9 - Rasa

4.9K 278 5
                                    

"Masih pusing?" tanya Angkasa saat Raya terbangun, tidak biasanya gadis itu bangun jam lima pagi.

Raya mengangguk, ia kemudian memandang handuk kecil yang sedikit basa di kepalanya. Ia kemudian memandang Angkasa yang masih berdiri di depan jendela kamarnya.

"Ini apaan, Sa?" tanya Raya sembari meraba handuk itu.

"Handuk," jawab Angkasa singkat.

Raya mendecih, "Ya, tau ini handuk, maksud gue buat apa gitu lho."

"Oh, makanya bilang yang jelas," ucap Angkasa, "tadi lo panas, gue kompres deh. Takutnya tambah panas kan repot, jangan salah paham."

Ucapan Angkasa membuat Raya terdiam, entah mengapa ia merasa ada rasa hangat dalam hatinya saat Angkasa mengatakan hal itu. Angkasa perhatian padanya, tk seerti biasanya.

"Iya, gue tau. Cuma kewajiban dari bokap gue, buat jaga gue," balas Raya sembari menaikkan selimutnya kembali.

"Sa, gue hari ini ijin ya? Kepala gue masih berat."

"Iya."

Angkasa kemudian segera keluar dan bergegas bersiap. Sedangkan Raya memandang Angkasa dengan tak henti-hentinya untuk tersenyum.

--💗--

Mesya tersenyum, pagi ini udara cukup dingin. Tapi hal itu tak menutup Mesya untuk datang ke sekolah sepagi mungkin. Apalagi jika bukan untuk mengintip Angkasa dari pojok jendela, itu sudah menjadi kebiasaannya. Bahkan saat dulu Angkasa masih berpacaran dengan kakak kelasnya sendiri.

Dulu memang banyak yang beranggapan bahwa Angkasa itu playboy, walaupun dilihat dari sisi manapun tak nampak dari mana definisi playboy itu berasal. Menurut Mesya itu hanyalah gosip yang sengaja disebarkan agar banyak yang membenci Angkasa dan membuat hubungan Angkasa dan kakak kelasnya itu berakhir. Dan benar saja. Keduanya memutuskan hubungan tak lama setelah gosip itu beredar.

Mesya juga kadang membelikan coklat untuk ia taruh di kolong laci milik Angkasa. Tapi ia tak pernah memberi nama aslinya sebagai si pengirim. Biar bagaimanapun dia adalah seorang perempuan yang di Mandalika cukup terkenal sebagai cewek yang dingin dan tidak blak-blak-an dalam melakukan sesuatu. Tidak seperti kumpulan geng cabe milik Vella, Sisi dan Grace.

Dengan sabar ia menunggu Angkasa di pojok tangga dekat pintu kelas Angkasa. Dan benar saja, tak lama setelah itu Angkasa datang. Manik mata Mesya perlahan mengintip Angkasa dari pojok jendela. Ia tersenyum saat Angkasa merogoh kolong lacinya dan mengambil coklat milik Mesya.

Tapi ada yang berbeda kali ini, kenapa Angkasa memasukkan coklat itu ke dalam tas bukannya memindahkannya ke kolong meja Ryan?

Biasanya kan dia seperti itu, yang membuat Ryan beranggapan bahwa dia punya secret admire. Padahal itu dari Angkasa. Biasa cowok jomblo yang nggak punya penggemar tuh ya gini.

Mesya memang harusnya merasa senang karena Angkasa menerima pemberiannya, tapi apakah Angkasa benar-benar tahu bahwa dia yang memberikan coklat itu?

"Jadi lo yang selama ini ngasih coklat ini ke gue?" tanya Angkasa dengan suara yang sengaja ia keraskan agar dapat menembus kaca jendela. Mesya terkesiap. Ia kemudian terduduk dan mengerjapkan matanya.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang