3 - Vella

6.4K 348 10
                                    

Raya mendesah, lelah, keringat telah mengucur kemana-mana. Baju sekolahnya juga terasa basah sekarang. Rambutnya juga sudah lepek bahkan wajahnya sudh tak keruan karena ulah Ryan.


Cowok itu dengan sengaja mengoleskan tanah kewajah Raya, tentu saja Raya marah. Tapi dia tidak bisa mengejar Ryan yang mempunyai langkah bak flash itu. Kaki Ryan jenjang dan berotot, mana bisa Raya mengejar dengan kaki pendeknya.

Dan akhirnya Raya hanya diam sambil sibuk membersihkan rumput tanpa memperdulikan Ryan yang terus saja mengajaknya bicara.

"Ray, lo marah? Maaf deh, gue nggak sengaja," ucap Ryan. Raya masih diam saja. Biarin aja Ryan terus meminta maaf, sorry ya kacangnya lagi mahal!

"Ray, ayolah. Gue minta maaf, gue nggak bakal lakuin itu lagi deh. Janji," ucap Ryan dengan nada memohon.

Raya melirik Ryan yang wajahnya sudah penuh peluh itu, ia menghela napas kasar lalu bangkit dan duduk di kursi batu dekat pohon beringin besar.

"Ih, Ray, jangan disitu," ucap Ryan memperingatkan. Raya dengan kacang-nya tak memperdulikan ucapan Ryan. Ia masih kesal dengan lelaki itu!

"Yaudah deh, gue temenin," ucap Ryan yang dengan sigapnya duduk disebelah Raya membuat Raya merasa sedikit risi.

"Apaan sih lo?" tanya Raya dengan nada sedikit membentak.

Ryan tersenyum bahagia, "Akhirnya! Lo mau ngomong juga sama gue!"

Raya mendesis mendengar ucapan Ryan. Ia kembali sibuk dengan tasnya, membuka botol yang masih tersegel. Dia kemudian meminumnya, membasahi kerongkongannya yang rasanya sudah seperti gurun sahara.

Setelah puas minum, Raya kemudian bangkit dan kembali membersihkan area sekitar pohon beringin yang cukup rimbun itu. Ryan yang melihat itupun bergidik.

"Ray!" panggil Ryan membuat Raya menoleh, "lo nggak takut ada di situ?" lanjutnya sbari menunjuk pohon beringin besar itu.

"Kenapa emang?" tanya Raya acuh. Ia kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa menghiraukan wajah Ryan yang mulai memerah karena kesal dengan sikapnya. Biar saja, toh bukan urusannya.

"Rumor yang beredar sih, ada penghuni baru disitu," ucap Ryan.

Raya seketika menghentikan aktivitasnya dan menatap Ryan tajam, "Jangan coba-coba nakutin gue deh lo!"

"Gue nggak nakut-nakutin lo kok, katanya sih penghuni yang lama, alias mbak-mbak yang suka bawa lonceng udah pergi," ucap Ryan, "trus katanya gantian mbak kunti yang jadi penghuninya."

"Ngaco lo, mana ada hantu suka bawa lonceng," ucap Raya.

"Hih, dibilangin juga. Udah ah, gue mau beli minum dulu di kantin," ucap Ryan dan segera pergi meninggalkan Raya.

Raya mendesis pelan, ia kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya. Namun semenit kemudian bulu kuduknya terasa meremang. Ia menatap sekeliling, sepi, hanya ada dirinya.

Ia kemudian menepis gambaran-gambaran buruk yang akan terjadi. Tapi sedetik kemudian angin berhembus membuat Raya kembali merasa merinding.

"Nggak mungkin yang Ryan omongin itu beneran," gumam Raya.

Sebuah ranting kemudian jatuh tepat dibelakang Raya membuat Raya terkejut dan segera berlari keluar dari taman itu. Tak lupa ia menyambar tasnya tanpa memperdulikan lagi tas Ryan yang tergeletak tak berdaya dikursi taman itu.

--💗--

Angkasa memutar-mutar pena yang berada ditangan kanannya, matanya sesekali melihat kearah pintu kelas. Kenapa gadis itu belum datang? Apakah dia bolos sekolah di hari pertamanya?

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang