Angkasa mendesah pelan, kembali menatap jam yang melingkar di tangan kirinya. Lagi, dengusan itu berhasil lolos dari mulut Angkasa.
Menunggu itu sungguh membosankan.
Angkasa memang sengaja pulang lebih awal agar tidak mendapat serangan berbagai pertanyaan dari Ryan. Lagi pula, kenapa sih tadi dia kebawa emosi? Hah, sepertinya benar dia sedang suka seseorang.
Makanya dia jadi seperti ini.
"Angkasa!" panggil cewek yang kini berlari ke arahnya.
Angkasa menegakkan tubuhnya, melesakkan tangan kirinya ke saku celana dan menatap cewek itu datar.
"Haduh, capek. Tumben lo udah sampe, biasanya gue yang nungguin," ucap cewek itu sambil terengah karena berlari tadi.
"Lama lo, gue bosen jadinya," ucap Angkasa tidak nyambung.
Raya menatap Angkasa kesal. "Akhirnya lo tau apa yang gue rasain tiap hari," celetuknya membuat Angkasa menatap Raya dengan kening berkerut.
"Tiap hari lo kan kalo jemput lama, gue juga bosen tau nunggu lo. Orang punya batas kesabaran masing-masing, Sa," ucap Raya membuat Angkasa tertegun.
Raya kemudian segera mengambil helmnya, membuat Angkasa mengerjap dan segera naik ks atas motor.
"Sa, ke toko es krim depan perumahan dulu ya?" tanya Raya yang sudah duduk di atas motor.
Angkasa hanya bergumam, menandakan dia setuju.
"Ntar gue traktir deh," ucap Raya lagi membuat Angkasa mengangkat sudut bibirnya tipis. "Tapi yang murah aja ya? Dompet gue nggak kuat kalo yang mahal."
Senyum tipis disudut bibir Angkasa pudar, digantikan dengan dengusan kecil.
Raya terkekeh melihat reaksi Angkasa. Angkasa kemudian segera memacu motornya. Membelah jalanan kota Jogja yang kala itu tak biasanya sepi.
--💗--
"Sa, lo pesen yang mana?" tanya Raya tanpa mengalihkan tatapannya dari list menu di depannya.
Angkasa melirik tak berminat sambil menyikutkan tangannya di meja dan memangku dagunya.
Tak mendapat jawaban dari Angkasa, Raya mendongak dia menghela napasnya. "Iya deh, nih pesen aja apa yang lo mau."
"Samaain aja kaya lo," ucap Angkasa menatap Raya.
Pandangan mereka bertemu, tapi Angkasa lebih dulu mengalihkan tatapannya menatap keluar toko yang memang hanya dibatasi dengan kaca tansparan. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
"Cepetan makan es krimnya, bentar lagi hujan. Ntar lo sakit lagi," kata Angkasa tanpa menatap Raya.
Raya terdiam, kalo dilihat-lihat, Angkasa itu ganteng banget.
Muka mulus, putih, matanya bagus, hidungnya mancung, tinggi, pinter lagi. Apa yang kurang dari Angkasa coba? Pantes aja banyak yang suka.
"Ryan bilang apa buat jadi pacar lo?" tanya Angkasa tiba-tiba saat Raya sedang menikmati setiap lekuk wajah Angkasa.
Raya mengerjap seperti takut ketahuan guru saat menyontek di ujian. Dia berdeham. "Apa, Sa?"
Angkasa menatap Raya, cowok itu mengerjap pelan sukses membuat Raya salah tingkah. Angkasa kemudian mengantupkan mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018