Angkasa masih diam, tak merespon pertanyaan Raya. Ryan juga sudah pulang sejak tadi setelah mengembalikan bola.
Raya kini hanya termenung, larut dalam pikirannya sendiri tentang hubungan Angkasa dan Elina.
Dia ibunya, lantas kenapa Angkasa bersikap dingin kepada Elina?
"Sa, cerita kali, jangan dipendem," ucap Raya kembali mendesak Angkasa untuk bicara.
Tapi Angkasa hanya diam, kejadian bertahun-tahun lalu kembali berputar di otaknya. Seperti ingin memberitahu Angkasa berkali-kali tentang sesuatu, tapi Angkasa tak dapat mengetahuinya.
Tujuh tahun lalu ...
"APA YANG KAMU MAU? AKU BISA PENUHIN SEMUANYA!"
Teriakan itu menggema disetiap sudut rumah, Ayah Angkasa, Wijaya, tersulut emosi menatap Elina.
Elina hanya melengos, ia berbalik dan mendengkus sebal. "Aku cuma pengen kerja, kamu tau nggak sih!" sentaknya ikut emosi.
Wijaya menggemertakkan giginya, ia kemudian mendekati Elina. "Kamu gila hah!? Anak-anak butuh kasih sayang kamu! Mereka butuh perhatian kamu sedangkan kamu pergi entah kemana sampai larut baru pulang."
Elina mengerutkan keningnya, wajah cantiknya terlihat mengeras karena emosi. "Apa kamu bilang? Pergi entah kemana? Keluyuran gitu? Kamu jangan sembarangan! Aku cewek baik-baik ya! Aku kerja!" balas Elina tajam.
"Kerja macam apa sampai larut! Lagipun aku udah tau kamu punya cowok lain," ucap Wijaya sarkastik.
Elina membulatkan mata, seakan tak terima dia kemudian mengambil tasnya. Berniat pergi dari rumah itu.
"Aku nggak pernah punya cowok selain kamu! Tapi kamu nganggep aku yang nggak-nggak!" teriak Elina dengan mata sudah berkaca-kaca.
Pertengkaran hebat, membuat rumah tangga yang mereka bangun jadi goyah. Kepercayaan sudah runtuh, dan kebencian satu sama lain mulai tumbuh.
Dan sayangnya, anak mereka, yang saat itu masih berumur sepuluh tahun, melihat semuanya.
Angkasa melihat semuanya.
Angkasa menghela napas kesar, ia kemudian meraih gelas airnya dan meminumnya. Raya yang melihat itu hanya bisa mendesah pelan.
Sepertinya ada luka baru yang muncul begitu Angkasa melihat ibunya.
Tadinya Raya ingin memberi tahu bahwa Menya menyuruhnya untuk menjauhi Angkasa, tapi melihat Angkasa yang seperti ini ... Raya tak ingin lagi membebani pikiran Angkasa.
"Ya udah sih kalo nggak mau ngomong," ucap Raya akhirnya menyerah. Raya kemudian bangkit, berjalan pelan dan berhenti disamping Angkasa. "Gue mungkin baru kenal lo beberapa bulan ini, lo nggak cerita ke gue nggak papa kok. Tapi, dia ibu lo, yang ngelahirin lo. Jangan benci dia terlalu dalam, takutnya nanti lo menyesal, Sa."
Angkasa diam, Raya menunduk pelan. Ia kemudian mengambil napas. "Gue tidur duluan, lo juga tidur ya? Jaga kesehatan lo."
Angkasa hanya mengangguk pelan, masih fokus pada pikirannya yang berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018