***
"Erlang, gimana perasaan lo?"
Karisma bertanya dengan santainya, wajah polosnya itu sudah seperti tidak memiliki beban. Berbeda dengan Erlang yeng bebannya bukan di otak tapi di hati.
Hatinya gelisah sedari tadi, sejak awal matahari mulai menunjukan sinarnya ia sudah gelisah. Ia tau penyebabnya karena ia ingin menikahi wanitanya.
Namun bukan itu saja, ia juga memikirkan Piter karena anak itu tidak kunjung datang ke kamarnya. Padahal sudah banyak kali ia mengirimkan pesan pada Mauren namun tak datang juga anak kecil itu.
"Jawab dong bro, kenapa lo kaya melamun gitu?"
"Diem lah, gue lagu gak mood nih!" Erlang membalas dengan kasar sambil membenarkan ikatan dasinya. Sekali lagi ia mengecek ponselnya.
"Kenapa lo?" Tanya Karisma sambil mengambil duduk di sebelahnya.
"Anak gue belum dateng."
"Dateng kemana?"
"Kesini lah, nemenin gue. Gimana sih lo," jawab Erlang dengan nada sedikit sewot.
"Anak lo yang mana, hah?"
"Emang lo pikir gue punya anak berapa emang?"
"Kagak tau lah gue!" Seru Karisma kemudian berdiri untuk membuka pintu kamar namun seorang makhluk kecil menyusup ke dalam.
"Hallo, papa!"
Piter berlari menghampiri papanya, mengacangi Karisma yang jelas-jelas berada tepat dihadapan anak itu tadi, masih kecil saja sudah menyebalkan, pikir Karisma.
"Piter! Kenapa baru datang sekarang?"
Piter mengangguk dengan semangat, "Tadi Piter ambil beberapa makanan sebentar, makanannya enak-enak sekali! Baru pertama kali Piter mencobanya."
Erlang merasa sedih mendengarnya namun setidaknya mulai sekarang dan untuk ke depannya Mauren juga anaknya tidak akan hidup susah lagi.
Setidaknya Erlang bisa menjamin kehidupan dua orang yang di cintainya ini. Bahkan sangat terjamin, sebuah pulau pun jika mereka ingin akan Erlang belikan.
Tapi Erlang yakin kehidupan mereka sederhana dan akan tetap seperti itu, sederhana. Mereka tampak tak menginginkan barang mewah melainkan menginginkan kebahagiaan.
"Sekarang Piter bahagia?"
"Ya, sangat bahagia. Akhirnya mama dan papa bisa menikah," ucap Piter seraya bertepuk tangan hingga jasnya bergerak sana-sini bahkan lecek.
"Lalu apakah yang kamu inginkan untuk hadiah pernikahan?"
"Ya, Piter ingin mama dan papa bahagia."
"Hanya itu? Tidak ingin sesuatu yang lain?"
"Ya," jawab Piter.
"Lalu bagaimana dengan ini?" Erlang mengambil sebuah kotak kado bergambar thomas and friends di atas meja lalu memberikannya pada Piter.
"Apa ini, pa?"
"Buka saja dulu."
Piter pun melaksanakan perintah itu dan ketika isi dari kado itu sudah sedikit terlihat, hatinya mulai berdegub dengan keras.
Apakah benar ini adalah mobil itu?
Ia langsung membukanya dengan kasar dan terkejut melihat isinya, ternyata benar tebakannya. Itu adalah mobil mainan yang didambakannya di sebuah toko dekat sekolah yang di pajang di etalase.
![](https://img.wattpad.com/cover/148338045-288-k835176.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...