebuah batang pohon lalu menbuatnya seolah-olah itu adalah sirquit mobil.
Pak Tono mengambil tangan Piter untuk di taruhnya di antara batang kayu tipis itu seolah-olah tangan mungil Piter adalah sebuah mobil pembalap dalam sirquit.
"Ayo, Piter. Sekarang cepat jalankan mobilnya," kata Pak Tono lantas menggerakan tangan mungl Piter dengan cepat lalu bertepuk tangan setelah memasuki finish.
Prok Prok Prok
"Yaa!! Piter menang! Piter sudah berhasil menjadi pembalap hebat," puji Pak Tono dengan menggerakan tangan Piter mengikuti gestur bertepuk tangan.
"Hahaha, bapak lucu piter suka." Piter tersenyum menampilkan deretan giginya yang masih brberapa ada yang belum tumbuh.
"Piter, sayang." Mauren memegang bahu anaknya dan memberikan sebuah ciuman di kening sebagai sapaan.
"Sudah mau malam, sayang. Pulang ya? Mainnya di lanjut besok saja," ucap Mauren sangat lembut dan membantu piter berdiri dari posisi duduknya di atas rumput.
![](https://img.wattpad.com/cover/148338045-288-k835176.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...