29 - Dylan

3.5K 218 9
                                    

"Eh udah pulang?" sapa perempuan—yang bisa dibilang masih cukup muda—saat Angkasa dan Raya muncul dibalik pintu rumah melepas alas kaki masing-masing.

Raya hanya melirik sesaat tak minat sedangkan Angkasa tersenyum sopan.

Angkasa kemudian menoleh, menatap Raya yang sepertinya tak ingin berada disekitar perempuan itu berlama-lama membuat Angkasa menaikkan kedua alisnya.

"Woy, nyokap manggil tuh," ucap Angkasa menyikut Raya yang sedang menunduk merapikan sepatunya.

Raya berdecak sebal dan segera berbalik.

"Raya capek, Mah, mau tidur," ucap Raya tanpa menatap wajah perempuan itu.

Perempuan itupun hanya menghela napas dan berbalik menuju dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

Angkasa yang masih tak tahu harus berkata apalagi melihat sikap tak sopan Raya pada ibunya sendiri pun langsung berjalan cepat mengikuti Raya yang sudah naik tangga lebih dulu menuju kamarnya.

"Eh, Ray, woy, Ray—"

"Udah pulang?"

Angkasa mengerjap, langsung menghentikan langkahnya yang masih setengah jalan di tangga. Ia mendongak menatap Raya yang hampir mencapai pintu tapi di pintu sebelahnya muncul lelaki berusia sekitar sembilan belas tahun.

Lelaki tinggi, dengan manik mata coklat mirip dengan Raya. Serta memiliki tubuh tinggi, hampir setinggi Angkasa.

"Ngapa sih, cuma nengok Sasha doang. Nggak mungkin lah gue nginep di kuburan," jawab Raya jutek membuat lelaki itu tertawa.

"Mood lo jelek banget dah. Ngapa sih?" tanya lelaki itu lagi mulai menggoda, persis seperti Angkasa.

"Diem deh, Dy! Gue badmood," sentak Raya kesal.

"Lo siapa?" tanya Angkasa yang tiba-tiba sudah berdiri dianak tangga terakhir.

Raya dan lelaki itu—Dylan—refleks menoleh dan sama-sama terkejut. Sejak kapan Angkasa ada disana?

"Gue?" Dylan menunjuk dirinya sendiri dan mulai maju menghampiri Angkasa tapi Raya buru-buru menahan Dylan mengisyaratkan untuk diam saja.

"Apa sih, Ray? Mau kenalan doang sama pacar lo kok," ucap Dylan menggoda membuat pipi Raya memanas.

"Dia bukan pacar gue!" desis Raya kesal.

"Apanya yang bukan pacar?" tanya Dylan mengedipkan sebelah matanya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue," sela Angkasa mulai jengah dengan pertengkaran antara Raya dan cowok satu ini.

"Dia anak pungut," cibir Raya kesal.

Dylan hanya tertawa, sudah biasa dia dicibir Raya. Apalagi sebagai 'anak pungut'. Awalnya sih dia marah-marah, nggak terima karena emang itu faktanya. Iya, Dylan itu anak adopsi, bahasa mirisnya yang anak pungut itu.

"Kakaknya Raya ya?" tebak Angkasa yang langsung disambut anggukan semangat dari Dylan.

"Ih, nggak sudi lo jadi kakak gue," cibir Raya dengan gaya jijik. "Asal lo tau dia itu anak pungut," sambungnya menoleh ke Angkasa yang mengernyit bingung.

"Beneran? Gue kira cuma sapaan doang," ucap Angkasa membulatkan mata tak percaya bahwa Dylan adalah anak adopsi.

"Mana ada orang mau disapa 'anak pungut' terlalu rendah levelnya. Gue mah anak adopsi," ucap Dylan.

"Sama goblok," ucap Raya kesal.

"Beda lah, pungut itu kan lebih kaya sampah," sergah Dylan membenarkan.

"Ya lo emang sampah," cibir Raya.

"Kok bisa? Siapa yang ngadopsi?" tanya Angkasa masih penasaran.

Raya memutar mata jengah sedangkan Dylan dengan wajah ceria semangat ingin menceritakan.

"Yang ngadopsi papah gue," ucap Raya sebelum Dylan sempat membuka mulut membuat cowok itu mengumpat kesal. "Udah tidur sono, udah malem," sambung Raya mengibadkan tangannya dan balik kanan segera masuk kedalam kamar.

Angkasa kemudian menghela napas dan berniat ingin berbalik menuju kamarnya yang ada lantai bawah. Tapi langkahnya tertahan saat Dylan memanggilnya.

"Woy, mau temenin gue nggak? Gue insomnia," bisik Dylan pelan.

Angkasa mengernyit tak mengerti.

"Ck. Lo gimana sih, sebagai pacar harusnya lo tau," decak Dylan masih sambil berbisik.

"Tau apa?" tanya Angkasa masih tak mengerti.

"Peka dong. Dia tadi pasti ketemu nyokapnya kan?" tanya Dylan yang dijawab anggukan pelan Angkasa.

"Nah, itu bikin dia badmood."

"Kok?"

"Itu perempuan bukan nyokap kandung Raya."

"Loh?"

"Lo mau tau lebih? Makanya temenin gue, nanti gue ceritain semuanya," tawar Dylan membuat Angkasa berpikir sebentar.

"Oke."

💗💗💗

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang