39 - Perusak

3.5K 180 3
                                    

Raya berdecak sebal.

Ia melipat tangannya didepan dada dan menatap cowok didepanya tajam. Cowok yang sedang ditatap itu malah hanya menunduk, seperti tak melihat wajah merah Raya karena menahan marah.

"Lo kenapa pergi?" tanya Raya tegas.

Angkasa mendongak, menaikkan alisnya dan bergumam kecil. "Pengen aja."

"Lo ...." Raya mengepalkan tangannya, ia menahan diri untuk tidak memukuli Angkasa apalagi sedang berada didalam kelas. Ia mengerjap dan mendengkus.

"Kenapa?" tanya Angkasa tenang seperti tak ada beban.

"Lo nggak tahu hah?! Seberapa khawatir gue!" ucapnya dengan nada tertahan, suaranya perlahan jadi parau membuat Angkasa jadi melebarkan mata, kalau Raya nangis didepannya gimana?

"Ck." Angkasa berdecak. Ia kemudian bangkit dan segera membawa Raya menggandeng tangannya membuat Mesya yang tadinya hanya memperhatikan jadi melebarkan mata ikut berdiri.

Angkasa berjalan cepat menuju tempat favoritnya. Diikuti Mesya yang sudah tahu kemana Angkasa akan pergi.

Mesya berhenti di pintu rooftop. Ia menatap Angkasa dan Raya yang berdiri berhadapan. Ia menyipitkan matanya melihat wajah Raya yang tak seperti biasanya. Ada sedih disana.

"Kenapa sih?" ucap Angkasa menatap Raya yang menunduk. "Cuma sehari doang kok."

Raya mengusap hidungnya. Ia masih menatap Angkasa dengan wajah sendu bercampur kesal.

"Ih! Gue khawatir tau!" ucap Raya sedikit merengek. Ia memukul lengan Angkasa pelan membuat Mesya sedikit mendecak. Sok imut.

"Elah—"

"Lo paham nggak sih!?" tanya Raya langsung memotong ucapan Angkasa.

Angkasa terdiam. Dia menghembuskan napas pelan dan mendekati Raya langsung merengkuh gadis mungil itu. Raya tak melawan, dia hanya diam dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Angkasa.

Mesya mengepalkan tangannya. Cih, ternyata cewek ini sudah jauh didepan Mesya.

"Lo tau nggak sih? Gue khawatir. Gue tanya Ryan dia nggak mau jawab. Gue tanya Bu Na dia nggak mau ngomong katanya 'udah Raya tidur aja Angkasa pasti baik-baik aja' gitu," ucap Raya menirukan suara Elina Angkasa tersenyum kecil mendengarkan.

"Kesel tau nggak! Tanya bokap lo juga nggak guna malah kesel ke gue. Tau nggak sih Sa! Gue khawatir huhuhu," kesal Raya memukul-mukul Angkasa.

Angkasa hanya diam. Dia mengelus kepala Raya dan mengecupnya menenangkan gadis itu.

"Kan gue bisa jaga diri Ray," ucap Angkasa pelan.

Raya mengusap hidungnya ia kemudian mendongak menatap Angkasa membuat Angkasa menunduk menatap Raya.

"Namanya khawatir ya khawatir Angkasa! Mau lo bisa sejago sung go kong gue juga nggak peduli! Lo mau jadi jagoan hah!?" ucapnya melotot memandang Angkasa.

Angkasa mengerjap pelan membuat matanya meneduh. Raya yang tadinya ingin mendorong Angkasa jadi terdiam, seperti terhipnotis oleh pesona cowok ini.

Angkasa kemudian memajukan wajahnya. Menunduk pelan membuat Raya pelan-pelan memundurkan kepalanya.

Anjir lah gue nggak bisa gerak, gumam Raya dalam hati karena Angkasa mengeratkan pelukannya.

Tapi saat bibir mereka hanya berjarak satu senti, sebuah suara membuat Angkasa menjauhkan wajahnya langsung dan refleks menoleh ke asal suara.

"Anjir!!!" pekik Mesya tertahan melihat papan kayu yang dia jadikan alat sembunyi tiba-tiba saja terjatuh. Dia kemudian mendongak melihat Angkasa yang sudah menatapnya tajam.

Mesya menghela napas keaar dan langsung ingin berbalik pergi. Tapi Angkasa dengan cepat mengejar Mesya dan mencekal lengan gadis itu kembali mengajaknya ke rooftop.

"Lo ngapain?" tanya Angkasa dingin.

Mesya menatap sekeliling, mencari alasan. "Hm ... nggak sengaja lewat kok," jawab Mesya takut-takut.

"Nggak mungkin," balas Angkasa dengan nada tajam. "Kalo lo emang baru dateng, harusnya gue denger langkah kaki lo. Tapi lo udah ada disana dan dapat gue pastiin lo ada disana dari tadi," sambungnya membuat Mesya jadi kicep.

"Sa ... mungkin dia cuma—"

"Cuma apa? Gue nggak suka ada orang yang mata-matain gue tau nggak!"

Mesya mendesis sebal. "Lo ngapain hah sama Angkasa?! Lo yang curang ya!" ucap Mesya menunjuk Raya.

"Lo nggak usah nunjuk-nunjuk dia," ucap Angkasa menepis jari Mesya yang menunjuk tepat wajah Raya. "Kalian ada apa sih?" tanyanya mulai curiga.

"Gue suka sama lo!" ucap Mesya langsung membuat Angkasa melotot kecil.

"Kita sahabatan udah lama Sa! Lo selalu perhatiin gue. Merasa jadi diri lo sendiri kalo sama gue. Gue pikir perasaan lo sama gue sama Sa! Gue suka sama lo!" ucap Mesya jadi berkaca-laca menatap Angkasa membuat Angkasa jadi mengerjap tak percaya.

"Gue ... nggak pernah naruh rasa sama lo," ucap Angkasa menunduk jadi menatap Mesya yang sudah ingin menangis.

Mesya mengusap hidungnya. Ia kemudian mendongak menatap Angkasa garang. Dia kemudian menghela napas kasar.

"Oke. Kalo gitu lo pilih Raya trus menyaksikkan bisnis Ayah lo runtuh atau jauhin dia dan bisnis Ayah lo bakal baik-baik aja," ucap Mesya menatap tajam Angkasa.

"Tapi Sya—"

"Lo pilih salah salah satunya atau gue bakal buat hidup Ayah lo penuh masalah," potong Mesya sebelum Angkasa mengucapkan kalimatnya.

Mesya menatap Raya tajam yang menatap Mesya dengan tatapan tak mengerti.

Angkasa menghela napas berat sedangkan Mesya sudah berbalik dan pergi.

Satu lagi masalah, yang seperti tak ada habisnya.

💗💗💗

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang