Gadis itu bersandar pada kepala kasur, matanya kemudian mengelir ke arah laci kecil dari kayu di pojok ruangan.
Dia tersenyum miris.
"Udah lama banget, ya?" gumam gadis itu.
Gadis itu kemudian turun dari kasur dan berjalan pelan menuju laci kecil itu. Membukanya, dan mengeluarkan beberapa kertas warna-warni. Ia kemudian duduk di karpet.
Sashi, nama gadis itu, ia membuka amplop berwarna pink-warna kesukaannya-yang membuat mata Sashi tiba-tiba saja memanas.
Sashi, aku memang bukan orang yang romantis. Tapi malam ini tepat tengah malam, aku akan menjadi yang pertama untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukmu.
Wish you all the best, yeobo!
Love, A.
Ia menutup surat itu, mengenang kembali masa dimana dia masih bersamanya. Tak rela jika lelaki itu benar-benar pergi. Tapi disisi lain dia juga sudah mencintai Langit. Dia sudah mencintai kedua lelaki itu begitu dalam, sampai ia tidak bisa memilih antara keduanya.
"Kamu buat aku nggak bisa lepas," kata Sashi dengan nada tercekat. Ia kemudian merasakan pipinya terasa hangat, digenangi aliran air dari mata indahnya.
Ia tersenyum, memandangi beberapa amplop dan kertas lainnya. "Apa gara-gara aku kamu berubah? Apa karena Langit aku bisa lepasin kamu gitu aja? Padahal aku tau kalo kamu itu begitu berharga buat aku."
Sashi merasa dadanya sesak, dia memeluk kakinya dan menangis lirih didalamnya.
Memang benar.
Penyesalan pasti berada di akhir.
"HONEY! I'M HOME!" teriak seorang cowok berperawakan sempurna dari luar pintu kamar Sashi.
Sashi mengangkat wajahnya, membersihkan air bening yang rasanya tak ingin ia hentikan. Sashi kemudian berteriak untuk menunggu orang itu beberapa saat. Ia kemudian masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar.
Sashi kemudian membukakan pintu dan tersenyum melihat wajah sumringah cowok didepannya. Cowok itu kemudian terlihat ingin membuka jasnya, namun ditahan oleh Sashi.
"Biar aku yang buka, ya?" ucap Sashi meminta ijin pada cowok itu.
Langit tersenyum, dia kemudian masuk lebih dalam ke kamar Sashi. Tangan Sashi kemudian bergerak, menurunkan jas Langit dan menggantungnya di sebelah pintu kamarnya.
"Ayah sama mama kamu lagi sibuk mesra-mesraan di bawah. Kamu nggak mau sama aku kaya gitu?" tanya Langit. Ia kemudian menaik-turunkan alisnya menggoda.
Sashi hanya tersenyum, "Kita nonton film aja lah, kangen di peluk kamu." Senyum di wajah Sashi terkembang bersamaan dengan nada manja yang keluar begitu saja tanpa Sashi sadari.
"Kenapa nggak sekarang aja?" tanya Langit merentangkan tangannya lebar-lebar. "Malam ini aku nggak sampai larut, mau ngurus administrasi perusahaan."
Sashi mengangguk mengerti, Langit memang sangat sibuk setelah ia resmi menjadi pemimpin perusahaan ayahnya. Sungguh, intensitas mereka bertemu berkurang drastis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018