43 - Mundur

3.5K 178 2
                                    

"Hah, sumpah deh soal ulangan yang tadi bikin kepala gue kaya di pompa terus dimbeldosin!" runtuk Ryan mengangkat kedua tangannya setelah keluar dari kelas yang teras pengap.

"Iya gue juga. Ngap di dalem!" ucap Raya setuju ikut merentangkan tangan berharap ototnya kembali rileks.

Sedangkan Angkasa hanya menghela napas pelan dan berjalan santai menuju arah kantin.

Raya dan Ryan segera mengikuti. Raya disebelah kiri dan Ryan disebelah kanan. Udah mirip malaikat penjaga Angkasa aja gitu.

"Cieeee akhirnya udah pacaran," goda Ryan teringat bahwa Angkasa dan Raya sudah resmi berpacaran.

"Trus?" tanya Angkasa santai membuat Raya mendesis sebal melihat tingkah Angkasa.

Hubungan mereka di sekolah kan masih dikenal just friend.

"Nggak ada kiss atau hug gitu? Cih nggak romantis."

"U--"

"Apaan sih lo Yan! Ini sekolah. Lagian otak masih panas mending diem deh jangan banyak bacot," potong Raya langsung. Bahaya kalo sampai Angkasa keceplosan bilang 'udah'.

"Yee kan hanya memastikan," sahut Ryan tak terima.

"Udah deh. TPM juga udah mau selesai. Kita juga harus ngurus pensi terakhir sebelum lulus. Nggak usah ribut," potong Angkasa segera mempercepat langkah menuju kantin. Tapi langkahnya terhenti di hadang Mesya yang berdiri dengan mata menyipit memandang Raya.

"Oh masih nempel?" tanya Mesya tajam.

Angkasa menegap. Raya jadi mengkerut dan bersembunyi dibelakang punggung Angkasa sementara Ryan merapatkan diri menyentuh pundak Angkasa memberi semangat.

"Suka-suka gue," jawab Angkasa tak kalah tajam.

"Oh? Kita sahabatan lho, Sa. Lo nggak inget--"

"Nggak ada yang namanya sahabat tapi ngelarang sahabatnya sendiri buat bahagia," potong Angkasa membuat Mesya tersenyum miring.

"Lo udah punya bala bantuan ya makanya berani?"

Angkasa mengepalkan tangannya. Ia mendengkus pelan membuat Raya mendongak.

"Dia ... udah tau, Sa," bisik Raya takut-takut.

Angkasa menegaskan rahangnya. Dia menarik napas dan nenghembuskannya pelan.

"Agatha memang orang terkaya, tapi ...."

Mesya menggantungkan kalimatnya dan tersenyum miring.

"Emang dia mau bayar semua utang perusahaan Ayah lo itu? Heh, asal lo tau ya, Ayah lo kebanyakan utang sama Ayah gue. Nggak mungkin lah seorang Agatha mau nguras kekayaannya demi orang kayak lo."

Angkasa tersentak kecil. Ia menggemerlarukkan giginya membuat Raya jadi was-was. Takut Angkasa akan mengamuk.

"Oke. Lo menang," ucap Angkasa akhirnya dengan nada santai.

Angkasa kemudian maju melepas pengangan Raya pada lengan atasnya. Ia mendekati Mesya yang kini tersenyum penuh kemenangan.

"See? Gue akan selalu menang. Dapetin lo gimana pun caranya," ucap Mesya sombong menatap tajam Raya dengan angkuhnya.

Raya dan Ryan yang melihat itu langsung terperangah. Tunggu, ini bukan seperti yang mereka harapkan. Angkasa tak mungkin menyerah seperti itu.

Lagipula Elina siap membantu, Agatha pun selalu bisa diandalkan lantas kenapa Angkasa memilih mundur?

"Lo ... lebih milih Mesya, Sa?" tanya Raya lirih dengan nada bergetar.

Ryan yang mendengarnya langsung menoleh sedangkan Angkasa masih tetap mendekati Mesya tak mengacuhkan Raya yang sudah hampir menangis.

"Apa yang akan buat lo ngembaliin kerjasama bokap lo dan bokap gue?" tanya Angkasa tegas dengan manik mata tepat menatap Mesya yang tersenyum puas.

Raya menggeleng. Ia tak percaya jika Angkasa akan seperti ini. Lalu apa gunanya bekerjasama dengan Agatha, meminta bantuan ibunya jika akhirnya Angkasa menyerah dengan mudahnya?

"Cium gue," jawab Mesya lantang tanpa malu. Untungnya saat itu koridor sepi.

Raya membelalak begitupula Ryan yang langsung tersedak. Tapi Angkasa tidak. Ia tersenyum tipis seakan ini adalah hal menyenangkan.

Angkasa mencondongkan tubuhnya. Memajukan diri hingga anak rambut Mesya menyentuh pipi Angkasa lembut.

Mesya menutup mata, bersiap merasakan kehangatan yang ia dambakan begitu pula Angkasa yang seakan tak ada beban apapun. Seakan tak ada orang yang melihat langsung memajukan diri perlahan.

Air mata Raya hampir terjatuh tapi Raya tahan. Dua kemudian berlari secepat mungkin tak ingin melihat pemandangan yang menyesakkan dadanya.

Apa kata Angkasa?


Dia suka Raya?


Dia cinta Raya?




BULLSHIT!


Ryan langsung berlari mengikuti Raya sedangkan Angkasa masih dalam posisinya.

Entah apa yang Angkasa pikirkan. Tapi Raya tidak bisa bertahan jika Angkasa hanya datang sesaat lalu pergi seakan Raya hanyalah mainannya.

💗💗💗

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang