Seperti hari-hari sebelumnya, Angkasa selalu berkunjung untuk sekadar melanjutkan membaca buku tebalnya tentang astronomi. Taman, tempat yang sering Angkasa kunjungi selain rooftop.
Ia melangkahkan kaki panjangnya menuju taman yang letaknya di belakang sekolah itu dengan santainya. Setiap pasang mata yang ia lewati pasti berdecak kagum begitu melihat Angkasa.
Ia kemudian menarik sedikit sudut bibirnya ketika mendapati seorang yang cukup lama ia kenal berada kurang dari satu meter tempat Angkasa berdiri.
Mereka berhenti tepat ditengah-tengah jarak antara mereka. Saling bertatapan sepertinya sudah cukup membuat kedua lelaki itu seperti sedang bercakap-cakap. Lelaki dengan rambut kecoklatan itu menepuk pundak Angkasa.
Netra mata Angkasa beralih kedua orang yang selalu berada diantara temannya ini.
"Pulang sekolah, di rumah gue," ucap lelaki itu membuat Angkasa mengangguk.
"Oke, Ren. Tapi gue agak telat, ada urusan bentar," balas Angkasa. Lelaki itu--Darren melesakkan tangannya kesaku celananya dan tersenyum singkat.
"Selama bokap gue nggak bosan menunggu," ucapnya.
"Gue nggak akan buat Om Rafa nunggu lama." Angkasa kemudian menepuk pundak Darren dan berlalu pergi untuk kembali berjalan ke tujuan awalnya, taman belakang sekolah.
Tak lupa Angkasa juga menyempatkan untuk menyapa kedua orang dibelakang Darren--yang tampaknya sedang dalam mood sangat baik hingga mereka nyengir-nyengir sendiri seperti orang gila.
"Good luck, buat ujian praktek IPA nanti," ucap Angkasa membuat wajah dua orang itu, yang tadinya berseri-seri berubah menjadi mendung.
"Sialan lo, Sa! Gue bakal pastiin suatu saat nanti lo akan menderita dalam suatu ujian!" geram kedua orang itu membuat Angkasa menyunggingkan senyumnya miring.
Bagi Angkasa, semuanya tidak ada yang tidak ia bisa.
--💗--
Raya menghembuskan napasnya, pelajaran sebelumnya sangat menguras tenaga. Perutnya saja sampai keroncongan karena terlalu keras berpikir.
Semenjak pindah ke Yogyakarta, Raya sudah bertekad untuk tidak lagi main-main. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk lulus dengan nilai terbaik.
Ia tidak boleh lagi seperti tahun lalu dimana nilainya turun drastis. Memprihatikan.
"Lo kelas XII IPA 1 juga ternyata?" ucap seseorang yang langsung membuat Raya memutar matanya jengah.
"Ditanyain baik-baik malah muter mata gitu," ucap Ryan sembari meletakkan tasnya di meja yang Raya tahu milik Angkasa.
"Nyebelin sih lo," sahut Raya. Ia heran kemana saja lelaki itu hingga jam istirahat baru datang ke kelas.
Ryan kemudian kembali meminum susu kotak banana-nya dan mengajak Raya ikut dengannya. "Ikut gue."
"Kemana? Ogah gue," sentak Raya.
"Mau gue kenalin ke temen gue yang super duper ganteng! Bakal tersepona lo, gue jamin," ucap Ryan.
"Terpesona kali! Duh tuh mulut berapa lama nggak di-service? Sampe typo begitu," ucap Raya dengan nada mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018