PART 13 ¤ Comfort Friend Zone ¤

102K 5.6K 558
                                    

"Cobalah untuk membuka mata selebar dan seluas mungkin, bahwa di dekatmu ada yang mencintaimu tulus."

***

"Selama ini kamu kemana aja?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir manis Mauren saat keheningan dalam mobil ini menimbulkan suasana canggung.

Dulu, sebelum Rivera lama tak memunculkan batang hidungnya. Dia orang yang gambang di ajak bicara, wawasannya luas, dan sedikit humoris walau jarang.

Namun sekarang, suasana seakan membunuh mereka dan memerintahkan mereka untuk tidak bicara. Hal itu cukup membuat Mauren sedikit tak nyaman.

Rivera tak tau lagi harus menjawab apa, karena alasannya tidak pernah muncul kembali adalah cinta. Ia tak sanggup menahan cinta yang kuat untuk gadis di sebelahnya ini.

Kalian tidak akan mengerti sebagaimana susahnya ia menyimpan rasa pada orang yang tidak pernah sama sekali menganggapnya lebih dari seorang teman.

Bahkan dalam jangka waktu bertahun-tahun Rivera mengejar cinta Mauren namun sampai sekarang pun status mereka tak bergerak meningkat.

Tetap stuck pada garis yang sama. Garis inilah yang dinamakan oleh Comfort Friend Zone atau Zona Nyaman pertemanan.

"Aku ada banyak kerjaan, aku masih sibuk nyusun skripsi buat nanti," jawab Rivera seadanya.

"Ohh, kalo gitu aku doain semoga bisa jadi pengusaha sukses ya. Biar bisa bahagiain keluarga kamu nanti."

Rivera mengabaikannya, siapa yang ia sebut keluarga? Ia tak akan berkeluarga jika tidak dengan Mauren seorang. "Kamu tinggal dimana sekarang?

"Di rumah Kak Brian, aku disuruh tinggal disana sama dia." Rivera mengangguk, tentu ia tahu Brian karena setiap kali mereka berkunjung ke kelab bersama. Cowok itu pasti selalu bercerita tentang Mauren, Mauren, dan Mauren.

Dan yang Rivera syukuri bahwa Brian tidak mencintai Mauren layaknya pasangan, melainkan rasa seorang kakak yang mencintai adiknya.

Mobil kembali hening, Mauren hanya bisa menunduk untuk menghindari tatapan mata tajam Rivera dari kaca depan mobil yang memandangnya seakan penuh arti.

Namun ia tak tau apa arti di balik itu, seperti ada rasa rindu, cinta, dan kemarahan di dalamnya.

"Kamu cinta sama pacar kamu?"

Mauren tersenyum getir, "Di bilang cinta juga enggak, di bilang enggak juga enggak."

"Kamu bisa liat dia jalan sama cewek lain dan itu di depan mata kamu sendiri?"

Mauren menggeleng, "Aku gak punya hak buat larang dia, aku gak suka memaksakan orang. Mungkin dia lebih nyaman sama Kak Linda di banding aku."

"Tapi bagaimana bisa kamu sepolos itu untuk sadar kalo kamu harus bertindak!"

"Enggak, aku gak akan bertindak. Dia yang memulai dan dia juga yang harus mengakhiri,"

"Aku gak berhak putusin dia gitu aja, karena aku masih nyaman sama dia."

"Munafik, itu berarti kamu munafik. Kamu mengejar cinta yang berlari sedangkan disisi lain, kamu buta jika ada cinta yang rela berdiam lama hanya untuk menunggumu sadar bahwa masih ada perasaan lain yang mengharapkanmu!"

Mauren tertawa mendengarnya, perkataan itu sama sekali tak benar sekalipun di uji di laboratorium. Siapa orang yang mencintainya?

"Kamu salah, gak ada satu orang pun yang sudi mencintaiku. Hanya akan ada kata benci untuk rasa yang di miliki orang-orang untuk aku, gak ada yang cinta sama aku disini."

BAD ERLANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang