Nathan mengambil sekotak besar popcorn dan dua gelas cola pesanannya kemudian ia berjalan dan duduk disalah satu kursi kosong. Ia melirik jam tangannya, sepuluh menit lagi film akan dimulai, ia berharap Vina datang tepat waktu. Setelah masa-masa sulit bagi Nathan karena harus menata hatinya kembali untuk Vina dan melupakan Clara, Nathan berusaha mengembalikan perasaannya untuk Vina dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya dahulu. Seperti yang ia lakukan sekarang. Menonton di bioskop pada malam minggu.
Tepat sepuluh menit kemudian, Vina datang. Gadis cantik yang mengenakan blouse putih dan celana pendek itu datang menghampiri Nathan sambil berlari kecil.
"Aku belum terlambat kan?" Tanya Vina
Nathan memandang Vina sesaat lalu tersenyum.
"Nyaris. Ayo masuk, filmnya akan segera dimulai." Ajak Nathan, sambil menyodorkan satu gelas cola untuk Vina.
Bioskop pada hari itu cukup ramai, Nathan dan Vina memilih untuk menonton film drama romantis komedi.
Saat film baru diputar 30 menit tiba-tiba ponsel Nathan berbunyi, ia mengecek ponselnya dan nama Daniel Tanubrata tertera pada layar. Nathan menghela napas, berharap Daniel tak mengusiknya dengan urusan pekerjaan. Nathan dengan terpaksa mereject panggilan itu kemudian mengganti mode ponselnya menjadi mode silent agar ia tidak terganggu saat menonton.Namun beberapa menit kemudian, ia merasa ponselnya bergetar. Lagi, panggilan masuk dari Daniel. Berkali kali ia mereject telepon masuk itu, hingga ia kesal dan menulis pesan untuk daniel.
Sorry i cant pickup your phone. Gue lagi nonton sama Vina, i'll call you back later.
Dan langsung dibalas oleh Daniel.
This is about Clara, are you sure don't want to know?
Membaca pesan balasan dari Daniel, Nathan kemudian bangkit dari kursinya, kemudian ia bergegas keluar dari ruang bioskop dan meninggalkan vina.
"Aku ke toilet sebentar." Bisiknya dan hanya direspon dengan anggukan oleh Vina yang sedang asik menikmati film yang sedang diputar.
Sesaat setelah ia keluar dari ruang bioskop, Nathan segera menelepon Daniel.
"Hallo." Sapa Daniel dari sebrang telepon.
"Apa maksud loe?" Nathan langsung menodongnya dengan pertanyaan.
"Sebenernya gue pengen bilang ini dari kemarin-kemarin. Cuma gue mengurungkan niat karena gue nggak mau mencampuri urusan loe, Vina dan Clara." Jawab Daniel dengan nada yang terdengar ragu.
"Terus?" Tanya Nathan sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Tapi gue merasa loe perlu tau."
"Ya udah cepetan cerita." Protes Nathan.
"Beberapa waktu lalu, Vina sempet nanyain gue tentang Clara. Gue nggak yakin dia tahu masalah loe di Tokyo bareng Clara dari mana. Tapi Vina ngotot banget."
"Terus loe ceritain semua?"
"Iya, bahkan dia minta kontak Clara. Dan dengan terpaksa gue kasih."
"Untuk apa Vina minta kontak Clara?"
"Gue juga awalnya nggak tahu. Tapi dua minggu lalu Vina cerita, katanya dia habis ketemu sama Clara."
"Kenapa loe baru bilang sekarang?" tanya Nathan sambil memegangi kepalanya yang terasa pening.
"Gue nggak mau ikutan dalam hubungan kalian." Jawab Daniel singkat.
"Tapi loe udah ikut andil dalam menperkeruh hubungan gue."
"Gue juga nggak tau kalau hubungan kalian akan jadi rumit. Gue kan hanya memberikan informasi yang Vina tanyakan."
"Udah? Itu doang yang mau loe bicarakan?"
"Tunggu dulu, masih ada lagi hal penting yang harus loe tahu."
"Apa?"
"Clara..."
"Iya, dia kenapa?"
"Hari ini dia ke bandara. Gue nggak tahu persis tepatnya dia mau kemana. Gue cuma denger dari Olive, dia bilang mau nganterin Clara, penerbangan malam ini jam 22.20 di terninal 3."
"Oke, thankyou."
"Reaksi loe gitu doang?"
"Memangnya loe berekspektasi gue akan gimana?"
"Loe yakin nggak mau ngejar Clara?"
Nathan tak membalas Daniel
Nathan melirik jam tangannya, sudah jam 20.15. Ia berpikir sejenak, jarak dari mall tempat ia sekarang menuju bandara dapat ditempuh sekitar satu jam.
"Menurut loe, apakah keburu untuk gue ngejar dia sekarang?"
"Mungkin nggak, tapi kenapa nggak lu coba?"
"Kenapa harus gue coba?"
"Tanya diri loe sendiri, cuma loe yang bisa jawab pertanyaan itu."
"Oke, thanks infonya. Bye."
Nanthan memutus sambungan telepon itu, kemudian ia bergegas kembali kedalam ruang bioskop. Nathan berusaha fokus kembali pada film yang sedang diputar, namun perkataan Daniel terus mengusik batinnya.
Nathan membisikan sesuatu ditelinga Vina.
"Aku harus pergi sekarang." Setelah berkata itu, Nathan meninggalkan Vina. Vina yang masih belum dapat memahami perkataan Nathan segera bangkit dan bergegas menyusul Nathan.Vina setengah berlari mengejar Nathan, dan ia berhasil menghentikan Nathan dengan menarik lengannya."Kamu kenapa?" Tanya Vina yang masih bingung tiba-tiba ditinggalkan oleh Nathan.
"Aku harus pergi sekarang." Jawab Nathan.
"Iya, kenapa kamu harus pergi? Ada apa? Jangan bikin aku bingung."
"Aku harus ke bandara sekarang juga." Ucap Nathan sambil merlirik jam tangannya. Dirinya sedang berpacu dengan waktu.
"Kenapa? Tolong jelasin ke aku. Apa yang terjadi." Vina masih menahan Nathan, ia mendesak Nathan untuk menjawab pertanyaannya.
"Kenapa aku harus menjelaskan semua, sedangkan kamu tidak pernah cerita kalau kamu ketemu dengan Clara. Kenapa cuma aku yang harus menceritkan semua detail kehidupanku sedangkan kamu bebas melakukan apa yang kamu mau?" Kali ini Nathan lepas kendali. Ia hanya ingin mengeluarkan isi hatinya.
"Nathan..." guman Vina, matanya mulai berkaca-kaca. Gadis itu tak pernah menyangka Nathan akan berkata seperti itu padanya.
"Aku sekarang mau ke bandara, untuk bertemu Clara." Lanjut Nathan.
"Kamu...kamu lebih memilih perempuan itu?"
"Maaf, tapi ada yang harus aku sampaikan padanya." Jawab Nathan sambil melepaskan tangan Vina. Ia pergi begitu saja meninggalkan Vina. Sedangkan Vina hanya bisa menatap punggung Nathan yang semakin menjauh.
Nathan mengambil ponselnya, ia berusaha menghubungi Clara. Berharap Clara menerima panggilan teleponnya. Berharap gadis itu mau menunggunya, karena ia sangat ingin bertemu dan mengucapkan sesuatu pada Clara. Nathan terus berdoa dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Travelgram [completed]
RomanceNathanael Pratama Romano sangat menyukai travelling seorang diri. Menelusuri tempat-tempat baru yang belum pernah dia kunjungi di muka bumi ini. Mengamati kehidupan manusia yang berbeda disetiap tempat dalam sudut pandang yang berbeda, dan mengabadi...