PART 10 ¤ Kemewahan ¤

123K 6.8K 436
                                    

"Kamu itu mutiara buat aku, aku gak akan pernah berani sentuh kamu lebih dari seorang kakak, kamu itu segalanya buat aku, Mauren,"

***

Kini sang pria tak di kenal dan Mauren telah duduk manis di kursi taman, walau hujan masih mengguyur sehingga kedua manusia itu basah kuyup.

Aneh memang jika orang-orang memandang mereka seperti sedang melihat sebuah drama percintaan, walau sebenarnya jawabannya adalah iya.

Pria itu memperhatikan Mauren dari samping begitu lekat, "Kamu lupa aku, Mauren?"

Mauren menoleh, terkejut ketika mengetahui pria asing itu mengetahui namanya tanpa di beri tahu lebih dulu.

"Kamu siapa? Kenapa tau nama aku?"

"Kamu masih tetap menjadi Mauren yang dulu, pelupa."

"Maksudnya? Aku gak kenal kamu," sanggahnya menggeleng kuat.

"Tapi aku kenal kamu jelas, Mauren. Cause you're my first love in old time," Pria itu menoleh dengan tersenyum lembut.

"Artinya apa?"

"Kamu cinta pertama aku dulu, kalo kamu ingat dulu itu ada anak kecil yang lebih besar dua tahun dari kamu yang lagi manjat pohon buat ngambil boneka barbie kamu yang nyangkut gara-gara di lempar temen si cowok,"

"Dulu kamu selalu main sama cowok-cowok termasuk cowok yang nolongin kamu ambil boneka barbie kamu, cowok itu selalu naik speda ke rumah kamu dan bonceng kamu ke taman kompelek. Masih ingat?" Jelas sang pria.

Mauren bungkam, pikirannya melayang pada kejadian beberapa tahun lalu saat sebelum ibunya meninggal. Ia ingat laki-laki itu, lelaki yang selalu ingin dan mau  menemaninya bermain barbie meski ia lelaki.

"Aku inget sekarang," Mauren menoleh dengan pelan untuk kembali meneliti bagaimana wajah pria di sampingnya, "Kamu Brian yang nakal itu kan?"

Brian mengangguk lantas menarik kepala gadis itu supaya menyandar di dadanya, Brian memeluk erat teman masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya.

"Aku Brian, teman masa kecil kamu yang sekarang jadi lelaki paling bajingan karena kehilangan kamu," lirihnya.

"Kenapa bilang kaya gitu, yayan?"

Brian menaruh kepalanya di atas kepala Mauren, dalam diam ia tersenyum. Bahagia mendengar Mauren mengucapkan nama kesayangan mereka dulu.

"Karena aku sayang sama kamu, Yeyenku," Brian memberikan kecupan di pipinya.

"Jangan cium-cium, gak boleh."

"Boleh, kamu kan kesayangan aku."

"Tetep aja gak boleh," sanggah Mauren dengan kesal.

"Boleh."

"Enggak."

"Kenapa enggak?"

"Ya karena kamu gak boleh."

"Boleh kok."

"Engg---"

CUPP

Lagi-lagi Brian dengan lancang mencium pipinya, "Jangan melawan, kamu segalanya buat aku. Mulai hari ini kamu tinggal sama aku, karena aku gak mau kehilangan untuk kedua kalinya."

"Aku gak mau ngerepotin orang lain, aku bisa menghidupi diriku sendiri dengan caraku, Yayan."

"Tapi yayan gak mau yeyen pergi lagi ninggalin yayan, yayan sayang sama yeyen. Tolong mengerti yayan, ya?"

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang