PART 14 ¤ Bloody Arm ¤

93.8K 5.5K 155
                                    

"Ada yang mencintaimu sebagai perempuan, sebagai gadis, sebagai orang yang berekonomi lemah. Hanya saja dia masih ingin dekat denganmu, karena dia tau. Kamu tidak balik mencintainya."

***

"APA YANG KAMU LAKUKAN!?"

Bentakan diringi dengan nafas yang terengah-engah itu tetap membuat Mauren tak berkutik, tubuh gadis itu seakam di paku dengan lantai.

Ia masih mencerna semuanya, benarkah ia sudah mati? Tetapi mengapa suara Brian itu seakan terasa nyata dan ia masih merasakan berat.

"Ak..Akku,"

"AKU APA, HAH!?"

"KAMU MELUKAI DIRIMU SENDIRI, MAUREN!!" Bentak Brian sembari mengangkat tubuhnya untuk duduk di kasur.

"Kamu sebenarnya kenapa, Mauren?"

Mauren menggeleng, pandangannya kosong ke depan. "Aku gak mau hidup, aku bosan. Aku bosan untuk kecewa, aku bosan untuk merasakan sakit, aku bosan untuk merasa di campakkan. Aku ingin hidup bersama tuhan disisinya."

"SEBENARNYA APA YANG KAMU KATAKAN, MAUREN!!?"

"Aku mau mati, Yan. Aku gak bisa terus-terusan hidup diantara kekecewaan," lirihnya.

"Tapi kenapa, kenapa kamu jadi orang yang egois? Masih banyak orang yang sayang sama kamu. Tolong buka matamu, berusahalah untuk melihat, banyak orang yang menyayangimu,

"Jangan pernah berpikir bahwa kamu hidup sendiri di dunia ini, kamu sendiri yang menutup diri di saat orang-orang ingin mendekat dan kamu justru memilih jauh," erang Brian.

"DISINI SIAPA YANG SALAH, KAMU ATAU TAKDIRMU?"

"Dengar, takdir itu tergantung dengan kamu sendiri. Kemana kamu membawa dirimu, takdir itu secara otomatis akan mengikuti dan hanya terjerumus pada dua hal. Kamu membawa dirimu pada hal yang negatif atau positif."

Brian mengamit tangannya tanpa ada sedikitpun rasa jijik akan darah yang mengalir, "Cerita sama aku, Kamu punya masalah kan sama Erlang?"

DEG

Ia tak akan menjawab pertanyaan itu, hatinya bimbang. Ini masalah pribadinya, orang-orang tak boleh tau masalah hubungannya dengan Erlang.

Cukup dia, hatinya, dan tuhan saja yang tau.

"Aku gak ada apa-apa sama dia."

"Butuh waktu beribu-ribu tahun untuk manusia berhasil membohongiku," kata Brian, datar.

Ia tak suka saat seseorang dirundang masalah dan memilih untuk bungkam itu seperti pengecut, like a loser. Mereka selalu berpikir jika mereka membangi masalah, itu hanya akan membuat semua orang tahu.

Tolong, jadilah manusia yang berwawasan luas.

Tidak semua manusia itu memiliki sifat yang sama, ada manusia yang tulus ingin membantu dan ada juga manusia munafik yang menyebarkan masalah orang.

Dan Brian juga tak ingin memaksa, ia ingin orang itu bercerita sesuai kemauan mereka sendiri tanpa embel-embel memaksa.

"Lebih baik kamu gak tau, nanti kamu jadi banyak pikiran. Biar cuma aku aja yang tau."

"Tapi gimana kalo misalnya aku menuntut hakku sebagai kakak?" Mauren tak tau lagi harus membalas apa dan bagaimana.

"Sebagai kakak aku berhak membahagiakan adiknya, dan ini salah satunya."

Mauren menunduk, menarik nafasnya dalam-dalam untuk menguatkan hatinya supaya tidak gugup saat menjelaskannya.

"Semuanya berubah, Erlang berubah. Dia bukan Erlang yang dulu panggil aku manis, sekarang dia sama Kak Linda. Dia masih cinta Kak Linda dan aku gak nyaman berdiri di antara mereka," jelasnya kembali terisak.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang