"OOOOHHHH JADI BEGINDAAANGG!"
Pekikan keras Ryan langsung membuat Angkasa menabok kepala cowok itu keras, suara toanya emang nggak bisa dikecilin dikit apa. Heran.
"Jadi kish cinta lo tuh bermula dari ortunya Raya yang menitipkan Raya di rumah lo. Edaaannnn, ampuh banget Raya bikin lo ngelupain Sashi," ucap Ryan menggebu membuat Angkasa lagi-lagi mendengkus kesal.
Ya, Ryan memang tau semua, karena dari awal mereka sudsh kenal dekat hingga segalanya tentang Sashi ataupun keluarganya sendiri, Angkasa ceritakan pada Ryan.
"Eh eh, udah ngapain aja?" tanya Ryan merapat ketubuh Angkasa.
Angkasa yang sedang memantulkan bola sambil duduk langsung mendelik kesal. "Apa sih lo, ngeres tuh pikiran," cibir Angkasa.
Walaupun dalam hati pengen bangga, kita udah ciuman dong.
"Ah, nggak nyangka sahabat gue ini bisa move on," ucap Ryan dengan mendesah lega seakan itu yang dia harapan sejak dulu.
"Eh btw, Sa. Ada anak kelas sepuluh cantik banget, kalo gue gebet gimana?" tanya Ryan menanyakan pendapat.
Angkasa memandang Ryan sinis. "Ck. Untung kemaren Raya nolak elo, Yan," decak Angkasa kesal.
Ryan hanya meringis mengakui perbuatannya. Memang, sejak dulu hatinya selalu berpindah. Tak pernah berlabuh dan menetap pada satu hati. Itu yang membuat Ryan merasa, cinta tidak pernah bisa tulus, adakalanya cinta itu berpindah. Yang membedakan, apakah cinta itu akan kembali, atau terus pergi.
"ANGKASA! RYAN! I'M COMING!" teriak cewek berambut pendek dengan riang.
Raya berlari kecil mendekati Ryan dan Angkasa yang duduk dipinggir lapangan dengan bola basket ditangan Angkasa.
"Ih, kok nggak main sih?" lanjut Raya duduk merapat disebelah Angkasa.
"Nggak mood," sahut Ryan.
Angkasa hanya diam, dia hanya fokus memantulkan bola basket. Tapi gerakan tangannya terhenti saat Raya mengatakan hal yang langsung membuat Angkasa menatap Raya tepat.
"Eh, Sa, tadi gue ketemu sama artis cantik tuh lho. Si Elina Lee, trus dia ngomong mau ketemu elo," ucap Raya sedikit berbisik.
"Hah?!" pekik Ryan kaget karena mendengar ucapan Raya. "Mau ketemu Angkasa?" lanjut Ryan.
Raya mengangguk semangat. "Lo ada urusan apa sama dia, Sa?" tanya Raya kepo.
Angkasa tiba-tiba saja mendecak kesal, segera bangkit dan berbalik. Tapi suara wanita paruh baya itu langsung membuat Angkasa menegang.
"Angkasa?"
Angkasa diam, tak berniat berbalik atau menyapa wanita itu. Membuat Raya mengernyit bingung.
"Oh, masih ingat anak," ucap Angkasa sarkastik.
Raya melebarkan mata kaget sedangkan Ryan sudah gigit jari melihat wajah Angkasa yang sudah mengeras menahan emosi.
"Kamu sudah besar," ucap Elina dengan nada terharu.
Angkasa kemudian mendecak sebal. "Ck. Gue pulng duluan," ucap Angkasa tanpa memandang Elina.
Angkasa segera menyerahkan bola basketnya pada Ryan dan segera pergi.
"You okay, Sa?" tanya Ryan menyatukan alisnya khawatir begitu menerima bola basket.
Angkasa hanya mendengkus dan segera peegi membuat Ryan gelagapan ingin menahan Angkasa. Ia kemudian tersenyum sekilas pamit pada Elina dan berlari mengejar Angkasa.
"A ... Tante, pamit dulu ya. Mau ngejar Angkasa," pamit cowol itu segera berlari pergi mengejar sahabatnya.
Elina hanya tersenyum tipis menatap kepergian Angkasa. Raya yang masih disana kemudian menatap Elina dengan tatapan bertanya.
"Dia anak saya," ucap Elina seakan tau apa yang membuat Raya bingung.
Ah, jadi sekarang Raya tau, kenapa Angkasa selalu merahasiakan ibunya dari Raya.
Kenapa Angkasa marah saat Raya membaca buku milik Angkasa bertuliskan mom & S waktu itu.
Mom, berarti ibunya, Elina Lee. Dan S yang berarti Sashi. Bukan Senja adik Angkasa.
Tapi ... apa masalahnya dengan Angkasa hingga dia tidak mau menatap mata Elina semenit saja jika dia ibunya?
💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionJust why in the end, I fall in love with you. © namudedo, may - july 2018