PART 8 ¤ Dissapointed ¤

136K 7.4K 92
                                    

"Terkadang hidup dengan uang segudang, tak menjamin kebahagiaan dan takdir yang sudah tuhan tuliskan sebelumnya."

***

"Kenapa kamu mau jadi pacarnya Erlang, sayang?"

Pertanyaan yang bagaikan petir di siang hari itu membuat jantungnya berdebar, Mauren bingung harus menjawab apa dan bagaimana.

Jika ia mengatakan bahwa hubungan ini tercipta karena paksaan dari Erlang, itu tidak mungkin. Rasanya tidak enak bila ia mengatakan seperti itu.

Jika Mauren juga mengatakan ia mencintai Erlang juga tak benar, karena sebelum hubungan ini terjadi dia memang tidak menyukai Erlang.

Namun sekarang? Masih abu-abu.

"Gak, Ma. Erlang yang paksa dia buat jadi pacar Erlang, karena dia bagaikan bidadari buat aku," Erlang lebih dulu menjawab pertanyaan mamanya yang sebenarnya di tujukan untuk Mauren.

"Erlang, kamu persis papa kamu. Tukang pemaksa, like father like son," cibir Karen, mendelik. 

"Iyalah, Ma. Orang dia anak aku kok, masa dia mirip sama kamu sih," celetuk bara yang merangkul istrinya mesra di depan ketiga orang bocah. Zach, Mauren, dan Erlang.

"Dia anak aku juga."

"Dia anak aku, buktinya wajahnya mirip aku."

"Gak mau, pokoknya Zach sama Erlang anak aku. Bukan anak kamu."

"Berarti aku gak punya anak dong, yang? Yaudah, aku nikah lagi aja supaya punya anak," ucap Bara tak acuh dengan menatap seluruh furniture mansion.

Karen mendelik, tangannya terangkat untuk menjewer telinga suaminya agar menjaga perkataannya. "Berani selingkuh, aku potong senjata kamu supaya gak bisa merasakan malam jatah. Mau kamu!?"

"Sayang, ngancemnya jangan gitu dong. Ngancemnya itu kayak misalnya," Bara mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya lalu berbisik, "Melakukannya di depan anak-anak kita."

BUK

"Awh, mommy. Sakit, Baby," ringis Bara dengan begitu dramatis seolah-olah dirinya sedang disiksa psikopat.

"Kamu alay deh."

"Cuma kamu yang bisa buat aku alay kaya gini, sayangku istriku tercintaku," rayunya, memperagakan seperti orang yang berciuman.

"Udah tua juga masih aja kaya anak ABG, layangan lagi," cibir Karen kembali mengarahkan pandangannya pada Mauren dan Erlang.

"Kalian berdua, mama ijinkan kalian pacaran. Tapi, jangan melakukan hal yang diluar batas. Itu peraturan dari mama, setuju?"

"SETUJU!!" Jawab mereka dengan serentak, Zach dan Erlang. Tidak dengan Mauren yang masih dalam keterkejutannya.

"Mama sama papa mau bobo siang dulu." Lalu kedua orangtua itu berjalan sambil bergandengan tangan menuju lantai atas, ke kamarnya.

***

Masih di kediaman besar keluarga Denza, Erlang bersama kekasihnya sedang duduk di taman yang di lapisi oleh atap transparan dengan cuaca yang sedang hujan.

Terlihat Mauren yang sedang menatap langit dengan pandangan yang mendung seolah-olah perasaannya sedang mengalami hal serupa dengan bumi.

Manusia bersedih mengeluarkan air mata, Bumi bersedih mengeluarkan air hujan.

Terkadang, ketika manusia dihadapkan pada suatu kenyataan yang tak bisa kita terima. Selama apapun kita mencoba untuk melupakannya, itu seperti sangat mustahil.

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang