Angkasa lagi-lagi memutar matanya jengah sambil menatap Raya yang tak kunjung keluar. Ini sudah hampir jam tujuh dan gerbang pasti akan segera ditutup! Dan sedang apa gadis itu di dalam rumah?!
"Sa ...," ucap Raya yang keluar dari rumh Angkasa, "gue nggak punya helm."
Angkasa mendengkus keras. Ia kemudian melepas helm yang sudah melekat dikepalanya dan memberikannya pada Raya. Sedangkan dia kembali ke dalam rumah dan mengambil helm lainnya.
"Pake punya gue," ucap Angkasa ketus.
Raya mendengkus tak terima, "Eh, ini kan punya lo, nanti kalo misalnya ada kutunya gimana? Rambut gue yang indah ini bisa rusak nanti. Trus juga bau banget nih helm. Nggak pernah dicuci?" cibir Raya membuat Angkasa menggenggam tangannya erat-erat.
Angkasa, lo harus sabar ngadepin cewek type-type mulut tebel kaya gini, Angkasa terus merapalkan kalimat itu dalam hatinya. Ia tidak mau sampai terlihat hilang kendali.
"Emang gue nggak pernah bersihin rambut apa? Rambut gue bersih, lo bisa cium sendiri kalo mau," tantang Angkasa membuat Raya lagi-lagi mendengkus sebal. Dia kalah lagi.
"Lo juga tau helm lo kegedean, kepa--"
Belum sempat Raya menyelesaikan kalimatnya Angkasa segera mengambil alih helm ditangan Raya, ia kemudian segera memakaikannya di kepala Raya. Tak lupa juga Angkasa menguncinya agar tidak terjatuh saat ia membawa motor nanti.
"Aduh, kalian mesra banget," celetuk pria yang tak lain dan tak bukan adalah Bagas, Angkasa yang sedang menautkan tali helm dikepala Raya pun cepat-cepat melepaskan tangannya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa tadi.
Raya yang mematung lebih dulu hanya tersenyum kikuk sembari mencubit lengan Angkasa.
"Lo tuh ngapain kaya gitu, hah?" bisik Raya setengah menggeram.
Angkasa melengos, untuk saat ini entah mengapa dia merasa malu didepan Raya. Argh! Kenapa dia harus berbuat seperti tadi? Bodoh sekali.
"Udah ya, Yah. Asa sama Raya mau berangkat sekolah dulu," ucap Angkasa sembari menyalakan mesin motornya.
Raya yang bingung harus berbuat apa hanya tersenyum ke arah Bagas, ia kemudian berjalan cepat ke arah Angkasa dan mencoba naik keatas motor.
"Bisa nggak?" tanya Angkasa tak sabaran. Raya kemudian mendengkus.
"Ish, sabar! Kaki gue nggak panjang kaya lo," sahut Raya.
"Pendek," celetuk Angkasa membuat Raya membulatkan matanya sempurna.
"What?! Gue nggak sependek itu tau!"
"Kan menurut gue pendek."
Raya lagi-lagi mendengkus, "Mentang-mentang tinggi lo 183, lo pendek-pendekin gue!"
"Lo emang pendek," ucap Angkasa membuat Raya ingin memakan Angkasa sekarang!
"Kalian mau sekolah atau mau ribut?" celetuk Bagas yang sejak tadi asyik memperhatikan dua manusia itu. Kedua sudut bibirnya dia angkat tinggi-tinggi. Setidaknya Angkasa memiliki teman sekarang, tidak seperti dulu hanya diam, menyendiri di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018