PART 29 ¤ His Fault ¤

87.5K 4.5K 98
                                    

This is your mistake, you are the person who made this mistake, and you are the person should end it.

***

"Bang, buka pintunya! Basket, Bang! Lama kita kagak main basket!!" Teriak Zach seraya menggedor-gedor pintunya sebab kakaknya mengunci pintu.

Zach kesusahan mendapatkan jawaban dari Erlang karena cowok itu seakan menutup diri darinya dan seperti sekarang, pintunya pun di kunci.

Zach sudah berkali-kali berteriak dari luar untuk memancing abangnya agar mau keluar dari kamar dan kembali menjalani hidup seperti dulu.

Seperti sebelum abangnya mengenal Mauren, jika cowok itu sudah siap menyakiti berarti dia juga harus siap di tinggalkan. Itu point pentingnya dalam hubungan.

"Bang! Lo ngapain di dalem? Jawab gue, bang!!"

PRANGG

Terdengar suara bantingan sebuah kaca yang sepertinya sengaja dibanting ke arah pibtu membuat Zach terlonjak kaget karena telinganya semula menempel di pintu.

Ketika tanganya hendak kembali menggedor pintu, seseorang dengan suara bariton menyuruhnya menghentikan aksi itu.

"Zach, biarkan kakakmu sendiri. Ini kesalahannya sendiri, biarkan ia bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat."

Bara berjalan di sampingnya dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku penuh kewibawaan dan kharisma sebagai ayah dadi dua anak laki-lakinya.

"Biarkan dia belajar dari masalah, dia sudah bukan bocah lagi, Zach. Kamu urusi saja urusanmu," ucap Bara, mengelus puncak kepala anak bungsunya.

"Pa, papa tumben pulang lebih awal?"

"Mama kamu minta papa buat bujuk Erlang, tapi sepertinya tidak jadi. Papa tidak ingin anak sulung papa itu manja, mamamu yang terlalu memanjakannya. Papa tak suka itu,"

"Jadi, papa kemari hanya ingin melihat kondisi dirimu dan Erlang. Lantas papa akan kembali lagi ke kantor."

"Yaudah, aku balik ke kamar, pa."

Bara mengangguk lalu menatap kepergian anak bungsunya dengan senyum tipis, "Anaku sudah dewasa saja, sudah mengerti cinta rupanya."

"Bar, anak kamu gimana? Udah mau dibujuk keluar?" Bara menoleh saat istrinya datang dari belakang dengan langkah khawatir.

Bara menghela nafas sebentar sebelum menyahut, "Aku rasa aku gak perlu ikut campur sama masalahnya, dia udah besar dan biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri."

Karen menolak pernyataan suaminya itu, ia menarik tangan suaminya agar menjauh dari kamar Erlang agar anak sulungnya itu tak tau pembicaraan mereka.

"Tapi kan aku khawatir sama Erlang, Bar. Nanti kalo dia melakukan hal yang tidak-tidak, bagaimana? Kamu seharusnya bermain peran sebagai seorang ayah, Bar!"

Bara menggeleng, menggenggam bahu istrinya sembari memberikan pengertian melalui tatapan matanya. "Gak akan terjadi apa-apa, percaya aku, sayang."

"Tapi aku takut, sebagai seorang ibu pasti aku juga merakan apa yang anak kandungku sendiri rasakan. Bara.. aku takut," isak Karen.

"Hey, ada aku disini. Percaya sama aku, Erlang sudah bukan anak-anak lagi. Dia pria, jangan dimanjakan. Biarkan dia belajar dari kesalahannya."

Bara mendekat lalu memeluk tubuh istrinya, membawanya dalam kehangatan peluk seorang suami yang jarang-jarang di rumah akibat tuntutan pekerjaan.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang