Raya memandang kearah rumah besar tepat dia selama hampir setahun tinggal. Ia melambaikan tangan pada seorang cowok yang berdiri di depan pintu gerbang memandangnya dengan mata menyendu.
Angkasa tersenyum tipis balas melambaikan tangan dan mengusap wajahnya kasar merasa bodoh. Hei, Raya tidak akan pergi dari dunia mereka masih bisa saling bertemu hanya tidak sesering ini. Ck, sejak kapan Angkas jadi suka terbawa perasaan seperti ini?
Sejak takut kehilangan Raya selamanya?
Seperti dulu saat dia kehilangan Sashi.
"Udah di pake kan sabuk pengamannya?" tanya Dylan memastikan membuat Raya menoleh dan mengusap pipinya yang basah.
Dylan menghela napas pelan. Ia kemudian mengusap puncak kepala Raya membuat Raya berdecak sebal dan menepis tangan Dylan.
"Elah. Drama banget lo berdua. Baru beberapa hari," cibir Dylan membuat Raya mendelik dan menjitak kakaknya itu.
"Eh eh iya. Jan ngamuk disini juga. Gue bercanda," ucap Dylan segera menjauhkan tubuhnya dari tangan Raya.
Raya berdecak sebal. Ia kemudian memajukan bibirnya dan mendengkus sebal. Lagi galau, malah digangguin, kan kesel.
Setelahnya Raya jadi sibuk memperhatikan jalan. Merasa ada yang lain membuat Dylan diam-diam tersenyum melihat ekspresi wajah Raya yang mulai berubah menyadari sesuatu.
"Eh, anjir. Kita udah lama jalan masa balik ke sini lagi!?" tanya Raya jadi sewot menatap Dylan yang jadi tertawa melihat wajah Raya yang linglung. "Lo mabok? Sini biar gue aja yang nyetir," sambung Raya langsung mendorong-dorong sambil menaboki Dylan agar sadar.
"WOY! IYA IYA! GUE NGGAK MABOK--ANJ." Dylan memekik kecil saat Raya menarik-narik rambutnya hingga rasanya hampir copot. Ia kemudian mendorong kasar wajah Raya, adek lucknut emang ganguin kakaknya yang lagi nyetir.
"Ngerti nggak sih lo!? Cih, nontonnya roti sobek mulu sih. Nonton dong drama kolosal di escetepe," ejek Dyln membuat Raya melotot kesal.
"Escetepe drama kolosal apaan bwambank! Yang ada mah ajab!" geram Raya menaboki kelala Dylan membuat Dylan langsung menginjak rem kuat karena hampir saja menabrak pagar rumah.
"Si anjir emang," omel Dylan menjitak kepala Raya membuat Raya memekik tapi kemudian terdiam menatap pagar tak asing di hadapannya.
"Loh lah loh lah loh lah loh lah."
"Apaan sih ah, ayok turun," ucap Dylan segera membuka pintu mobil.
"E-ehhhhhh." Raya jadi bingung sendiri kemudian jadi mengikuti Dylan membuka gerbang.
"Kok ke sini lagi?" tanya Raya jadi bingung.
"Kode dari gue kurang kenceng anjir," umpat Dylan langsung menarik Raya ke arah taman belakang membuat Raya mendelik dan langsung menabok Dylan.
"Gila sih dari tadi ditabokin mulu gue," kesal Dylan langsung menjauh dan berlari ke arah dimana banyak orang berkerumun.
"Lah ini ada apa sih?"
"Maaf ya Ray, kita bikin lo sedih tadi," ucap Sashii meringis keluar dari kerumunan membuat Raya mendelik.
Langit lalu menyusul keluar dengan Ryan yang juga ikut mendekati Raya dan menepuk-nepuk cewek itu.
"Lo mah nggak jago akting, makanya kita bikin scenario B," ucap Ryan dengan membusungkan dada bangga rencananya berhasil.
"Jadi...." Raya bergumam sendiri menyadari bahwa ia ditipu.
Untuk kedua kalinya.
"Minta maap kita Ray boongin lo lagi. Lagian kakak lo juga mau-mau aja suru boongin lo," ucap Ryan menunjuk Dylan yang sudah sibuk bergabung mengambil kue bolu yang sedang ditata Mesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018