PART 6 ¤ Kick Boxing ¤

144K 8.5K 264
                                    

"Bibir kamu nakal, jangan sebut nama orang lain di depan aku. Bibirmu yang manis ini hanya boleh menyebut nama Erlang di setiap detik, waktu, menit, jam, dan hari."

***

"Gimana penampilan aku tadi, bagus atau kurang, kak?"

"Entah berapa kali aku bilang jangan panggil aku kak, sayang. Panggil aku cinta aja," balas Erlang dengan tersenyum menatap ke depan.

"Masa cinta sih kak, kaya cewek aja."

"Yaudah, panggil suami juga boleh. Aku sih terima-terima aja, asal kamu cinta sama aku aja udah syukur kok," Mauren tersenyum malu mendengarnya.

"Kenapa kamu pinter banget ngerayu cewek?"

"Bukan cewek, aku gak bisa ngerayu cewek lain selain kamu. Karena cuma kamu yang aku cintai."

Mauren tertawa, ia membuka pintu mobilnya dan menutupnya kembali. "Makasih buat hari ini ya, aku seneng banget."

"Kamu seneng, aku lebih seneng, sayangku."

"Kamu jangan ngerayu terus, nanti aku jadi meleleh."

"Kamu gak akan meleleh kok, tenang aja. Karena aku yang akan menopang kamu supaya kamu gak meleleh di hati cowok lain."

Mauren tak membalasnya, gadis itu malah berlari ke dalam rumah kecilnya tanpa mengucapkan tanda perpisahan. Erlang meggeleng heran.

"Gadisku ternyata bisa malu-malu kucing juga ya."

***

Tepat ketika matahari sedang di waktu teriknya, Erlang selaku katua ekstrakulikuler dari cabang bela diri Kick Boxing sedang sibuk-sibuknya melatih adik kelasnya.

Ia memang sudah menginjak tingkat kelas tinggi, kelas XII. Tetapi ia masih tidak ingin lepas jabatan dari Ekstrakulikuler ini, Kick Boxing itu seperti nafasnya.

Tanpa Kick Boxing, tubuhnya seakan tak berfungsi. Ia selalu ingin hidup bersama olah raga bela diri yang bernama Kick Boxing itu.

Di hadapannya terpampang puluhan lelaki bertelanjang dada bertubuh kekar dengan celana abu-abunya, mayoritas yang mengikuti bela diri ini adalah kaum adam. Dan hanya ada satu perempuan.

"PUSH UP 50 KALI," Perintah Erlang tegas dengan suaranya yang berat dan sedikit serak.

"SATU, DUA, TIGA, EMPAT, LIMA..."

Erlang memutari murid-muridnya, mengelilingi mereka untuk mengecek apakah ada yang curang dalam pemanasan sebelum memulai olah raga inti.

Tentu saja, ketua Kick Boxing itu tidak akan membiarkan kecurangan terjadi dalam cabang olahraga yang ia naungi ini. Semua harus sempurna.

"LEBIH CEPAT HITUNGANNYA, JANGAN ADA YANG CURANG!!"

Ritme push-up itu menjadi lebih cepat, peluh keringat pun mulai keluar dari setiap tubuh mereka-mereka. Erlang memandang semuanya dengan tajam.

Ditangannya kini terdapat sebuah cambuk untuk menghukum siapa-siapa saja yang bersikap curang dan tidak sportif disini, "EMPAT PULUH SEMBILAN, LIMA PULUH!"

Semuanya mulai berdiri dari posisi mereka yang semula telungkup dan kembali mendengarkan instruksi dari pelatih mereka alias dari Ketua mereka.

Di depan sana sudah tersedia peralatan-peralatan yang akan di gunakan untuk pelatihan hari ini, Hand Wrap, Head Guard, Samsak yang sudah tergantung di tiang penyangga, sarung tinju, juga punch mitt yang sudah di pakai Erlang.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang