ENAM BELAS

1.6K 160 1
                                    

Jalanan yang masih basah disertai genangan air, tetesan air dari pohon dan atap bangunan, bau air dan tanah serta udara yang semakin terasa dingin seiring dengan larutnya malam menemani langkah Clara dan Nathan menyusuri Shibuya. Mereka berjalan bersama dengan langkah seirama dan posisi mereka sejajar bersebelahan.

"Kamu seharusnya tidak perlu mengantarku." Kata Clara memulai percakapan. "Aku tahu jalan pulang ke hotelku." Lanjutnya. Sepanjang perjalanan pulang dari Disneysea menuju Shibuya terasa hening. Mungkin Nathan sudah terlalu lelah. Atau mungkin jalanan yang mereka lalui sudah terlalu sepi dan hening.

"Sekarang sudah terlalu malam." Jawabnya dengan nada datar dengan kedua tangannya yang dimasukkan kedalam saku celana. Harus ia akui bahwa malam itu memang terasa dingin. Sesekali Nathan melirik kearah Clara, memastikan gadis itu tidak kedinginan.

"Karena sudah malam, nanti kau bisa melewatkan kereta terakhir." Kata Clara, ia merasa tidak enak hati saat pria itu menawarkan diri untuk mengantarnya pulang ke hotel. Entah mengapa Clara merasa hari ini laki-laki itu sangat baik padanya, atau itu hanya perasaannya semata.

"Its okay. Aku bisa naik taxi." Jawab Nathan santai, ia tidak begitu memikirkan bagaimana ia akan pulang nanti.

"Taxi di jepang kan terkenal mahal." Gumam Clara sambil berjalan menghindari genangan air. Dan mereka kembali berjalan dalam keheningan malam.

"Apa kau tidak merasa lelah?" Kali ini Nathan yang mengambil alih topik percakapan.

"Tidak. Aku sangat senang hari ini." Jawab Clara sambil tersenyum. Hari ini ia sangat puas bermain dan bersenang-senang. Gadis itu bisa melepaskan dan melupakan semua masalah dan bebannya hari ini. Setidaknya hari ini membuat gadis itu tersadar bahwa masih banyak alasan untuk merasa bahagia.

"Baguslah kalau begitu."

Setelah berjalan sekitar lima belas menit akhirnya mereka sampai didepan hotel kapsul tempat Clara menginap.

"Terima kasih atas hari ini." Kata Clara sambil melepas coat milik Nathan yang masih ia pakai dan mengembalikannya pada Nathan.

"You're welcome." Jawab Nathan sambil mengambil coat miliknya, melipatnya dan menyelipkan coat itu dilengannya.

"Terima kasih juga untuk hari-hari kemarin. Tiga hari ini terasa sangat menyenangkang bagiku." Lanjut Clara.

"Kau tak perlu berterima kasih begitu." Terlalu aneh untuk Nathan mendapatkan ucapan terima kasih seperti itu.

"Besok aku pulang ke Jakarta. Jadi aku harus berterimakasih padamu untuk terakhir kalinya." Jelas Clara. Mengingat besok ia akan pulang ke Jakarta membuat perasaannya sedih. Pulang ke Jakarta berarti ia harus siap untuk menghadapi masalahnya, jujur Clara belum siap kalau harus bertemu dengan Ray.

"Oh...besok kamu pulang?"tanya Nathan. Mendengar besok gadis itu akan pulang, terbersit sebuah perasaan kecewa dalam hati pria itu. Aneh, tidak biasanya Nathan merasakan perasaan itu.

"Yup." Gadis itu mengangguk pelan.

"Kalau begitu, have a safe flight." Nathan tidak tahu harus mengucapkan apa sebagai salam perpisahan. Nathan seperti bukan menjadi dirinya sendiri.

"Iya. Terima kasih."

Sejenak mereka larut dalam keheningan. "Kalau begitu aku pulang." Kata Nathan pamit.

"Hati-hati dijalan."

"Hei Clara. Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Nathan mencoba memberanikan diri.

"Apa?"

"Mengapa kamu berbohong?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Pertanyaan yang sudah ingin ia tanyakan sejak awal mereka bertemu.

"Apa maksudmu?" Tanya gadis itu sambil memiringkan kepalanya.

"Kau pernah bilang padaku ini pertama kalinya kau ke jepang. Tapi aku tahu ini bukan kali pertama kamu ke jepang."

"Darimana kau tahu?"

"Aku sudah pergi traveling dengan banyak orang selama ini, jadi aku bisa menilai seseorang dari sikap mereka saat traveling. Kamu sama sekali tidak menunjukan sikap sebagai first timer. Walau kamu tidak mengenal banyak tempat di Tokyo, kamu sedikit banyak tahu tempat-tempat di Tokyo. Tebakan ku benar kan?" Tanya Nathan sambil mengingat-ingat kembali awal pertemuan mereka, serta hal-hal yang sudah mereka lalui beberapa hari ini. Nathan yakin sekali ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu.

Clara terdiam, ia menunduk menatap jalanan dan hanya tersenyum hambar. Tak membenarkan atau mengelak perkataan Nathan.

"Boleh aku tahu alasannya?" Tanya Nathan walau ada rasa sungkan dalam dirinya.

"Aku...Aku kabur dari calon suami aku." Kata gadis itu dengan suara yang bergetar, tangannya mengepal. Rasanya sulit untuk menceritakan kisahnya pada orang lain. Apalagi pada pria yang baru dikenalnya beberapa hari kebelakang. Menceritakan kisahnya sama saja mengorek  luka hatinya, luka yang masih basah, dan masih jelas ia rasakan.Raut wajah gembiranya langsung berubah seketika. Matanya mulai basah.

"Perjalananku kali ini harusnya menjadi acara prewed...Tapi aku mengetahui bahwa calon suamiku selingkuh..." Clara terdiam tak sanggup menceritakan lebih jauh, terlalu berat dan sakit untuk memceritakan semuanya.

Nathan terkejut mendengar apa yang dikatakan gadis itu. Sama sekali tak terbayang alasan itu akan terlontar dari gadis itu. Ia menggigit bibirnya sendiri, ada perasaan kasihan dan sedih melihat gadis yang ada didepannya. Gadis yang selalu terlihat ceria, bersemangat dan menyebalkan kini tampak sangat rapuh.

"Maaf aku hanya bisa menceritakan itu sekarang." Lanjut gadis itu dengan suara lirih sambil menahan air mata dan berusaha menatap Nathan yang berdiri dihadapannya.

"Jadi karena itu kabur ke tokyo seorang diri?"

"Iya. Aku pikir aku butuh waktu untuk sendiri..."

"Maaf, mungkin seharusnya aku tak perlu bertanya." Kata Nathan.

"It's okay. Karena aku sudah merepotkanmu beberapa hari ini aku rasa kamu berhak tahu. Tapi aku jujur saat berkata kita secara tidak sengaja bertemu. aku sama sekali tidak pernah menyangka akan bertemu denganmu."

"Lalu kamu berbohong agar aku memperbolehkan kamu untuk mengikutiku?" Tanya Nathan yang mulai mengerti garis merah cerita gadis itu.

"Aku tidak pernah ada niatan untuk membohongi kamu. Aku memang ingin mengikuti kamu karena aku tidak punya tujuan selama di Tokyo dan kupikir akan menyenangkan bila mengikuti seorang travel blogger sepertimu. Maaf."

Nathan menghela napas "Besok...jam berapa penerbangannu ke Jakarta?"

"Jam 11.45 siang dari Haneda."

"Aku akan memaafkan kamu kalau besok pagi kamu mau ikut denganku."

"Apa maksudmu?" Tanya Clara bingung.

"Anggap saja sebagai akhir dan penutup perjalanan kamu di tokyo."

Tokyo Travelgram [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang