"Huhuhu... huhuhu... Yan... gue nggak kuat, Yan, huhuhu...."
"Iya iya. Ya udah tarik napas, keluarin... tarik napas keluarin...."
"Anjir, lo kira gue mau ngelahirin!"
Ryan meringis. Raya memukul kepalanya keras hingga ia harus termundur dan terhantuk lemari bekas yang ada di pojok lorong.
"Yah anjir pala gue dapet double kill!" umpat Ryan kesal sambil mengelus kepalanya.
Raya mengerucutkan bibir lalu menunduk. Mereka berdua kini ada di lorong tak terpakai di belokan terakhir koridor perpustakaan.
Kalo ada orang lihat pasti mereka disangka lagi mojok berdua.
Padahal kan Ryan nemenin Raya patah hati.
Raya tanpa ijin langsung memiringkan tubuhnya hingga kepalanya terjatuh ke pundak Ryan. Ryan melebarkan mata tapi hanya diam.
"Pinjem bentar. Gue nggak terima penolakan," ucap Raya sambil menutup matanya.
Ryan melongokan kepala melihat wajah Raya yang terlihat lelah. Gadis itu tak lama terlelap membuat Ryan langsung menggerutu pelan.
"Nih anak napa jadi tidur di sini sih," gerutu Ryan dengan berbisik tapi tangannya malah terangkat membenarkan letak kepala Raya agar lebih nyaman.
Ryan kemudian membuka hapenya. Mencari satu kontak dengan nama 'Anjir'.
Ryan : woy anjir
Anjir : apa sih ah ganggu lo
Ryan : urusin cewek lu
Ryan : nangis nih minjem pundak gue
Anjir : lah anjir
Anjir : gue kan tadi akting
Anjir : parah
Anjir : JANGAN LO GEBET FER
Ryan : Fer?
Anjir : FERGUSO
Ryan : lah anjay
Anjir : awas lo macem2
Anjir : dimana lo
Ryan : pojok perpus
Anjir : wah bahaya
💗💗💗
"Udah tidur?" bisik Angkasa dari jauh melihat Ryan yang menoleh kesana kemari mencari keberadaannya.
Ryan menoleh dan menempelkan telunjuk ke bibir serta tangan kanannya menyuruh Angkasa agar mendekat.
"Anjir...," umpat Angkasa begitu melihat posisi Ryan dan Raya yang begitu sweet kaya di drakor yang sering Raya tonton.
"Udah ah nggak usah acara cemburu. Dah banjir nih penuh iler," runtuk Ryan segera ingin berdiri namun segera dicegah Angkasa.
"Ettt ettt ettt jangan. Ntar dia bangun," bisik Angkasa mencegah.
Ryan mendesah pelan. "Yo dah gue disini. Lo jangan cemburu," ucapnya dengan mengangkat dagu membuat Angkasa jadi mengumpat dalam hati.
"Udsh gue duduk sini," ucap Angkasa langsung masuk diantara Raya dan Ryan.
Dengan gerakan cepat tapi lembut Angkasa segera mengalihkan kepala Raya dari pundak Ryan ke pundaknya.
"Cih, dia cemburu tuh sama lo," decih Ryan sedikit tak suka. Lah gimana, ini tuh kejadian yang jarang banget terjadi sama dia, disenderin cewek imut.
Angkasa hanya berdecak kecil lalu pelan-pelan menyandarkan tubuhnya di tembok yang ada dibelakangnya.
"Udah sono pergi," usir Angkasa melambaikan tangannya ke arah Ryan membuat Ryan berdecak tapi akhirnya pergi juga.
Angkasa menghela napas pelan. Ia menatap wajah Raya dengan intens. Oke, harusnya dia beritahu Raya dulu kalau tadi itu adalah akting dan Angkasa tidak pernah benar-benar mencium Mesya.
Raya sudah salah paham.
"Lo denger atau nggak gue bakal jelasin, Ray," desis Angkasa sambil mengelus pelan kepala Raya.
"Harusnya emang gue harus bilang dari awal, kalo itu cuma akting. Gue nggak bener-bener ciuman sama Mesya. Lo nggak tau kan? Makanya jangan pergi dulu. Dasar baperan," jelas Angkasa dengan sindiran diakhir membuat Angkasa terkekeh sendiri.
"Seberapa sayang sih lo sama gue? Seberapa percaya lo sama gue? Sampe cuma gitu aja lo percaya dsn langsung pergi?" Kini Angkasa jadi melow plus sedih sendiri mendengar ucapannya.
Ck, apa dia meragukan Raya?
Raya membuat gerakan kecil, jadi membuat Angkasa menegang apalagi keadaan sekitar sepi. Gadis imut itu mengerang kecil dan berdecak pelan.
"Yan... tau nggak, masa tadi gue mimpiin Angkasa," ucap Raya lirih dengan suara parau khas orang bangun tidur.
"Dia bilang kalo yang tadi sama Mesya itu cuma boongan. Kan anjir," ucap Raya sambil mengumpat masih dengan posisi kepalanya berada di pundak Angkasa.
"Dia juga pake acara tanya seberapa sayang gue ke dia, seberapa percaya gue ke dia. Anjay dah dia emang nggak peka apa kalo gue sepenuhnya sayang ke dia?!" ucap Raya sekarang jadi marah-marah. Dia menggerakkan kepalanya dan menatap lurus ke tembok seperti membayangkan kalo didepannya adalah Angkasa yang sedang ia pelototi.
"Gue pengen marah Yan... tapi nggak bisa. Angkasa itu one and only, ah baper kan," runtuk Raya kesal menginjak-injak ubin putih di bawah kakinya.
"Kalo baper cium dulu sini. Biar bapernya nggak setengah-setengah," ucap Angkasa dengan suara beratnya.
Raya melebarkan mata. Ia langsung menegakkan tubuhnya dan melotot begitu mendapati Angkasa yang duduk santai disebelahnya.
"Lah anjay," desis Raya kaget. "Lo kapan ada disini?" tanya Raya menuntut.
Angkasa mengangkat kedua bahunya. "Setengah jam yang lalu mungkin," jawabnya santai.
Raya ternganga dia melihat kanan kiri. Ia melotot dan memicingkan matanya. "Lo nggak macem-macem kan?"
"Nggak. Kenapa? Mau macem-macem?" ucap Angkasa tanpa beban membuat Raya jadi tiba-tiba istigfar mendengar jawaban nyeleneh Angkasa.
"Ya udah," ucap Angkasa mengalihkan wajahnya sok ngambek begitu melihat Raya yang bergidik dan menolak mentah-mentah.
"Anjir ya lo. Ntar kalo ada guru gimana?"
"Ya udah."
"Ck dasar cowok."
"Tapi yang ini beda. Soalnya Raya suka."
"Lo nggak usah ngebaper ya!" ancam Raya dengan nada tegas sambil menujuk wajah Angkasa.
"Iya iya. Nggak marah kan nih? Peluk lah," ucap Angkasa merentangkan tangannya.
Raya menipiskan bibir. "Tapi lo bener-bener nggak--"
"Nggak Raya...."
Raya menunduk dan tersenyum kecil. Ia kemudian langsung menyerongkan arah duduknya dan menjatuhkan tubuhnya ke Angkasa membuat punggung Angkasa menyentuh tembok.
Angkasa tersenyum dan mengelus puncak kepala Raya sedangkan Raya memejamkan mata menikmati aroma mint dari tubuh Angkasa.
💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018