PART 7 ¤ Calon Mantu ¤

142K 8.6K 317
                                    

Kamu matahari, kamu bulan, kamu bintang. Karena tanpa adanya matahari, bulan, dan bintang. Aku gak akan bisa lihat wajah kamu yang cantik dan manis ini.

***

Di dalam mobil, masih dalam perjalanan. Suasana di dalamnya begitu hening, hanya alunan musik yang bersuara dari radio yang mendominasi kali ini.

Mauren tertidur dan Erlang masih asik menyetir, sebelumnya ia sudah mengatakan pada Mauren untuk berkunjung sebentar ke rumahnya.

Pesan dari Karen lah yang membuat Erlang harus membawa Mauren untuk bertemu calon mertuanya,

'Jagoanku sayang, Mama mau kamu hari ini bawa calon mantu mama ya. Gak ada penolakan.'

"TUAN MUDA DATANG, HEYY!!!" Teriak seorang penjaga pintu, memberitahukan pada anak-anaknya untuk membukakan pintu gerbang besar Mansion Denza.

Rumah seorang penguasaha kaya ternama yang di pimpin oleh seorang Bara Denza pasti memiliki segalanya, termasuk para pengawal yang siap sedia melayani.

Mobil yang dikemudikan Erlang itu memasuki pakiran khusus mobil, setelah dirasa rapi cowok itu menoleh melihat kekasihnya.

Mauren masih terlelap, bahkan bibirnya sedikit terbuka. Dalam diam, Erlang tersenyum memperhatikannya. Wajah gadisnya yang lemah ini begitu menggemaskan.

Erlang menyentuh pipinya sambil membangunkannya, "Sayang, wake up. Kita udah sampe."

Gadis itu tetap saja tak bangun, hanya menjawab dengan sebuah lenguhan saja. Lama-lama melihat seperti ini membuat Erlang gemas sediri.

Ia mencium bibir Mauren berkali-kali hingga gadis itu membuka matanya, Erlang melepaskan ciumannya. "Kamu lancang."

"Aku gak lancang, kamu daritadi gak mau bangun-bangun sih. Pasti kamu lagi mimpiin kita menikah dan punya banyak anak yang ucul-ucul kan?"

"Enggak, malah aku mimpiin kamu lagi di koyak-koyak sama simpanse, haha," ejek Mauren.

Erlang mencubit hidungnya dengan gemas, "Sekarang kesayanganku udah pinter ngejek, gak kaku kaya dulu."

"Aku manusia, bukan robot yang kaku."

"Menurut aku, kamu itu segalanya. Kamu matahari, kamu bulan, kamu bintang. Karena tanpa adanya matahari, bulan, dan bintang. Aku gak akan bisa lihat wajah kamu yang cantik dan manis ini."

"Kenapa kamu pinter ngerayu?"

"Karena aku keturunan papa aku yang pinter ngerayu mama aku," jawab Erlang, seadanya.

"Siapa papa kamu?"

DUK

"Daritadi papa liatin kamu loh, Lang. Jangan aneh-aneh kamu di rumah papa ya," Bara muncul dari balik pintu mobil dengan wajah garangnya memandang.

"Waduh, papaku yang tampan. Ngapain disini, pa? Mama mana? Kangen mama nih pasti kan?" Ucapan Erlang, cengengesan menggaruk kepalanya.

DUK

"AWW!!"

Bara segera menggeplak kepala anak sulungnya begitu mendengar ucapan ngawurnya, "Kamu ya, papa sekolahin ke TK kembali kamu mau!?"

"Duh, pa. Jangan galak-galak nanti jadi perjaka tua, mau emang?"

"Papa sudah punya anak dua, mana bisa papa masih perjaka? Ngawur kamu," kata Bara dengan curi-curi pandang di balik badan Erlang. Ingin melihat seperti apa wajah pacarnya.

"Lang, keluar kamu. Papa mau liat calon mantu dulu," usirnya.

"Anak sendiri di usir, hayati tersakiti," gerutu Erlang, namun mau tak mau ia juga harus memperlihatkan calon istrinya pada orang tuanya. Aseekkk.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang