"Aku boleh ikut kamu pergi?"
Kalimat yang terucap dari mulut gadis itu menghentikan langkahnya. Kata-katanya terdengar seperti mantra yang menggelitik batinnya. Nathan terdiam ditempatnya, kenudiam membalikan badannya dan menatap gadis yang baru ditemuinya itu lekat-lekat.
"Tadi kamu bilang apa?" Tanya Nathan seolah ingin memastikan pendengarannya masih berfungsi dengan baik.
"Aku mau ikut kamu pergi. Boleh?" Tanya Clara lagi. Sepertinya ia sudah dapat menebak reaksi pria itu. Entah apa yang merasuki dirinya, ide itu muncul seketika. Ia sangat yakin Nathan akan menolak permintaannya. Namun dalam hatinya yang terdalam ia berharap pria itu menerima permintaannya.
Nathan menghela napas. "Kamu nggak salah ?" Tanya Nathan sambil menaikan sebelah alisnya, seolah apa yang ditanyakan Clara adalah sebuah kesalahan besar. Sudah hampir tujuh tahun Nathan menjadi traveller dan menjalani pekerjaannya sebagai travel blogger, dan selama itu pula ia menikmati dirinya sebagai solo traveller. Ia tidak suka berpergian dengan orang lain, apalagi orang asing yang tidak memiliki kepentingan dengannya. Itu sudah menjadi prinsipnya.
"Nggak. Aku beneran mau ikut kamu. Kemana kamu pergi aku mau ikut." Jelas Clara dengan kalimat sesederhana mungkin agar Nathan memahami perkataannya.
"Kamu bercanda?" Nathan tertawa hambar menanggapi perkataan Clara yang terdengar seperti lelucon.
"Nggak. Aku serius" kata Clara menegaskan, raut wajahnya serius, memang tak ada niatan dalam dirinya untuk bercanda dengan kalimat yang diucapkannya.
"Kenapa kamu mau ikut aku?" Tanya Nathan sambil melipat kedua tangannya didepan dada seolah ia siap mendengar dan menilai alasan yang akan dilontatkan Clara.
"Uhm...aku...aku nggak punya tujuan. Aku nggak tau harus kemana dan mulai dari mana. Kamu seorang travel blogger, Aku yakin kalau aku ikut kamu, pasti kamu bisa menunjukan tempat yang bagus. Jadi, aku boleh ikut kamu?"
"Nggak." Jawab Nathan secara singkat dan jelas dengan raut mukanya yang datar.
"Kenapa?" Terdengar kekecewaan dalam nada suara Clara.
"Aku rasa aku tak punya alasan untuk mengabulkan permintaanmu."
"Kenapa? Aku bisa menjadi teman mengobrol selama perjalanan."
"Well, dengerin yah. Aku berterima kasih atas pujian-pujian yang sudah kamu berikan. Tapi -ada tiga alasan kenapa aku menolak permintaan aneh dan gila kamu. Pertama, seperti yang aku pernah bilang, aku solo traveller, kedua aku bukan tour guide, dan ketiga kita baru saja kenal. So, nggak ada alasan buat aku terima permintaan kamu. Kamu bisa cari saja orang lain yang bisa ajak kamu keliling Tokyo. Aku bukan orang yang kurang kerjaan, banyak hal yang harus aku lakukan." Jelas Nathan panjang lebar, pria itu berusaha untuk mengatur emosinya.
"Tapi, Aku hanya seorang diri disini." Gumam Clara yang mulai terintimidasi dengan perkataan Nathan.
"Lalu?" Tanya Nathan dengan nada tak acuh.
"Sudah kubilang, aku tidak punya tujuan."
"Gadis aneh, seharusnya kamu buat itinerary sebelum kamu traveling. Pergi di negara orang tanpa tujuan sama saja seperti perang tanpa senjata. Lantas karena kamu nggak punya tujuan dan sebatang kara, kamu bisa seenaknya minta aku nemenin kamu? Kalau kamu bingung mau kemana, kamu bisa pakai google."
"Aku nggak minta kamu nemenin aku. Aku hanya ingin ikut kemana kamu pergi. "
"Maksudnya kamu mau membuntuti kemana aku pergi layaknya penguntit?"
"Hm...bisa dibilang begitu, tapi bukan menguntit. Aku janji tak akan menggangu."
"Sekali tidak. Tetap tidak."
"Ayolah...Aku nggak akan merepotkanmu. Aku akan menjaga jarak dan berjalan jauh dibelakang jika kamu mau. Kamu tak perlu menganggap kehadiranku."
"Kenapa aku harus menerima permintaan kamu? Apa untungnya bagiku?"
"Aku bisa bawain belanjaan kamu." Kata Clara sambil mencari ide untuk meyakinkan Nathan.
"Kamu cari aja tour lokal yang bisa anterin kamu keliling tokyo." Jawab Nathan sambil memutar bola matanya, Rasanya Nathan ingin pergi meninggalkan gadis aneh ini sekarang juga, namun Nathan bukan pria yang tega melakukannya.
"Aku bisa peganging kamera kamu, bisa fotoin kamu atau kalau kamu mau aku videoin kamu, aku bisa."
"Aku blogger, bukan youtuber." Sambar Nathan dengan nada jengkel.
"Boleh ya? Satu hari.Hanya hari ini saja. Aku akan sangat berterima kasih jika kamu bersedia."
"Tidak. Jangan ikuti aku, atau aku laporkan kamu ke polisi." Kata Nathan dengan nada mengancam. Pria itu mundur beberapa langkah dan siap untuk meninggalkan Clara.
"Ini pertama kalinya aku ke Tokyo. Kamu sama sekali nggak mau bantuin aku? Aku memang salah karena nggak punya tujuan, tapi aku hanya ingin pergi keliling menikmati tokyo, kemana saja boleh. Setidaknya biarkan satu hari ini tidak menjadi sia-sia. Aku janji hanya mengikuti kamu dari jauh, aku nggak akan mengganggu sama sekali." Terdengar nada keputus asaan. Mungkin Clara terlalu gila berharap bisa pergi berasama seorang Nathanael Romano. Mungkin memang Clara seharusnya mulai menyusun rencana untuk dirinya sendiri selama sisa harinya di Tokyo.
Nathan terdiam sambil menatap gadis itu, ada terbersit rada kasihan melihat gadis itu. Nathan adalah pria yang tegas dan memiliki pendirian yang kuat, namun terlalu mudah kasihan pada orang lain adalah salah satu sifat baik yang paling dibencinya. Ia benci karena sifatnya itu kadang disalah gunakan orang lain, dan Nathan sangat membenci orang yang memanfaatkan kebaikannya itu.
"Tapi...kalau kamu memang keberatan, tak apa. Aku tak akan memaksa. Aku tau permintaanku memang aneh, siapa juga yang bersedia diikuti orang asing." Kata gadis itu sambil memaksakan senyuman kecil disudut bibirnya.
"Kamu beneran mau ikut aku?" Tanya Nathan meyakinkan.
"Iya." Clara mengangguk tanpa keraguan.
"Kemana saja?"
"Iya."
"Tanpa mengganggu?"
"Iya."
Nathan menghela napas, berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan. "Baiklah."
"Jadi aku beneran boleh ikut kamu?" Tanya Clara dengan antusias, ia sama sekali tak menyangka Nathan akan menyetujui idenya.
"Entahlah...aku benci pada orang yang menyia-nyiakan liburannya. selama kamu janji nggak akan ganggu perjalanan aku. Well, anggap saja aku berbaik hati menuntun turis Indonesia yang tersesat."
"Iya, aku janji." Jawab Clara sambil mengangguk cepat.
"Tapi hanya hari ini saja." Kata Nathan dengan nada penuh penekanan.
"Oke." Kata gadis itu dengan senyum yang mengembang diwajahnya.
Nathan menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya perlahan. Ia masih berpikir apakah keputusan yang diambilnya adalah benar atau salah dan memikirkan hal itu membuatnya mulai sakit kepala. Tanpa ingin membuang waktu lebih banyak, Nathan mulai beranjak pergi. Ia tak ingin peduli dan memikirkan apakah gadis itu akan mengikutinya dari jauh atau tidak, selama keberadaan gadis itu tak mengganggunya seharusnya dirinya akan baik-baik saja.
"Kamu mau kemana?" Tanya gadis itu sambil berlari kecil menyusul Nathan yang sudah lebih dulu berada didepan memimpin jalan.
"Jangan banyak tanya. Katanya kau tak akan menggangu? Ikut saja atau aku akan merubah pikiranku." Kata Nathan dengan nada sinis.
![](https://img.wattpad.com/cover/141907371-288-k584216.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Travelgram [completed]
RomansaNathanael Pratama Romano sangat menyukai travelling seorang diri. Menelusuri tempat-tempat baru yang belum pernah dia kunjungi di muka bumi ini. Mengamati kehidupan manusia yang berbeda disetiap tempat dalam sudut pandang yang berbeda, dan mengabadi...