Dia cewek yang gue ajak ke Disneyland...
Daniel menahan dirinya agar tidak tersedak kopi yang diteguknya, wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya dan mulutnya terasa kaku, dirinya kehilangan kata-kata setelah mendengar ucapan Nathan. Seorang Daniel sama sekali tak pernah menyangka akan mendengar kalimat itu dari Nathan.
"What?! Tunggu...Maksud loe...loe yang bawa kabur Clara?" tanya Daniel masih berusaha mencerna ucapan Nathan.
"Bukan! Gue juga awalnya nggak tahu cerita dia kabur dari calon suaminya itu." kata Nathan berusaha mengelak dari tuduhan yang dialamatkan padanya .
"Gila loe. Coba jelasin ke gue sejelas-jelasnya!" suruh Daniel dengan nada memaksa, ucapan Nathan hanya menambah rasa penasarannya. Ia belum dapat mengerti cerita Nathan secara utuh.
"Well, dengerin gue baik-baik. Gue ke Jepang murni dengan maksud dan tujuan untuk liburan, dan loe tahu itu. Kemudian gue secara nggak sengaja ketemu cewek yang namanya Clara itu. Gue nggak bisa cerita terlalu detail, tapi intinya gue kebetulan ketemu dia di Shibuya. Dan sampai suatu ketika dia bilang kalau dia mau ke Disneyland. Karena dia bilang sama gue kalau dia datang ke Tokyo seorang diri dan gue ada rasa kasihan sama dia, jadilah gue ajak dia. Tapi sumpah gue baru tahu cerita dia itu waktu dia mau balik ke Indo. Kalau dari awal gue tahu cerita dia kabur dari calon suaminya juga gue nggak akan ajak dia ke Disneyland bareng." jelas Nathan.
"Loe hampir aja bikin gue shok. gue pikir loe yang bawa kabur si Clara kayak di drama-drama."
"Loe kebanyakan nonton drama! Loe pikir gue cowok apaan? Buat apa gue bawa kabur calon istri orang yang gue nggak kenal." gumam Nathan sambil berdecak kesal.
"Ternyata dunia ini sempit yah. Gue beneran nggak nyangka banget loe bisa kenal sama Clara."
"Yeah...Gue nggak bisa bilang kalau gue kenal dia. Ya gue hanya sekedar tahu nama dia Clara. Dan gue juga nggak tahu Clara itu temen si Olive, cewek loe. Pertemuan kami itu benar-benar sebuah kebetulan."
"Terus, Loe masih keep in touch sama Clara?" tanya Daniel masih penasaran.
"Nggak. Gue menganggap pertemuan kami di Jepang itu hanya kebetulan doang dan gue nggak ada niat untuk mencampuri urusan dia. Lagipula gue nggak punya kontak dia juga."
"Loe nggak penasaran sama kelanjutan cerita dia dan kabar dia sekarang?" tanya Daniel sambil tersenyum nakal.
"Nggak...Kenapa gue harus penasaran?" jawab Nathan singkat.
"Karna loe pernah jadi bagian dari cerita dia..."
***
Lagu Malibu Nights dari LANY menggema memenuhi kamar Nathan yang berukuran dua belas meter persegi bernuansa putih dan abu-abu dari sepasang speaker putih kecil diatas meja kerjanya. Nathan senang mendengarkan musik, terlebih saat ia sedang mengerjakan pekerjaannya atau saat menulis blog miliknya. Musik membantunya untuk mendapatkan ide dan inspirasi dalam merangkai kalimat yang ia tulis dalam blognya, ia ingin setiap tulisan yang ditulisnya memilik arti dan pesan yang dapat tersampaikan dengan baik.
Sudah hampir dua jam ia duduk didepan komputer. Matanya sibuk membaca beberapa email dan proposal yang diberikan oleh beberapa travel agent yang berencana menjalin kerjasama dengannya, termasuk proposal yang diberikan Daniel beberapa hari lalu. Ia menatap tumpukan kertas proposal yang memenuhi meja kerjanya sambil menyandarkan punggungnya pada kursi, tangan kirinya sibuk memijat kepalanya pelan yang mulai terasa pening.
Setelah selesai dengan urusan emailnya, Nathan mulai membuka blog miliknya yang sudah cukup lama ditinggalkannya. Terakhir kali Nathan menulis artikel sekitar satu bulan lalu. Ia menghela napas ,ia menopangkan dagunya dan berpikir sejenak. Mungkin sudah saatnya ia menulis dan memposting artikel baru. Jika dipikir lagi, masih banyak konten menarik yang dapat ia bahas pada blognya.
Ia beranjak dari kursinya, berjalan santai menuju lemari kayu bercat putih yang letaknya tak jauh dari meja kerjanya, itu adalah lemari tempat ia menyimpan kamera dan berbagai barang koleksinya. Ia mengambil sebuah kamera mirrorless yang biasa ia gunakan. Kemudian berjalan kembali menuju meja kerjanya. Ia mengeluarkan kartu memori yang ada dalam kamera dan memasukkannya kedalam card reader yang terhubung pada komputer sehingga ia dapat melihat hasil foto pada layar monitor.
Nathan mulai membuka foto itu satu persatu, foto pertama yang tampil dilayar adalah foto bangunan dan beberapa foto pemandangan alam. Melihat hasil foto itu, ingatan Nathan seakan terpanggil kembali. Ah...ini foto saat di Rusia dua bulan lalu, batin Nathan. Ia segera mengenali bangunan dan tempat-tempat yang tampil dalam foto. Nathan terus memandangi foto demi foto, hingga kemudian foto itu berganti lokasi dan suasana. Itu adalah hasil foto saat ia liburan di Jepang.
Nathan tersenyum melihat hasil fotonya, ia merasa puas dan bangga akan dirinya sendiri atas foto yang diambilnya. Hasil foto bangunan, pemandangan dan kehidupan warga lokal itu nampak artistik. Ia memperhatikan setiap detail dari foto-foto itu, dan ia mulai menyadari sesuatu. Clara, gadis itu muncul hampir disetiap foto yang diambilnya. Nathan ingat betul wajah dan penampilan gadis itu saat di Tokyo, ia juga mengingat jelas setiap momen yang terjadi bersama gadis itu. Namun Nathan sama sekali tidak menyadari jika dirinya mengambil foto gadis itu. Gadis itu muncul hampir disetiap foto yang Nathan ambil, memang bukan sebagai objek utama dari foto, tapi gadis itu nampak bagai sebuah lukisan, menyatu menjadi kesatuan dengan foto yang artistik.
Melihat foto gadis itu membuat Ia teringat kembali akan cerita mengenai Clara yang diceritakan Daniel padanya beberapa hari lalu. Sial...sejak bertemu Daniel dan mendengar cerita Clara membuat Nathan mengingat lagi pertemuannya di Tokyo. Clara, gadis itu seperti mencuri perhatiannya. Mengapa ia memikirkan gadis itu? mengapa ia terlalu peduli dengan nasib gadis itu? Nathan sebenernya juga tidak tahu, ia ingin melupakan gadis itu, menganggap pertemuannya hanya sebuah kebetulan. Namun semakin Nathan berusaha melupakannya, ia seolah kembali diingatkan dengan gadis itu. Aneh, seakan ada sebuah benang yang menghubungkan Nathan dan mengarahkan Nathan kembali pada Clara.
Terbersit dalam benak Nathan untuk mencari informasi mengenai Clara. Rasanya ia ingin menghubungi Daniel dan menanyakan kontak Clara, itu jalan termudah. tapi ia tidak ingin melakukannya. Jika ia melakukan hal itu Daniel pasti akan berpikir semakin negatif tentang dirinya dan berpikir jika ia menaruh perhatian pada gadis itu. Ia tidak ingin orang lain membuat asumsi tentang dirinya. Itu akan membuat situasi semakin runyam mengingat masih ada masalah percintaannya dengan Vina yang belum tuntas.
Nathan menghela napas, ia merasa lelah dan terlalu banyak hal yang ada dipikirannya. Ia mengambil ponselnya berniat untuk mengalihkan pikirannya sejenak Ia membuka aplikasi instagram miliknya, dan menemukan tumpukan pesan pada direcrt message yang belum dibacanya. Nathan memang jarang membuka instagram belakangan ini. Tapi Nathan berusaha untuk membaca dan membalas pesan untuk dirinya. Banyak orang yang mengirimkan pesan pribadi, bertanya mengenai travelling, tips fotografi atau sekedar mengomentari foto miliknya. Nathan menemukan kesenangan tersendiri berinteraksi dengan pembaca atau pengikut instagramnya, karena ia merasa apa yang dilakukan dan dikerjakannya tidak sia-sia. Jarinya bergerak naik turun. Membaca pesan itu satu persatu secara acak. Hingga ia menemukan sebuah pesan yang menarik perhatiannya diantara pesan lainnya. Ia membuka pesan itu dan mulai membacanya. Sebuah pesan yang membuat Nathan ingin menghubungi Daniel saat itu juga...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Travelgram [completed]
RomanceNathanael Pratama Romano sangat menyukai travelling seorang diri. Menelusuri tempat-tempat baru yang belum pernah dia kunjungi di muka bumi ini. Mengamati kehidupan manusia yang berbeda disetiap tempat dalam sudut pandang yang berbeda, dan mengabadi...