Percuma mempertahankan jika ia rela membakar sebuah jembatan hanya untuk menciptakan sebuah jarak
***
"RIVERA!!"
Mauren berlari menghampirinya dengan perasaan gembira lantas memeluknya dengan senyuman memikatnya yang memperlihatkan deretan giginya.
"Kamu kenapa disini, Ren?"
"Iya, mau ketemu kamu aja."
Rivera belum puas dengan jawaban itu, namun begitu matanya yang semula memejam perlahan terbuka sebab ingin melepaskan pelukannya.
Namun matanya tanpa disengaja begitu terbuka mendapatkan sebuah pemandangan yang membuat hatinya kembali menangis pedih, miris.
Air matanya tanpa sadar mengalir begitu saja, beberapa kali ia usap dengan kasar pipinya namun air mata itu seakan tak ingin jauh darinya.
Isakannya pun sekuat mungkin ia tahan agar Rivera tak terusik untuk sadar jika ia menangis saat ini, posisinya masih sedikit memeluk sehingga Rivera tak akan tau jika ia tak berbalik badan untuk melihat.
Dan mauren tak ingin jika sampai itu asli terjadi,
HIKS...
Gadis itu membekap mulutnya menggunakan kedua tangannya, saat sadar jika sedikit isakan melolos begitu saja dari mulutnya dan Rivera langsung menoleh.
"Kamu nangis, Ren?"
"Kamu nangis?" Tanya Rivera, khawatir sekali ketika mendengar sebuah isakan tepat di samping telinganya. Mauren menggeleng keras, menolaknya.
"Aku gak papa." Hanya mengucapkan tiga kata itu saja Mauren sudah susah payah mengeluarkan suaranya.
"Jangan mencoba membohongiku, aku bukan orang bodoh, Mauren!" Hardiknya lalu menarik pinggangnya kembali mendekat dan memeluknya.
Memeluk untuk kedua kalinya dengan manusia berbeda yang memulai.
"Kali ini alasanmu menangis, apa?" Dengan sabar Rivera bertanya sembari mengelus punggungnya.
Samar Rivera merasa Mauren menggeleng, "Masih gak mau cerita?"
Mauren menggeleng kembali dengan matanya yang tak pernah lepas dari pemandangan dua orang yang sedang menari erotis di lantai dansa sembari berciuman mesra nan panas.
Gadis itu tidak bodoh untuk tau apalagi sadar jika itu dia, itu kekasihnya bersama seorang wanita yang juga mencintai kekasihnya.
Mengapa mereka disini, dan terlihat seperti sepasang kekasih? Berciuman? Malam?
Rivera jengah, sedari tadi pertanyaannya selalu saja di abaikannya dan dengan emosi ia membalikan badanya untuk melihat objek yang di pandangi Mauren hingga lebih dari 30 menit.
DEGGG
Terkejut, cukup terkejut saat melihatnya namun pria itu tak ingin berteriak histetis seperti kebanyakan orang jika terkejut.
Walau sebenarnya pria itu ingin sekali berteriak sekeras mungkin agar semua yang ada di club ini tau jika seorang bajingan sedang menyakiti seorang gadis polos.
Dia saja yang notabene-nya sebagai musuh, cukup kecewa melihat sikapnya yang di luar nalar dan bahkan ia tak pernah berpikiran akan berakhir seperti ini.
Dengan berat hati ia menoleh dan reaksinya membuat Rivera sangat tercengan, Mauren tak bergerak untuk menghampiri.
Hanya bisa menangis, tak berkutik, seperti tikus yang tak berani menggigit kaki singa yang sedang menyantap makanan lezat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...