49 - Pulang dan Tinggal

3.9K 167 0
                                    

"Plis lah Ray maafin gue. Gue nggak ada apa-apa lagi sama Sashi," ucap Angkasa memelas.

Raya mendengkus kesal. Ia masih tak mendengarkan ucapan Angkas yang sedari tadi memohon-mohon dan tangannya masih sibuk mencoret sana-sini diatas kertas.

Angkasa tuh minta maafnya beneran. Sampe datengin kamar Raya dan bikin Raya jadi nggak konsen padahal tadi waktu di mobil sama Langit dan Sashi, Raya udah di kasih tau.

"Lho Kak Sashi nggak bener-bener pingsan?" tanya Raya yang duduk ditengah. Didepan Langit dan Sashi sedang menertawakan Angkasa yang tadi terlihat sangat takut.

"Ya enggak lah. Orang-orang yang dilihat Angkasa juga suruhan Langit. Kejam banget emang ngeprank adik sendiri sampai sebegitunya," jelas Sashi membuat Raya membulatkan matanya lebar.

"Oh jadi cuma prank? Yah tadi aku marah beneran sama Angkasa," ucap Raya merasa bersalah sudah ngacangin Angkasa tadi.

"Nggak papa kali. Totalitas. Ntar kamu bersikap aja nggak peduli ya sama dia. Bilang kalo besok kamu harus pulang ke Jogja. Ntar aku yang jemput," ucap Langit memberi tahu rencana selanjutnya.

"Hoo gitu. Oke!"

"Nih!" ucap Raya ketus memberikan secarik kertas ke arah Angkasa membuat Angkasa terdiam dan membaca sementara itu Raya belagak beres-beres menurunkan kopernya.

"Ray, harus besok ya?" tanya Angkasa menatap Raya memelas.

Raya menghela napas dan mengangguk. Ia kemudian membongkar bajunya dan memasukkannya dalam koper.

Angkasa mendekat. Menahan Raya membuat Raya mendecak sebal.

"Lo kok gitu sih?!" sentak Angkasa membuat Raya jadi mengerjap.

"Kita baru aja lho masa lo pergi?"

"Ck, kan bisa ldr-an. Lagian semua udah selesai. Gue balik dong ke Jakarta," ucap araya tak peduli segera mengemasi barang-barangnya.

"Besok—"

"Kak Langit yang anterin," potong Raya ketus membuat Angkasa mengerjap dan menghadang Raya tak terima dengan ucapan gadis itu.

"Lo apaan sih? Yang pacar lo siapa? Kok sama orang lain?" omel Angkasa cepat.

"Ck, orang cuma nganterin doang kok," decak Raya merasa kalau Angkasa ribet banget.

Angkasa mengantupkan bibirnya. Merasa tercekat melihat kelakuan Raya seperti ini.

"Ray ... lo udah nggak suka sama gue?" tanya Angkasa lirih.

Gerakan tangan Raya berhenti. Mengerjap pelan dengan patah-patah menatap Angkasa. Gadis itu mengantupkan bibirnya jadi merasa sudah terlalu jauh berakting.

"S-sa ...."

"Goodbye," lirih Angkasa kemudian keluar dari kamar Raya. Membuat Raya terpaku.

Tapi kemudian hapenya menyala menandakan sebuah pesan membuat Raya cepat-cepat mendekati hapenya.

Matanya melebar membaca pesan singkat dari Dylan yang diakhiri dengan emot tersenyum membuat mata Raya jadi berair di buatnya.

Dylan : Ray, besok pulang ya. Gue kangen nih. Besok gue jemput lo. Sekarang kemas-kemas gue lagi di jalan. See you zheyeunk :)

Raya mengerjap. Merasa aneh. Dia hanya bercanda tapi kenapa terkabul? Ck, Raya jadi benci.

💗💗💗

"Kak maaf ya aku harus pulang beneran," ucap Raya menelpon Langit membuat Langit diseberang sana jadi mendesah pelan.

"Ya udah. Hati-hati Raya," ucap Langit lalu menutup telepon.

Raya mendesah pelan. Ia kemudian menurunkan kopernya dan segera bergegas saat mendengar bunyi klakson mobil Dylan sudah datang.

Ia menengok ke arah samping. Angkasa menatap Raya datar membuat Rya menggigit bibir dalamnya. Pengen meluk sih, tapi gengsi, tapi juga pengen. Gimana dong?

Raya terdiam kini menatap Angkasa sepenuhnya dan diluar dugaan. Angkasa mendekati Raya dan segera memeluk erat gadis itu. Raya mengerjap-ngerjap. Ia merasakan detak jantung Angkasa yang menggila membuat Raya jadi merasa aneh.

"Plis, untuk kali ini lo jangan marah. Biar gue puas meluk lo dulu," bisik Angkasa membuat darah Raya berdesir. Ia kemudian balas memeluk Angkasa. Menyalurkan kehangatan pada cowok itu.

💗💗💗

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang