19 - Sesak

4.2K 239 2
                                    

Raya mengunyah makanan didalam mulutnya dalam diam, menatap Angkasa yang kini sedang menyedot teh susu yang ia pesan tadi.

Kini mereka ada disalah satu kafe dekat rumah Angkasa. Ya, memang perumahan Angkasa dikelilingi oleh berbagai tempat makan yang harganya terjangkau, jadi nggak usah bingung kalo mau makan atau laper.

"Ngapa liatin gue? Naksir?" tanya Angkasa menaik-turunkan alisnya menggoda membuat Raya mendecih kesal.

Baru juga ingin mengagumi bahwa Angkasa punya wajah yang sempurna, ucapan engil itu kembali keluar dari mulut Angkasa.

"Lo kalo jatuh cinta jadi cowok tengil ya, Sa?" celetuk Raya membuat Angkasa membulatkan mata tak terima.

"Enak aja," sahutnya kesal.

Raya tertawa, ia kemudian kembali memasukkan makanan kedalam mulut dan mengunyahnya dengan khusuk.

"Eh, Ray, lo cantik," ucap Angkasa tiba-tiba membuat Raya terbatuk kecil. Untung makanannya sudah habis dan masuk ke perut. Kalau masih didalam mulut bisa bahaya nanti.

"Emang," balas Raya percaya diri.

Angkasa mendesis pelan tapi ingin melanjutkan kalimatnya. "Tapi gue udah suka sama lo dari dulu," sambungnya.

"Gimana kalo kita pacaran aja?" tanya Angkasa kali ini membuat Raya mengerjap tapi diam-diam pipinya terasa panas.

"Apa sih lo," ucap Raya memalingkan wajahnya.

"Ea, salting!" pekik Angkasa senang membuat Raya mendelik kesal.

"Gue nggak salting ya!" elaknya membuat Raya semakin terlihat salah tingkah.

"Ih pipinya merah, kaya tomat," celetuk Angkasa menggoda.

"Ngeselin banget!" geram Raya ia lalu berdiri menabok kepala cowok itu keras hingga Angkasa merunduk dan mengaduh kesakitan.

"Iya iya ampun ampun!"

"Makanya lo kalo sama gue jangan sembarangan!" sentak Raya kesal, ia lalu melipat kedua tangan didepan dada dan kembali duduk.

"Udah ah, pulang," sambung Raya kesal.

Ia kemudian berdiri mendahului Angkasa yang masih menghabiskan teh susunya. Angkasa segera membayar kemudian menyusul Raya yang sudah lebih dulu pergi.

"RAYA! TUNGGUIN GUE KEK!"

💗💗💗

"Eh, Ray, tadi gue nembak elo lho," ucap Angkasa setelah mereka turun dari motor dan sampai didepan rumah.

Mereka kemudian berjalan beriringan untuk masuk. Raya mencibir kesal dan mendongak menanggapi ucapan Angkasa. "Buodo amat!"

"Yeeee udah ketangkep basah naksir sama gue aja masih nge-"

"Asa?"


Raya yang akan mengantupkan bibirnya membalas ucapan Raya jadi terdiam, begitupun Angkasa yang berniat untuk mengusap puncak kepala Raya jadi terhenti begitu melihat seorang gadis cantik berdiri dihadapan mereka.

Kira-kira usianya seperti anak kuliah. Angkasa mengerjap pelan sedangkan Raya masih terbengong melihat paras cantik yang dari gadis itu.

"Kamu udah pulang?" tanya cewek itu ramah.

Dalam hati Angkasa mendengkus sebal. Ya ini apa kalo udah pulang.

Dari dalam rumah kemudian datang seorang laki-laki mirip dengan Angkasa namun terlihat lebih tua dan lebih dewasa. Laki-laki itu menatap Angkasa dan tersenyum tipis.

"Pasti Raya ya?" tanya pemuda itu maju berniat mengenalkan diri.

Raya yang ditanya hanya mengangguk kaku, diotaknya sekarang teegambar jelas pasti pemuda ini adalah kakak Angkasa. Dan gadis itu? Pacar pemuda ini? Kok Angkasa ngeliatinnya gitu banget?

Angkasa kemudian menyenggol pelan lengan Raya. Membuat Raya mendongak menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Masuk dulu gih," perintah Angkasa membuat Raya mau-tak-mau melakukan itu.

Raya sedikit menunduk sopan lalu bergegas masuk, melewati gadis cantik yang memandangnya ramah.

Buset cantik banget dah!

Angkasa mencoba tersenyum, ia kemudian mendekati pemuda itu, Langit. Kakaknya.

"Gimana kabarnya, Kak?" tanya Angkasa seramah mungkin. Tak ingin nada bergetar terlihat jelas dari suaranya.

"Baik banget, gue bahkan punya kabar gembira buat lo," sahut Langit hangat dan ceria.

Dia kemudian merangkul Angkasa membawanya masuk diikuti gadis cantik yang memilih diam daripada membuat mood Angkasa jadi turun.

"Kabar apa?" tanya Angkasa menaikkan sebelah alisnya.

"Lo nggak bakal nyangka!" pekik Langit senang, dia kemudian menarik gadis itu dan mendekapnya membuat dada Ngkasa seketika sesak melihat mereka seperti itu.

"Gue bakal tunangan sama Sashi!" ucap Langit senang.

Ia tersenyum lebar, senyum yang belum pernah Angkasa lihat selama ini dari seorang Langit yang monoton, serius dan kaku.

Angkasa ikut tersenyum, walau dalam hati merasa sesak bukan main melihat mereka sebentar lagi akan ... bertunangan.

"Ayah sudah rencanakan semuanya," ucap suara dari belakang membuat Angkasa langsung tersentak dan berbalik dengan mata melebar.

"Tunangannya akan diadakan besok Minggu. Bawa Raya, dia pasti senang ikut ke pesta," ucap Ayah Angkasa ramah.

"Tunangannya disini?" tanya Angkasa.

Langit terkekeh. "Iya dong. Biar adik gue bisa liat bahwa kakaknya sebentar lagi punya pendamping yang cantik!"

"Oh, ehm iya," balas Angkasa sekenanya. Dia kemudian mendongak. "Gue ijin dulu ya, mau ganti baju. Gerah," ucap cowok itu sambil mengibaskan tangannya didepan leher.

Langit mengangguk pelan. "Nanti ketemu gue ya, ditaman belakang, gue kangen," ucap Langit membuat Angkasa hanya menginyakan.

Angkasa berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dilantai atas. Tanpa berbalik atau melirik kebelakang dimana Sashi masih menatapnya dalam diam.

Angkasa tak kuat jika melihat Sashi menatapnya dengan wajah seperti itu.

Hati Angkasa tak sekuat itu.

Dia masih lemah.

Dan dia tidak tau bagaimana cara memperkuat pertahanan hatinya itu.

💗💗💗

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang